Translate

cerpen hijab

Written By iqbal_editing on Rabu, 21 Juni 2017 | 17.12

“Ummi, panas” gadis kecil itu mengaduh. Menggaruk-garuk jilbab mungilnya. Raut wajahnya memohon.
Sang ummi hanya tersenyum. “Nggak sayang. Nanti ummi kipasin ya biar nggak panas. Syifa cantik, apa lagi kalau pakai jilbab.” Bujuknya. Gadis kecil itu kecewa. Permintaannya tak dikabulkan. Sang ummi malah menuntunnya masuk kelas. TK A. Ummi sekaligus gurunya.
***
“Iiih, cantiknya anak ummi nih. Udah  masuk SD. Rajin belajar ya, sayang.” Diusapnya kepala si kecil. Jilbab baru berwarna putih tampak cantik menghiasi wajah polos itu. Berpadu dengan rok merah dan sebuah seragam putih keunguan. Masih baru.
Si kecil tersenyum malu. Hari pertama masuk SD pun dengan jilbab. “Ummi, jilbabnya boleh nggak dilepas kalau panas?” ia berkata manja. Berharap kali ini permintaannya dikabulkan.
Ummi menggeleng. “Kalau pakai jilbab, rambutnya nggak kena matahari. Nanti tetap hitam sayang. Cantik loh....”
***
“Ummi..., susah. Gimana cara pakainya?”
Dengan sigap sang ummi membantu putirnya. Jilbab segi empat sedikit butuh keahlian. “Ia sudah semakin besar” gumamnya.
“Nah. Sudah selesai. Cantik.” Disematkannya sebuah bros kupu-kupu berwarna biru muda.
“Ummi, Syifa tau. Berjilbab itu wajib untuk perempuan. Jadi nggak boleh dilepas, kan?” gadis itu beranjak semakin dewasa. Ia pun telah mengerti akan hukum islam. Mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Jilbab sedada itu membuatnya tampak anggun. Tantangan di SMP akan lebih berat baginya.
***
“Tutup pintunya.”
“Kalian mau ngapain?”
“Ssst. Panas, Fa”
Ia terkejut saat para sahabat yang juga berjilbab itu membuka jilbab hanya karena alasan panas.
“Kok dibuka? Nanti aurat kalian kelihatan.”
“Nggak. Pintunya kan udah ditutup. Kamu nggak buka, Fa?”
“Nggak. Nggak panas kok. Aku udah biasa.” Ia menjawab mantap.
***
“Syifa nggak mau, Mi. Kurang lebar.” Remaja itu mengeleng saat umminya memilihkan sebuah jilbab sedada. Ia tahu itu kurang lebar. Seharusnya menutupi pinggang, juga punggung. Dan tidak boleh ketat. Tak boleh transparan. Pun ia tidak ingin jilbab terlalu banyak ornamen manik atau terlalu bermodel. Yang sederhana saja. Itu cukup.
“Wah, mau yang besar? Yuk, di sana ada tuh” Ummi menggandengnnya. Remaja itu teringat masa kecil dulu.
“Terima kasih ummi. Jilbab is my life. Tak akan pernah kulepas hijab ini. Bahkan kalau perlu sampai tidur pun tidak. Belang di wajah bukan masalah. kuingin menjaga anugrah Allah. Kuingin mendapatkan seorang malaikat tak bersayap yang mampu membimbingku menuju jalan-Nya. Meneruskan tugas ummi.” Bisiknya.
Terinspirasi. Dengan perubahan. Memang penting menanamkan nilai keislaman sejak dini. Agar nantinya mengakar kuat dan tidak mudah roboh diterpa badai.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik