Translate

drama tentang ibu tiri

Written By iqbal_editing on Sabtu, 17 Desember 2016 | 06.00

Muhammad Syifa El Zain
Ratapan Anak Tiri
                Dikisahkan, ada sebuah keluarga rukun yang terdiri dari ayah, ibu, dan dua orang anak. Pada suatu hari teman sang ayah berkunjung ke rumah keluarga tersebut untuk menyampaikan kabar gembira.
Teman  : Assalamu’alaikum. Any body home?
Ayah     : Wa’alaikum salam. Eh… kirain siapa. Ayo silahkan masuk.
Teman  : Iya, terima kasih
Ayah     : Tumben datang kesini. Ada perlu apa?
Teman  : Apa ayo……???
Ayah     : Malah balik nanya. Ada apa?
Teman  : Saya dan istri saya akan menunaikan ibadah haji. Saya mau ngajak kamu ikut naik                                                                      
              haji. Biayanya biar saya yang ngurus. Mau nggak? Sekalian ajak istrimu. Gimana?
Ayah     : Hm….gimana yach? Okelah kalo begitu
Teman  : Makasih yach udah mau ikut.
Ayah     : Ehh…..justru saya yang harus berterima kasih. Lagi dapet rezeki?
Ibu       : (datang membawa minum) ini minumannya. Silahkan diminum.
Teman  : Terima kasih. Ia nih lagi ada rezeki. Dapat hadiah dari bank satu milyar
Ayah     : Waw…! Uang satu milyar bisa beli bala – bala atau gehu berapa karung?
Teman  : Paling satu atau dua truk
Ayah     : Bu, ini temen bapak mau ngajak kita naik haji
Ibu        : Masa?
Ayah     : Iya
Ibu        : Ouh….terima kasih
Teman   : Sama – sama. Oh iya, saya ada pelu ke Bandung. Saya pergi dulu. Assalamu’alaikum
Ayah      : Wa’alaikum salam
Dua minggu kemudian ayah dan ibu kedua anak tersebut akan berangkat ke “tanah suci.” Ayah dan ibunya pun berpamitan kepada kedua orang tuanya  
Ayah   : Pak, Syifa dan ………. pamit mau berangkat naik haji. Syifa titip anak – anak ya.
Kakek : Iya, hati – hati disana. Jaga diri baik
Ibu      : Iya, saya pamit ya bu. Assalamu’alaikum
Kakek dan Nenek : Wa’alaikum salam
Mereka pun bergegas pergi ke bandara hingga sampai di Mekkah yaitu di bandara king Abdul Aziz. Ketika sedang berada di Mekkah Syifa yaitu ayah dari anak – anak menelpon bapaknya untuk menyampaikan berita duka
Ayah   : Assalamu’alaikum
Kakek : Wa’alaikum salam. Ada apa?
Ayah   : Pak…! (sambil menangis)
Kakek : Ada apa? Kenapa kamu menangis?
Ayah   : Pak.! nampaknya ……….. tidak bisa pulang ke tanah air.
Kakek  : Kenapa?
Ayah   : Ia telah meninggal tadi siang ketika sedang thawaf karena berdesakan dengan orang lain
Kakek  : (telepon jatuh dan menangis) Hah? Tidak mungkin…!!!
Ketika ayahnya menelpon Hilman dan Fitri sedang mengaji bersama kakeknya. Kedua cucunya pun merasa penasaran kenapa kakeknya menangis
 
Hilman : Kek, ada apa? Kenapa kakek menangis?
Kakek   : Tidak ada apa – apa. Terusin sendiri baca qur’annya yach.
Hilman : Iya. Kakek mau kemana?
Kakek   : Kakek mau ke Nenek dulu
Kakek pun menghampiri istrinya yang sedang berada di kamar
Kakek   : Nek, ada berita buruk
Nenek  : Ada apa? Apa beritanya?
Kakek  : ……… tidak bisa pulang ke Indonesia. Ia sudah meninggal di Mekkah
Nenek  : Apa? (terkejut) inna lillahi wa inna ilaihi raji’un
Hilman dan Fitri pun menghampiri kakek dan neneknya
Fitri     : Kek, nek ada apa?
Hilman: Iya, koq kakek sama nenek nangis? Emang ada masalah apa?
Kakek  : (sambil merangkul kedua cucunya) Nanti kalian akan tahu sendiri
Bebarapa hari kemudian sang ayah pulsng dari Mekkah. Fitri dan Hilman punb bergegas untuk menemui ayah tercinta. Tapi mereka tidak menemukan ibunda tercinta
Hilman : Ayah………!!!
Ayah     : Anakku…! (dengan mata berlinangan air mata)
Fitri      : Yah ibu mana?
Ayah     : Nak, ibu kalian telah berada di sisi Allah
Hilman : (sambil menangis) Bu, kenapa ibu tinggalkan Hilman? Tanpa ibu Hilman galau !!
Ayah     : Yang sabar ya nak, semoga arwah ibu kalian diterima di sisi Allah  
Hilman dan Fitri : Amin…
Tahun – tahun berlalu. Sang ayah pun telah memiliki istri baru bernama Siti. Ia adalah seorang janda yang haus akan harta. Ia mempunyai dua orang anak. Siti ini tidak pernah menyayangi Hilman dan Fitri sebagaimana ia menyayangi Novia dan Rikkeu. Bahkan hampir setiap hari Hilman dan Fitri disiksa tanpa sedikit pun belas kasihan. Di suatu pagi cerah ketika Syifa telah berangkat kerja, Fitri dimarahi ibu tirinya karena tidak segera membersihkan kamar ibunya.
Siti   : Hey..! cepat bangun tidur terus.
Fitri  : Iya bu. Ada apa?
Siti   : Malah nanya. Cepat bersihin kamar ibu. Sudah itu, kamu cuci baju ibu, Novia, dan    
          Rikkeu. Cepat…!
Fitri  : Iiiiya bu
Ketika sedang mencuci baju, Fitri bersedih karena kematian ibunya. Saat Hilman akan pergi ke dapur, ia mendapati Fitri yaitu adiknya sedang mencuci sambil menangis. Hilman pun menghampiri Fitri yang sedang bersedih.
Fitri      : Bu, kalau saja ibu masih ada, Fitri gak akan seperti ini
Hilman : Fit, kamu kenapa? Kamu dimarahi ibu?
Fitri      : Kak, dia bukan ibu kita. Dia hanya seorang perempuan yang tidak tahu diri
Hilman : Iya, kakak juga tahu. Kita harus bersabar. Semoga Allah membebaskan kita dari
              penyiksaan ini.
Fitri      : Amin
Lalu datanglah Novia dan Rikkeu mengampiri mereka berdua.
Rikkeu : Heh…!!! Malah ngobrol. Cepat terusin kerjaan kalian
Novia   : Ya, bukannya kerja malah santai santai. Hilman, cepat bersihkan kamar aku. Cepat!!
Hilman : Memangnya kalian itu siapa? Seenaknya nyuruh ini, nyuruh itu
Rikkeu : Ouh..kamu gak mau bersihin kamar kita yach, mamah…!!!
Siti       : (datang menghampiri) Ada apa manggil manggil mamah?
Novia    : Mah, Hilman gak mau bersihin kamar Novi
Siti       : Cepet bersihin kamar Novi ! kalau nggak mamah hukum nih! (sambil membawa sapu
              Lidi)
Hilman : Aduh aduh. Mah sakit.
Siti       : Ahh…gak ada ampun buat kamu
Hilman : Iya mah…Hilman mau bersihin kamar Novi
Ketika Hilman membersihkan kamar Novi, Fitri menghampirinya untuk merundingkan tentang kabur dari rumah tersebut
Fitri      : Kak…
Hilman : Ada apa dek?
Fitri      : Kak, Fitri pikir, lebih baik kita kabur saja dari rumah ini
Hilman : Ya, ide bagus. Gue suka ide loe. Ayo kita kemasi barang barang kita
Fitri      : Iya baik
Mereka pun mengemasi barang barang mereka. Ketika mereka sudah pergi, Syifa pun pulang dari tempat kerjanya. Sampai di rumah, Syifa menanyakan keberadaan Hilman dan Fitri kepada Siti. Saat itu Siti sedang menonton tv
Ayah : Bu, dimana Hil dan Fit?
Siti    : Gak tau, emang gue pikirin? Nggak githu
Ayah : Dasar wanita gak tau diuntung ! (menamparnya) bukannya jaga anak anak malah santai
           Seenaknya. Sudah, kita cerai ! Loe gue end!!!!
Siti    : Aw…! Oke kalau itu maumu. Aku gak akan pernah lagi menginjakkan kakiku di rumah
           Ini.
Ayah : Kalau begitu, itu kenapa diinjak keramiknya?
Siti    : Hhe..kan belum keluar
Ayah : Pergi !!!Get out !!! Irji’ii ila ummiki!!
Siti pun pergi meninggalkan rumah tersebut. Syifa pergi mencari anak anak. Kemana mana ia mencari Hilman dan Fitri. Hari hari berlalu ia belum menemukan anak anaknya. Pada hari Ke 3 dalam pencarian, ia menemukan anak anaknya sedang berjalan di dekat pasar. Dengan wajah berlinangan air mata, ia menghampiri sang buah hati.
Ayah     : Anakku, kemana saja kalian?
Hilman : Kami kabur dari rumah karena tidak tahan dengan perlakuan ibu.
Ayah     : Tenang saja, ibu telah ayah ceraikan
Fitri      : Hah…! Benarkah itu?
Ayah     : Iya. Ibu telah ayah ceraikan
Hilman dan Fitri : Asyik………
Fitri      : Berarti kita tidak akan menderita lagi
Hilman : Setan pergi, malaikat pun datang
Ayah     : Ayo pulang ke rumah
Hilman dan Fitri : Ayo
Mereka pun pulang ke rumah mereka. Akhirnya mereka hidup dengan damai tanpa ada hambatan yang menerjang
Selesai

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik