“Ummi, panas” gadis kecil itu mengaduh. Menggaruk-garuk
jilbab mungilnya. Raut wajahnya memohon.
Sang ummi hanya tersenyum. “Nggak sayang. Nanti ummi kipasin
ya biar nggak panas. Syifa cantik, apa lagi kalau pakai jilbab.” Bujuknya.
Gadis kecil itu kecewa. Permintaannya tak dikabulkan. Sang ummi malah
menuntunnya masuk kelas. TK A. Ummi sekaligus gurunya.
***
“Iiih, cantiknya anak ummi nih. Udah masuk SD. Rajin belajar ya, sayang.” Diusapnya
kepala si kecil. Jilbab baru berwarna putih tampak cantik menghiasi wajah polos
itu. Berpadu dengan rok merah dan sebuah seragam putih keunguan. Masih baru.
Si kecil tersenyum malu. Hari pertama masuk SD pun dengan
jilbab. “Ummi, jilbabnya boleh nggak dilepas kalau panas?” ia berkata manja.
Berharap kali ini permintaannya dikabulkan.
Ummi menggeleng. “Kalau pakai jilbab, rambutnya nggak kena
matahari. Nanti tetap hitam sayang. Cantik loh....”
***
“Ummi..., susah. Gimana cara pakainya?”
Dengan sigap sang ummi membantu putirnya. Jilbab segi empat sedikit
butuh keahlian. “Ia sudah semakin besar” gumamnya.
“Nah. Sudah selesai. Cantik.” Disematkannya sebuah bros
kupu-kupu berwarna biru muda.
“Ummi, Syifa tau. Berjilbab itu wajib untuk perempuan. Jadi
nggak boleh dilepas, kan?” gadis itu beranjak semakin dewasa. Ia pun telah
mengerti akan hukum islam. Mana yang boleh dan mana yang tidak boleh. Jilbab
sedada itu membuatnya tampak anggun. Tantangan di SMP akan lebih berat baginya.
***
“Tutup pintunya.”
“Kalian mau ngapain?”
“Ssst. Panas, Fa”
Ia terkejut saat para sahabat yang juga berjilbab itu membuka
jilbab hanya karena alasan panas.
“Kok dibuka? Nanti aurat kalian kelihatan.”
“Nggak. Pintunya kan udah ditutup. Kamu nggak buka, Fa?”
“Nggak. Nggak panas kok. Aku udah biasa.” Ia menjawab
mantap.
***
“Syifa nggak mau, Mi. Kurang lebar.” Remaja itu mengeleng
saat umminya memilihkan sebuah jilbab sedada. Ia tahu itu kurang lebar.
Seharusnya menutupi pinggang, juga punggung. Dan tidak boleh ketat. Tak boleh
transparan. Pun ia tidak ingin jilbab terlalu banyak ornamen manik atau terlalu
bermodel. Yang sederhana saja. Itu cukup.
“Wah, mau yang besar? Yuk, di sana ada tuh” Ummi
menggandengnnya. Remaja itu teringat masa kecil dulu.
“Terima
kasih ummi. Jilbab is my life. Tak akan pernah
kulepas hijab ini. Bahkan kalau perlu sampai tidur pun tidak. Belang di
wajah bukan
masalah. kuingin menjaga anugrah Allah. Kuingin mendapatkan seorang
malaikat tak bersayap yang mampu membimbingku menuju jalan-Nya.
Meneruskan tugas ummi.” Bisiknya.
Terinspirasi. Dengan
perubahan. Memang penting menanamkan nilai keislaman sejak dini. Agar nantinya
mengakar kuat dan tidak mudah roboh diterpa badai.
0 komentar:
Posting Komentar