\ |
PUISI PENGORBANAN SEORANG IBU UNTUK ANAK ANAKNYA
Semua LelahnyaKarya: Rayhandi
Keringatnya mengalir deras
Di curut muka bisa kulihat
Ia lelah tubuhnya ruah muak
Ia merapuh di ujung kasur
Airmata dan hatinya hancur
Dimakan durjana oleh mulut mulut kotor
Hatinya sudah luruh berdebu
Aku tahu ia lelah
Ia menjadi hamba
Menjadi hamba tuan berduit
Menjadi tangan tangan hina
Demi seonggok kertas berangka rupiah
Aku mencintainya
Bersalah karena ia rendah demiku
Dia bertarung dengan harga diri dan keringat
Mengajak malam ke peraduannya
Di pucuk malam hitam memekak
Kutemukan ia menjulang di sudut kayu
Matanya sayu lelah terkatup
Menutup putih hingga esok menyiksa lagi.
Filosofi EmbunKarya: Rayhandi
Embun bening menyeruak ke dada daun
Jatuh di terbang dingin
Hinggap di akar hitam
Menemui pagi dengan sepi
Aku ingin menjadi kuasa
Memelukmu dan mencintaimu hingga nyawaku menjadi akar
Kusam kering tanpa embun
Ibuku sangat hebat
Hatinya kekar tanpa gores
Mendoakannya di ceruk langit
Semoga tuhan sudi menguping
Angin malam menjadi saksi biru
Menusuk mata hingga tulang
Patah panting tak bertuan
Atas dahaga mati yang takkubayar
Hingga detik ku cumbu nafas
Embun masih membisu di ujung pagi
Membawa cahaya membuka tabir
Hidup dalam jendela baru
Semoga harapan enggan mati.
Aku ingin menjadi adaKarya: Rayhandi
Aku ingin menjadi ada
Menjadi jemari yang sudi setia menggenggammu
Setia hingga waktu menjadikannya tulang
Rapuh di makan tanah
Malam ini kujadikan gelap saksi
Mencatat sumpahku pada bayang yang menutup cahaya
Menyimpannya menjadi kekasih putih
Menjadi biru di kelu lidah
Aku ingin menjadi ada
Ada untuk sayap putihku
Sayap yang menerbangkanku melihat bintang memeluk semesta
Bulu bulu cantik yang memberi kesempatan melihat dunia
Ibu maafkan anakmu
Sudikan anakmu ini selalu ada
Hingga engkau larut mati
Hingga umur membudak kita menjadi kekasih lahat
Namamu kusimpan tinggi di hatiku
Tanganku menjadi bukti bahwa semua hidupmu hilang
Semua yang kau punya kau gadaikan untuk sebuah nama
Terima kasih ibu untuk semuanya.
Di ujung surgakarya: Rayhandi
Kini kau jauh merauh jarak
Mata buta memandang
Menikam jarak meluas langit
Hingga asa menjajah hati
Kau jauh di sana
Di linangan nikmat kau berada
Kita jauh sudah terpisah
Namamu hanya sejengkal baris
Di raib mana kau berada
Hingga kau hilang bagai debu
Kau hilang setelah kau menyeretku keluar dari perutmu
Kau hilang tanpa bisa melihatku belajar berjalan
Kau pergi
Semua pengorbananmu
Mak mentari di beranda timur
Hangat masuk ke kulit
Hilang di beku dingin
Nyawamu kau gadai di janji tuhan
Kau berikan untuk anak yang kelak kau lahirkan
Dan tuhan pemilik langit memegang janjinya
Hingga semuanya berakhir di pucuk surga.
0 komentar:
Posting Komentar