jika
telapak kaki adalah yang paling hina untuk aku, ibu. akan aku rebahkan
keningku di bawah telapak kakimu. untuk abdi dan syukur yang langitpun
tak sanggup membahasakannya.
adanya
aku adalah bukti adanya rahim yang menjadi rumah pertama ragaku. dan
kasih sayangmu yang menjadi rumah pertama jiwaku. saat aku tumbuh
bersama musim yang engkau ada di dalamnya. padi dan gandum menjadi
saksi keikhlasan tanganmu menyuap rongga mulutku. menjadi nafas dan
kehidupan buah hatimu ibu. bunga-bunga menjadi saksi keindahan budi
yang kau selipkan ke dalam dadaku. menjadi mahkota, melebihi indahnya
bunga-bunga itu sendiri.
saat aku beranjak usia ibu. tanganku semakin tegar, sementara tanganmu
semakin keriput. rambutku semakin hitam, sementara rambutmu semakin
pudar. pandanganku semakin tajam, sementara pandanganmu semakin berair.
maafkan aku ibu.
jika kelak kau masih berdiri di sawah ladang sementara aku berdiri di
sebuah rumah yang indah. akan kuhapus lumpur di kakimu dengan tanganku
sendiri ibu, dan akan kududukkan engkau sementara aku menjadi pelayan
bagimu.
jika kelak kau tak bisa berdiri sementara tubuhmu membutuhkan nasi
untuk makananmu. akan kupanen sendiri padi di sawah peninggalanmu dan
kentang di ladang kenanganmu. tak usah kau basuh lumpur di kaki
tanganku ibu, kerana sudah cukup untukku kelapangan hatimu seluas
langit di atas langit.
tapi baktiku tak mungkin cukup ibu.
mengapa tak kau adukan kepada tuhan tentang tanganku yang pernah
menyakitimu? mengapa tak kau adukan tentang lidahku yang kerap menampar
wajahmu? mengapa tak kau ajukan nasi yang kau suap dengan susah payah
ke rongga dagingku? mengapa tak kau bicarakan tentang pahala atas
kesabaranmu? jika bukan kerana keikhlasanmu, tentu telah padam sinar
matahari untukku.
ampun berjuta ampun untukmu.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar