Translate

puisi tentang PUISI TENTANG PSIKOPAT BAGIAN 1

Written By iqbal_editing on Senin, 24 April 2017 | 03.14

Ketika tatapan sinis itu..
seperti mengisyaratkan..
mengisyaratkan agar aku mati..
Ketika tatapan sinis itu..
tatapan yang sangat tajam..
membuatku murka dan benci..
Akulah psycho..
Aku lahir dengan ketidakmampuanku..
Akankah aku selamanya seperti ini?
Kematian..
Dengan apapun itu..
Dengan Cara apapun itu..
aku ingin kematian menjemputku..
Aku terlalu benci jika tatapan sinis itu datang..
Aku ingin sekali memotong..
membunuhun orang dengan tatapan sinis itu..
Lihatlah diriku..
Aku terlalu mematikan bagi sebagian orang..
Tidak ada yang menerima keberadaanku..
Tuhan...
Tolong Bunuh aku dengan cara apapun..
  Agar aku bisa merasakan hidup yang benar benar hidup..
 
Sebagian Diriku
Kita saling memandang dari kejauhan. Aku melirikmu dari balik batang pohon dan kamu memantauku dengan kamera berlensa besar. Ketika masing-masing diri berpisah berlawanan arah. Ada sebagian dari diriku yang masih berada di balik pohon itu. Menunggu bayang-bayangmu hilang di ujung jalan.
Dan ketika tengah malam, sebagian diriku itu datang. Menghempaskan diri, menghembuskan nafas panjang dan berujar. Langkah kakinya masih jelas terdengar, bayang tubuhnya masih terang diingatan. Sebagian dari diriku tengah kasmaran, sebagiannya lagi mati membusuk dalam pengharapan.
 
Satu yang akan selalu menerima
Setidaknya masih ada yang menerimaku
Ketika hidup telah habis oleh hina dan olokan
Hidupku tak dipandang ada oleh siapa saja
 
Aku masih terbilang waras
Menginginkan wanita, tak perduli seperti apa wujudnya
Tapi rupa yang mengerikan sekalipun telah enggan mendekat
Layaknya diriku dedemit yang paling buruk rupa
 
Banyak sekali manusia yang elok akan wajah
Tapi busuk akan moral
Mulut dijadikannya slang tanpa saringan.
Disemburkannya segala cibiran tepat di wajah
Mata mereka telah menjadi godam
Ditempanya diriku, sehingga berada di serendah-rendahnya tempat
 
Setidaknya masih ada yang berbaik hati menyambutku datang
Sesuatu yang tak pernah membeda-bedakan
Tak pernah melihat, membandingkan dan menghitung untung-rugi
Masih ada tangan yang mau terbuka menerimaku
Dan aku memilih ke sana
Untuk dipeluknya, untuk istirahat dari segala lelah menjadi orang hina
Biarlah aku membusuk dalam pelukannya
Bumi yang akan selalu menerima
 
Hari dimana aku mati
Dihari itu ruhku melayang sebelum digiring malaikat. Pergi ke rumah, menatap rupa istri untuk terakhir kali. Ternyata ia sedang tidur di kamar dan ada laki-laki di balik selimut. Di hari itu aku bersyukur telah mati. Setidaknya ragaku tak merasakan sakit hati.
 
 
 

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik