Translate

drama tentang petani

Written By iqbal_editing on Minggu, 25 Desember 2016 | 06.47

Naskah Drama 5 Orang Pemain Singkat, Anak Petani

Melengkapi koleksi naskah drama yang sudah ada, kita akan kembali membagikan sebuah contoh naskah drama singkat untuk anda semua. Ceritanya sederhana, lucu dan mengandung nasehat yang bagus, mau?

Naskah drama kali ini merupakan naskah drama khusus untuk dimainkan oleh 5 orang pemain. Naskah drama kali ini akan mengambil tema kehidupan nyata yang sering terjadi di keseharian terutama dalam kehidupan masyarakat petani.

Kisah yang diangkat adalah tentang watak atau sifat anak-anak yang meski satu keluarga ternyata satu sama lain berbeda-beda.

Seperti kata pepatah, dalam satu penetasan ada saja satu telur ayam yang mungkin tidak akan menetas. Begitu juga dalam sebuah keluarga, memiliki anak yang banyak juga tidak akan menjamin akan memiliki sifat baik semua.

Kalau dilihat dari inti cerita, drama 5 orang ini merupakan sebuah nasehat yang bisa direnungkan oleh para anak dimanapun berada. Sebagai seorang anak sudah sewajarnya jika kita membantu orang tua kita. Kalau bukan anaknya lalu siapa lagi yang akan bersedia membantu orang tua?

Begitulah pesan moral dan amanat yang terkandung dalam cerita drama tersebut. Cerita seperti ini tentu sangat cocok dan bagus untuk latihan drama bagi siswa-siswi sekolah. Supaya lebih jelas bagaimana drama ini lebih baik kita baca dulu naskahnya berikut.

Kakak dan Adik Keluarga Petani
Drama 5 Orang Pemain Singkat
Di sebuah desa kecil di tengah kota metropolitan hidup satu keluarga miskin dengan ke-empat anak laki-laki. Keluarga itu hanya mengandalkan sawah untuk bertahan hidup sementara sang ayah pergi bekerja di kota.
Para pemain
Painem: sebagai ibu (sabar dan penyayang)
Paijo: anak pertama (dewasa dan bertanggung jawab)
Paimin: anak kedua (selalu menerima keadaan keluarganya
Paino: anak ketiga (pemalas)
Paidi : anak (keras kepala dan egois)

Suatu malam, si ibu - Painem - menyuruh Paijo dan Paino untuk menggarap atau mencangkul sawah milik mereka. Painem meminta anaknya membantu menggarap sawah karena sang suami masih belum pulang dari perantauan.
Painem: ”Jo, Paijo nanti kamu mencangkul ya sama Paino, kan bapak belum pulang.
Paijo: ”Iya Mak, nanti aku cangkul sawah kita sama Paino.”
Painem: "Bagus Jo, kamu memang anak yang bisa diandalkan Jo"
Paijo: "Iya mak, terima kasih. Oh iya Mak, sawah kita yang di seberang sungai itu apa mak?"
Painem: "Ya iya, kan cuma itu sawah kita, kamu ini bagaimana sih!"
Paijo: "Hehehe... iya Mak, lupa maaf Mak"
Painem: "Jo, Jo... Sudah kamu suruh adik kamu itu si Paino pemalas"
Beberapa saat kemudian Paijo menghampiri Paino yang sedang tidur, ia pun membangunkannya.
Paijo: "No, Paino bangun No, Emak meminta kita mencangkul sawah kita yang di seberang sungai itu, kamu bisa enggak besok?"
Paino : "Oowalah Kang, Kang (panggilan kakak dalam bahasa jawa), aku enggak bisa Kang aku capek."
Paijo: "La memang kamu capek habis apa loh Jo! (dengan nada keras)
Paino: "Tau lah Kang, pokoknya aku enggak bisa Kang
Paijo: "No, No mbok ya kasihan sama ibu itu, bapak kan belum pulang!"
Paino: "Weh Kang sudah dibilang aku enggak bisa, aku capek."
Paijo: "Ya sudah, terserah kamu"
Tak beberapa lama Paijo keluar kamar dengan muka kesal dan membicarakan lagi bersama ibunya karena Paino tidak mau di ajak mengurus sawah padahal kondisinya sawah sudah harus selesai di cangkul seminggu lagi.
Paijo: Mak, Paino enggak mau diajak Mak, bagaimana coba?
Painem: Ya coba kamu ajak adik kamu yang lain, kan adik kamu bukan cuma Paino saja, masih ada Paimin dan Paidi.
Paijo: Iya si Mak, masalahnya mereka juga mau apa enggak, orang biasanya yang menyuruh itu bapak bukan aku.
Painem: Ya dicoba dulu siapa tau mereka mau
Paijo: iya Mak, aku coba deh.
Setelah itu, langsung Paijo menghampiri kedua adiknya yang lagi santai di depan rumah dengan teman temannya.
Paijo: Min, Paimin, Mak meminta kita mencangkul sawah yang di seberang sungai, kamu mau enggak.
Paimin; Sawah yang mana Kang?
Paijo: Sawah kita yang di seberang sungai itu.
Paimin: Oh yang itu, dulu aku pernah mencangkul di sana si Kang, sama bapak, tapi sekarang enggak pernah.
Paijo: Jadi kamu mau enggak Min bantu Kakang mencangkul sawah itu.
Paimin; Iya sudah besok tak bantu
Paijo: Ya syukurlah kalau kamu mau. Aku kira kamu enggak mau kayak si Paino. Orang kok pemalas amat suruh bantu keluarga sendiri, bagaimana lah dia!
Paimin: Lah kang, kang, orang itu memang kaya begitu dari dulu
Paijo: Ya sudah kira kira Paidi mau tidak ya bantu kita?
Paimin: Enggak tau kalau Paidi Kang, coba aja tanya.
Tak beberapa lama, Paijo juga menyuruh Paidi untuk membantu mencangkul sawah keluarga mereka.
Paijo: Paidi, kamu mau bantu juga kakang mu ini.
Paidi: Bantu apa lagi lah (dengan nada keras)
Paijo: Bantu mencangkul sawah,
Paidi: Lah, malas Kang capek. 
Paijo: Dasar, sama saja kamu sama Paino?
Paidi: Beda lah kang, kalau aku masih mendingan
Paijo: Ya sudah terserah kamu
Paidi: Besok lagi kang
Paijo: Iya,
Paidi: jangan sewot kang kang
Paijo : Iya
Akhirnya Paijo masuk ke dalam rumah lagi lantas langsung membuat kopi. Dan memberitahukan kepada ibunya bahwa yang mau diajak mencangkul cuma Paimin.
Paijo: Huh capek Mak, ngomong orang dua itu.
Painem: Siapa to Jo?
Paijo: Itu lah, anak Mak si Paidi sama Paino, mereka kebanyakan alasan kalau suruh kerja tempat sendiri enggak kaya Paimin.
Painem: Ya memang kaya begitu sifat mereka dari dulu
Paijo: Iya si Mak, tapi harusnya kan mereka juga mengerti kalau bapak belum pulang.
Painem: Sabar Jo, Mak aja sabar menghadapi mereka, masa kamu enggak sabar, ya kamu sebagai kakang ya harus bisa membimbing adik adik kamu.
Sambil membawa segelas kopi mak Painem memberikannya kepada Paijo yang sedikit agak emosi karena tidak bisa membujuk adiknya untuk membantu mencangkul sawah mereka.
Painem : Ini kopinya Jo
Paijo: Iya Mak
Setelah mereka tidur akhirnya paginya Paijo dan Paimin pergi ke sawah untuk mencangkul sawah mereka.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik