MUDA(H) MIMPI MENIKAH MUDA(H)
Oleh: Ninis Sofie
kehidupan hari ini adalah milik kita
kita adalah aku dan kau
bukan hanya diriku dan dirimu tapi juga jiwa kita
iya
Babak I
Diatas panggung ada seorang nenek dan seorang kakek yang
sudah mengarungi bahtera pernikahan selama betahun-tahun lamanya.
Nenek : “Kek,
aku menunggu sesuatu yang memang sedang kita tunggu”
Kakek : “Iya
Nek, aku tahu itu”
Nenek : “Apa
kau benar-benar tahu?”
Kakek : “Tentu, tahu setahu-tahunya. Kita, kau
dan aku sedang menunggu kereta kencana kita datang”
Nenek : “Ah,,, sekian lamanya kita sudah menolak
untuk menjadi koma, apakah koma kita akan segera datang?”
Kakek : “Tentu saja, kita tidak akan lagi
menolak untuk menjadi koma, dan kita sudah persiapkan untuk menghadapi 100 juta
pertanyaan”
(kakek dan nenek
itu tertidur, lampu meredup)
Babak II
Di
panggung sudah ada meja dan kursi yang menggambarkan suasana rumah.
(tit tit tit hp Ibu Nina berbunyi)
Ibu :
“Halo nak, ada apa?”
Nina : “Bu
maaf hari ini Nina pulang telat, ada les tambahan”
Ibu :
“Kenapa kau semakin sering pulang telat akhir-akhir ini?”
Nina : “Ibu,,, Ibu tenang saja, tidak akan
terjadi apa-apa, Nina akan baik-baik saja, ini hanya tambahan les Bu, les kan
juga demi kebaikan Nina juga supaya Nina dapat lulus dengan baik”
Ibu : “Iya
ibu tahu, sehabis les kamu harus langsung pulang”
Nina : “Ok
siap”
(ibu nina dirumah menunggu Nina pulang dari sekolah
tiba-tiba adik suaminya datang)
Tante :
“Tok,,, tok,,, tok,,, Assalamualaikum...”
Ibu :
“Waalaikumussalam... oh kamu to mari
masuk”
Tante : “Kok
sepi mbak Nina kemana?
Ibu : “Nina masih di sekolah, pulang
terlambat karena ada les tambahan katanya, sebentar lagi dia pasti datang,
tumben datang kemari ada yang mendesakkah?”
Tante :
“Tidak ada hal yang mendesak, hanya ingin mencari teman ngobrol saja”
Ibu : “Kebetulan aku juga lagi nggak ada pekerjaan jadi kita bisa
ngobrol sampai sore sambil menunggu Nina pulang”
Tante : “Iya”
Ibu : “Lha
Dhek Tirto lagi kemana?”
Tante :
“Suami saya?”
Ibu : “Ya
iya to, adik saya itu yang sekaligus suamimu juga!”
Tante :
“Adikmu itu sudah tidak seperti dulu lagi”
Ibu : “lho,,,lho,,, kok bisa gitu to,
coba cerita dulu, kamu lagi ada masalah dengan suamimu mbak di sini siap
mendengarkan, ayo cerita”
(tiba-tiba Nina datang)
Nina :
“Assalamualaikum...”
Ibu, Tante :
“Waalaikumussalam,,,”
Ibu : “Lho
katanya ada les tambahan kok cepet?”
Nina : “nggak
jadi Bu, gurunya ada keperluan mendesak katanya, ya aku langsung pulang
saja. (Nina melihat ada tantenya datang) Eh ada tante, apa kabar Te?”
Tante : “Baik
kok Nin, sini duduk samping tante”
Ibu :
“Nina nggak mau makan dulu?”
Tante : “Sudah mbak biar Nina sekalian bisa
mendengar apa yang akan saya ceritakan”
Ibu :
“Bagaimana Nina”
Nita : “Ada
sesuatu yang terjadi ya Te?”
Ibu :
“Tante ingin cerita tentang Dhek Tirto Nin”
Nina :
“Kenapa memangnya dengan paklek Te?
Tante : “Paklek mu itu sudah tidak seperti
dulu lagi, dulu waktu awal pernikahan semua terjadi biasa saja, terjadi sesuai
apa yang saya dan mas Tirto rundingkan, tapi lama kelamaan ada sesuatu yang
aneh yang saya rasakan”
Ibu :
“Mungkin hanya perasaanmu saja”
Tante : “Mbak yu pernah dengar mitos tentang
orang yang nikah muda tidak akan bisa hidup bahagia, saya rasa mitos itu benar”
Nina :
“Memang ada mitos yang seperti itu ya Bu?”
Tante : “Kamu
nggak percaya sama tante?”
Ibu : “Nina, jangan menyela omongan
tantemu, mitos itu dulu memang ada di daerah kita ini, sempat beredar seperti
itu karena setiap orang yang menikah muda di daerah kita ini hidup mereka tidak
ada yang bahagia, selalu berakhir dengan perceraian”
Nina : “Kok
Nina tidak tahu”
Tante : “Ya sekarang ini kamu tahu Nin,
makanya dengarkan saran tante jangan bermimpi untuk nikah muda. Apa kamu sudah
punya pacar di sekolah?”
(Nina memandang ibunya, seperti ingin mengatakan sesuatu
tapi tidak bisa ia sampaikan)
Tante :
“Sudah katakan saja, ibumu tidak akan marah”
Nina : “Ada
Te”
Tante : “Hati-hati kalau pacaran, ya sudah
saya tak pulang dulu, tapi saya mau minta tolong mbak yu dulu”
Ibu : “Apa
itu?”
Tante : “Apa mbak yu bisa ikut kerumah, aku
ingin mbak yu bicara dengan mas Tirto”
Ibu : “Baiklah jika itu membantumu, Nina
jaga rumah ya ibu mau kerumah tante dulu”
Nina : “Iya
Bu”
(Tante dan Ibu keluar panggung, tinggal nina sendiri
diatas panggung)
Nina
hanya diam dan memikirkan apa yang dikatakan tantenya tadi serta mitos
yang baru saja ia dengar
Nina
mengambil album fotonya bersama Koni pacarnya. Ia mulai membukanya dan
membalik-baliknya. Sudah banyak hal yang dilakukan mereka berdua, mulai dari
bersepeda bareng, belajar bareng,
mancing bareng, makan bareng dan masih banyak lagi yang lain. Nina mulai
berbicara dengan dirinya sendiri
Nina : “Kalau memang mitos yang tante
katakan tadi benar berarti cita-citaku dan mas Koni bisa saja gagal. Padalah
kami kan sudah merencanakan denganb baik, sebaiknya aku segera mengatakannya
kepada ibu agar aku bisa mendapat sedikit pencerahan, apakah ibu masih lama ya
pulangnya?”
Nina tertidur sambil memeluk album fotonya. Kemudian ibu
datang
Ibu : “Nina,,, kenapa kamu tidur di situ
nak?, Nina,,,Nina (ibu membangunkan nina sambil menepuk pundak Nina)
Nina :
(kaget) “Oh ibu,,, aku menunggu ibu pulang”
Ibu : “Iya ibu tahu, tapi kan kamu bisa
ganti baju dulu kemudian tidur di kamar bukan di kursi seperti itu, apa yang
kamu peluk itu?”
Nina : “Bu,
ada yang ingin nina sampaikan ke ibu”
Ibu : “apa
itu?”
Nina : “Bu, ini foto-foto saya dan mas Koni
ketika bersama, ketika kita berdua melakukan kegiatan bersama-sama, kami selalu
memotretnya dan mengumpulkan foto-foto itu”
Ibu : “Lalu apa yang ingin kamu sampaikan
ke ibu, apa hanya foto itu? sudah lah nah aku ini ibumu, ibu bisa merasakan
kalau yang ingin kamu sampaikan sebenarnya bukan itu”
Nina : “Saya
dan mas Koni setelah lulus SMA ingin menikah bu”
Ibu Nina hanya menghela nafas panjang
Nina : “Nina harap ibu tidak marah, atau
memarahi Nina, saya ingin ibu memberikan saran agar anakmu satu-satunya ini
dapat kehidupan yang baik di masa mendatang, karena restu ibu tidak pernah ada
duanya”
Ibu hanya terdiam dan pergi meninggalkan Nina sendirian
(Ibu keluar panggung) Nina mengejar ibunya
Nina : “Bu,, ibu mau kemana, ibu belum
mengatakan sepatah katapun tentang hal yang nina sampaikan tadi bu, tunggu nina
bu?
Babak III
Nina dan Koni sedang berdua. Pernikahan sudah berlangsung
Nina dan Koni di panggung dengan mamakai kostum pengantin jawa sederhana.
Koni : “Kita
sudah menjalankan niat suci kita Nin”
Nina : “Iya
mas”
Koni : “Setelah ini kita akan mengarungi
kehidupan yang tak terkira ini berdua hingga salah satu dari kita akan pergi
mendayung perahu menuju negeri yang tak teraba”
Nina : “Bisakah
kita hidup dalam satu perahu ketika kepergian
itu datang mas”
Koni : “Ketika pergi itu datang dan salah
satu kita yang didatangi oleh kepergian itu maka tentulah kita akan memiliki
perahu yang berbeda”
Nina : “aku ingin kita pergi itu datang kepada
kita, bukan kepada diriku atau kepada dirimu saja”
Koni :
“Semoga begitu”
Babak IV
Nina dan Koni sudah berusi 30an.
Nina : “Mas,, anak-anak masih tidur coba
kamu bangunkan dan bantu mereka mandi, 10 menit lagi harus sudah sarapan”
Koni : “Iya”
(Koni datang dengan membawa dua orang anak, seorang
laki-laki berumur 11 tahun dan perempuan berumur 5 tahun)
Nina : “Ayo anak-anak segera sarapan kalau
tidak kalian akan terlambat kesekolah”
Anak-anak :
(bersama) “Iya ibu,,,”
Babak V
Koni :
“Bu,,, ayo segera keluar, pernikahan anak kita akan segera dimulai”
Nina :
(masuk panggung) “Iya Pak, saya tahu”
Koni : “Lalu
kenapa lama sekali”
Nina : “Saya hanya teringat masa lalu kita,
rasanya baru kemarin aku menikah denganmu tapi kenapa hari ini kita sudah
menikahkan anak kita”
Koni : “Sudahlah Bu, ini hidup kita, hidup
ku dan kau, bukan hanya diriku dan dirimu iya kan bu?”
Nina : “Iya pak aku tahu, tak perlu kau setiap
hari mengatakan kata-kata itu ketika aku sedang bimbang begini”
Koni :
“Sudahlah ayo kita berangkat”
Babak VI
Nina : “Kek,
aku menunggu sesuatu yang memang sedang kita tunggu”
Koni : “Iya
Nek, aku tahu itu”
Nina : “Apa
kau benar-benar tahu?”
Koni : “Tentu, tahu setahu-tahunya. Kita,
kau dan aku sedang menunggu kereta kencana kita datang”
Nina : “Ah,,, sekian lamanya kita sudah
menolak untuk menjadi koma, apakah koma kita akan segera datang? apa kepergian
yang dulu kita ucapkan ketika kita baru menikah akan segera datang. Pergi yang
datang”
Kakek : “Tentu saja, kita tidak akan lagi
menolak untuk menjadi koma, dan kita sudah persiapkan untuk menghadapi 100 juta
pertanyaan ketika pergi itu datang”
Babak VII
Nina
sedang tidur di kursi, Ibu nina bingung ingin membangunkan Nina atau
menunggunya sampai bangun. Sempat beberapa kali ia mencoba menepuk bahu nina
agar terbangun tapi beberapa kali juga ia urungkan. Sampai pada akhirnya ibu
benar-benar memutuskan untuk membangunkan nina
Ibu :
“Nina sayang ayo bangun jangan tidur di kursi”
Nina bangun dan kehilangan mimpinya
Nina : “Ibu,,, kenapa ibu tadi pergi sementara
ibu belum mengatakan sepatah katapun tentang hal yang tadi nina sampaikan
tentang nina dan mas koni?”
Ibu : “Ibu ingin tahu bagaimana mas Koni
yang kau sampaikan itu, dan tentu saja harus ada perbincangan keluarga”
Nina : “jadi
ibu setuju?”
Ibu :
“Iya”
ketika ke depan menjadi impian
sama halnya dengan negeri yang tak teraba
ketika ada yang menuliskan
ada pula yang akan menghapusnya
Selesai
0 komentar:
Posting Komentar