Translate

essai ribuan jiwa dan tetesan darah

Written By iqbal_editing on Sabtu, 31 Desember 2016 | 19.47

RIBUAN JIWA DAN TETESAN DARAH
Oleh:  Rezki Amelia Anggraeni

“ Pahlawan “. Yah sebuah kata yang identik dengan perjuangan dan pengorbanan seorang tokoh demi merebut dan mempertahankan sesuatu yang dianggapnya benar dan dilakukan dengan tanpa pamrih. Sama halnya dengan apa yang pernah terjadi di negara kita, sebelum adanya kemerdekaan, para tokoh pejuang yang bertindak sebagai pahlawan bangsa Indonesia melakukan pengorbanan dan perjuangan yang sangat besar demi merebut suatu kemerdekaan yang merupakan kepentingan kita bersama. Sehingga dibalik kemerdekaan yang telah kita capai selama 70 tahun lamanya itu terdapat begitu banyak peristiwa yang dilalui untuk menjadi Indonesia merdeka,
Para pejuang kita yang telah gugur di medan peperangan dengan ikhlas mengorbankan jiwa dan raganya demi menghapus penjajahan yang merupakan suatu bentuk tindakan yang tidak sesuai dengan peri kemanusian dan peri keadilan. Begitu banyak darah yang membasahi bumi pertiwi, begitu banyak nyawa yang melayang demi mencapai satu tujuan, yaitu Indonesia merdeka, adil dan makmur. Bukan hanya itu, mereka juga rela mempertaruhkan hidupnya demi dua warna yang merupakan lambang kebangsaan kita, yaitu bendera merah putih. Dan bukan hanya hidupnya yang mereka pertaruhkan, tetapi hidup istri, anak hingga cucu dan cicit merekapun menjadi taruhannya.
Namun, apakah kita sebagai generasi-generasi penerus bangsa sadar akan hal itu? Pernahkah kita menyadari akan besarnya perjuangan dan pengorbanan mereka dalam merebut kemerdekaan yang tidak sempat mereka nikmati? Sementara kita sebagai generasi penerus perjuangan mereka telah menikmati apa yang telah mereka perjuangkan selama ini, sebuah kemerdekaan yang tidak pernah kita rasakan betapa sulit dan besar pengorbanan yang dilakukan dalam merebutnya.
Mengapa saya katakan bahwa generasi penerus bangsa saat ini tidak memperdulikan perjuangan para pejuang-pejuang negara, karena melihat dari sikap mereka saja di setiap harinya itu belum bisa membuktikan bahwa mereka peduli terhadap apa yang telah diperjuangkan hingga dikorbankan para pahlwan yang tentunya juga merupakan untuk kesenangan kita bersama. Apa yang mereka lakukan itu tidak lain dan tidak bukan hanya semata-mata untuk menghentikan segala bentuk penindasan bangsa asing kepada kita. Menghapus segala perbuatan yang tidak seharusnya mereka lakukan kepada kita di rumah kita sendiri.
Sebagai salah satu contoh kecil, setiap hari senin seluruh bangsa Indonesia dari Sabang sampai Marauke diwajibkan untuk melaksanakan upacara bendera yang merupakan salah satu bentuk dan cara kita mengenang jasa para pahlawan yang telah mendahului kita. Akan tetapi, tidak jarang siswa/siswi itu tidak mengikuti pelaksaan upacara bendera dengan penuh hikmat. Mengapa sya katakan demikian? Karena selama pelaksanan upacara bendera berlangsung, ada-ada saja tingkah laku siswa/siswi yang tidak sewajarnya mereka lakukan yang tentunya tidak mencerminkan jiwa kepahlawanan. Misalnya, pada saat pelaksanan upacara bendera berlangsung, ada siswa/siswi yang bercerita, saling mengganggu satu sama lain bahkan tidak jarang siwa/siswi yang mengeluh kepanasan atau capek berdiri. Ironisnya, terkadang bukan hanya siswa/siswi yang bersikap seperti itu, tetapi juga guru-guru yang merupakan panutan, merupakan orang yang seharusnya memberikan contoh yang baik kepada siswa/siswinya justru merekalah yang tidak mencerminkan perilaku yang sewajarnya mereka jadikan contoh kepada peserta-peserta didiknya. Sehingga siswa/siswi juga merasa bahwa sedangkan orang yang bertindak  sebagai contoh untuk kita, bercerita ataupun mengeluh kepanasan, mengapa kita tidak?
Nah, inilah sebabnya mengapa saya katakan bahwa ratusan jiwa dan tetesan-tetesan darah para pejuang yang gugur di medan perang itu seakan terlupakan. Jasa-jasa mereka tidak lagi dikenang oleh generasi-generasi penerusnya. Tidakkah kita sadari bahwa pada masa perjuangan para pahlawan merebut kemerdekaan itu pengorbanan, tantangan, dan resikonya itu jauh lebih besar daripada partisipasi kita dalam kegiatan upacara bendera yang merupakan salah satu bentuk atau cara kita menghargai dan mengenang jasa mereka. Mereka itu berjuang dengan penuh semangat, tak mengenal lelah, tak mengenal panas ataupun dingin, tak kenal siang ataupun malam, mereka lalui semua itu demi kepentingan kita juga, demi Indonesia merdeka, dan perjuangan yang mereka lakukan itu bukan dalam beberapa hari ataupun beberapa bulan, tetapi dalam waktu yang panjang dan membutuhkan proses yang begitu lama. Bukan hanya itu, apa yang mereka rasakan pada saat itu hanyalah penderitaan dan kesengsaraan semata. Penyiksaan yang dilakukan oleh para manusia-manusia keji yang tidak mempunyai rasa keperimanusian. Sedangkan kita yang hanya diwajibkan ikut berpartisipasi dalam kegiatan upacara bendera dalam rangka mengenang jasa mereka yang hanya membutuhkan waktu beberapa menit saja sudah banyak mengeluh, mengoceh, dan  banyak komentar. Bagaimana seandainya, jika kita yang melalui masa kepedihan itu, masa ketidak adilan itu, sanggup kah kita? Jangankan dengan kerasnya sikap para penjajah saat itu, berdiri beberapa saat saja di tengah teriknya matahari kita sudah tidak sanggup. Bagaimana dengan mereka yang telah berjuang mati-matian tapi tidak sempat merasakan nikmatnya hasil perjuangan dari semangat juang mereka sendiri.
Itukah yang mereka harapkan dari kita sebagai generasi penerusnya? Itukah sikap yang semestinya kita cerminkan atas segala perjuangan dan pengorbanan yang hingga merenggut nyawa mereka? Itukah cara kita membalas detak jantung dan tetesan darah mereka demi sebuah kemerdekaan, demi kepentingan bersama kita? Bukan. Bukan sikap seperti itu yang mereka harapkan dari kita. Bukan sikap yang suka mengeluh, sikap patah semangat atau apapun perilaku yang berbanding terbalik dengan apa yang mereka harapkan. Mereka mengharapkan generasi-generasi penerusnya dapat meneladani sikap yang telah mereka cerminkan sebelumnya.
Oleh sebab itu, marilah kita bersama-sama menumbuhkan jiwa nasionalisme kita, buanglah semua sikap dan ego kita yang tidak sewajarnya kita paparkan dalam keseharian kita sebagai generasi penerus perjuangan mereka yang gagah berani dalam merebut kemerdekan, agar tetesan-tetesan darah mereka tidak terbuang sia-sia, agar jasa-jasa mereka tidak berlalu begitu saja. Dan oleh karena itu, kita juga perlu menyadarkan diri kita masing-masing akan pentingnya kemerdekaan yang dalam merebutnya tidak semudah ketika membalikkan kedua telapak tangan ataupun semudah mengedipkan  kedua mata kita. Karena kalau bukan kita yang menyadarinya sendiri, maka sampai kapanpun kita tidak bisa menjadi generasi yang mereka harapkan, generasi yang berguna bagi bagi keluarga, bangsa dan negara. Seberapa banyakpun orang yang berusaha menyadarkan kita bahkan hingga mulut mereka berbusa-busa itu tidak akan bisa mengubah sikap kita. Karena yang bisa mengubahnya itu hanyalah diri kita sendiri. Guru, orang tua atau siapapun orang yang bertindak selaku motivator itu hanya sebagai media yang dapat membantu agar kita sadar akan sikap yang seharusnya kita cerminkan. Mulai sekarang mari kita buktikan bahwa kita adalah generasi penerus bangsa yang akan mempertahankan kemerdekaan negara yang telah diperjuangkan oleh para pahlawan yang telah mendahului kita. Bangkitkan jiwa nasionalisme kita, kobarkan semangat juang yang panas membara, demi menjaga kehormatan bangsa, demi mempertahankan negara, dan demi mewujudkan cita-cita serta tujuan nasional negara kita. Merdeka !!!

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik