Translate

teori novel

Written By iqbal_editing on Senin, 13 Mei 2013 | 16.59

Mengenal Unsur Intrinsik Novel

unsur intrinsik novel
Sebagai seorang pembaca novel, boleh jadi Anda menikmati keseluruhan cerita yang disajikan tanpa perlu membedah unsur-unsur yang dilekatkan penulis dalam novel tersebut. Namun, bagi mereka yang memahami bahasa juga teknik penulisan novel, ada banyak “rambu-rambu” yang patut diperhatikan saat menikmati atau membedah sebuah novel. Salah satu yang penting adalah unsur intrinsik novel. Unsur ini melingkupi beberapa hal yang penting untuk diperhatikan seorang penulis novel. Sebab jika unsur tersebut dikemas dengan baik, maka pembaca akan larut dalam cerita tanpa merasakan sebuah kejanggalan. Seorang penulis novel yang sukses sudah pasti memahami hal tersebut. Jika Anda seorang penulis pemula dan belum mengetahui apa yang dimaksud dengan unsur intrinsik, pembahasan berikut tentu akan sangat membantu Anda. Silahkan simak uraiannya.

Secara sederhana, apa yang dimaksud dengan unsur intrinsik adalah hal-hal yang keberadaanya wajib di dalam sebuah novel. Jika ekstrinsik lebih kepada opsional, maka unsur intrinsik novel tak boleh luput jika tidak maka tulisan tersebut tak layak disebut novel. Unsur intrinsik ini mencakup beberapa hal. Semua hal tersebut kemudian akan membentuk kesatuan cerita yang utuh. Apa saja hal yang dimaksud?
Pertama: Tema Cerita

Tema dalam sebuah cerita merupakan hal yang fundamental. Keberadaanya tentu wajib. Adalah hal yang mustahil jika tak ada tema khusus dalam cerita termasuk dalam bentuk novel. Dengan adanya tema cerita yang jelas, maka penulis akan terhindari dari unsur-unsur yang tak perlu. Hal ini yang menjadikan tema cerita sering disebut kompas cerita, sebab ia akan menentukan ke mana arah cerita tersebut. Ada beragam tema yang bisa dipilih jika hendak menulis novel, misalnya saja tema percintaan, keluarga, pendidikan dan lain-lain. Uniknya, dalam sebuah cerita dimungkinkan terdapat percampuran tema. Misalnya saja kisah cinta berbalut unsur pendidikan. Meski demikian, penulis yang baik pasti akan menentukan tema utama ceritanya. Dengan demikian, ia akan fokus pada hal tersebut.

Kedua: Penokohan.

Hal lain yang tercakup dalam unsur intrinsik novel adalah tokoh. Keberadaan tokoh dalam sebuah cerita sangat penting. Dalam cerita monolog sekalipun, keberadaan tokoh adalah mutlak. Penulis yang baik mampu menghidupkan cerita melalui watak dan karakter tokohnya. Bahkan tak jarang, tema yang diangkat klise namun penokohan yang cerdas mampu meniup kesegaran dalam novel. Karena itu, keterampilan mengolah tokoh mutlak dimiliki mereka yang disebut penulis.

Dalam menggambarkan karakter atau watak seorang tokoh, penulis bisa menuliskannya langsung atau “menitipnya” dalam dialog sang tokoh tersebut. Penjelasan langsung bisa berupa gambaran fisiknya, lingkungan kehidupannya, cara ia berkomunikasi, cara berjalan, pola pikir dan masih banyak lagi lainnya. Sementara itu, jika penulis memilih gambaran melalui dialog, maka ia harus menentukan gaya yang ia pilih: dialog atau monolog. Monolog sendiri adalah percakapan yang dilakukan satu orang. Biasanya ia berupa pertentangan batin, perkataan benak atau bahasa hati. Sementara itu dialog merupakan pembicaraan dua atau lebih tokoh dalam cerita. Umumnya, dialog ditandai dengan tanda petikan (“ ).

Ketiga: Sudut Pandang atau Point of View.

Unsur intrinsik novel yang satu ini juga tak kalah pentingnya. Dengan sudut pandang yang jelas, penulis juga bisa membuat ceritanya tak biasa dan menarik untuk disimak. Ada beragam gaya penulisan sudut pandang, antara lain:
  1. Narator yang serba tahu. Ini merupakan gaya penulisan dimana seseorang seolah bercerita pada pembaca. Ia mengetahui segala sesuatu dalam novel tersebut bahkan bisa mengomentarinya satu per satu. Tak jarang juga, dengan gaya ini, penulis bisa berkomunikasi secara langsung dengan pembacanya. Sebab gaya ini memungkinkan cara bercerita yang lebih lentur.
  2. Narator yang cenderung objektif. Pada gaya yang satu ini, penulis tidak mengomentari hal-hal di dalam novel. Dengan demikian, pembaca novel hanya disuguhi hasil padangan mata sehingga mereka akan merasa sedang menyaksikan sebuah pementasan drama.
  3. Narator yang aktif. Gaya yang satu ini biasanya menggunakan aktor yang terlibat dalam sebuah cerita. Biasanya yang dipilih adalah sang tokoh sentral. Gaya yang satu ini terlihat jelas dari penggunaan kata gantu “aku” juga “kamu”.
  4. Narator yang bertindak sebagai peninjau. Gaya yang satu ini menggunakan satu tokoh dalam cerita untuk mengemukakan semua hal yang terjadi dalam sebuah kisah. Ia bisa bercerita apapun, termasuk perasaan dan juga pendapatnya sendiri terhadap sesuatu. Sedangkan tokoh lainnya hanya membekali pembaca dengan apa yang mereka lihat, bukan apa yang mereka rasa.
Keempat: Alur Cerita.

Alur menempati poisis yang penting dalam sebuah cerita. Tanpa alur maka bisa dipastikan sebuah kisah akan gagal merunut waktu. Pembaca tentu akan gagal menyukai novel. Sebab alur yang berantakan akan membuat kisa susah memahami sebuah cerita. Ada banyak jenis alur, bisa berupa alur mundur, alur ke depan atau alur zig-zag atau alur maju-mundur.

Kelima: Latar Cerita.

Latar juga merupakan salah satu hal yang tak boleh luput dari penulisan novel. Dengan latar cerita yang baik, pembaca akan mudah dibuat jatuh hati pada novel. Latar merupakan tempat dimana sebuah potongan cerita berlangsung. Ia bisa dijelaskan secara langsung ataukan melalui dialog para tokohnya.

Keenam: Amanat Dalam Novel

Unsur intrinsik novel lainnya adalah amanat. Ia mencakup pesan yang disampaikan novel tersebut. Sebagai sebuah karya yang baik, novel harus bisa merubah sudut pandang pembacanya menjadi lebih positif. Pesan tersebut bisa disampaikan secara langsung atapun tersirat dari apa yang dialami para tokoh dalam kisah tersebut.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik