Translate

cerpen cintak sepatok cinta 2

Written By iqbal_editing on Selasa, 12 September 2017 | 14.58

Teng – teng – teng,
Bunyi bel mengaung – ngaung pertanda pelajaran pramuka siap dimulai, pelajaran yang dianggap membosankan untuk sebagian siswa, karena membuat jadwal pulang mereka molor dari biasanya, sehingga terpaksa mereka harus terkurung di dalam sekolah disaat yang lain sudah bersantai di rumah masing - masing, namun untuk sebagian yang punya doi sebagai kakak DP pramuka, ini merupakan anugerah yang sangat besar karena mereka mempunyai kesempatan untuk bertemu dengan sang pujaan hati.

“Ehm... kira kira sapa ya kakak DP kita minggu ini?” tanya Mara kepada teman temannya.
“Semoga nggak kakak yang nyebeliin, sok ganteng, dan sombong itu lagi!” jawab Luna dengan agak sebal.
“hmm.. kamu kenapa sih sebel banget sama Kak Radit? Dia itu udah baik, pintar, tampan pula!, nggak kayak yang kamu bilang tadi Lun” protes Mara, sambil senyum senyum sendiri memikirkan wajah Kak Radit yang memang tampan.
“ Ahh.. apaan?? Penampilan kayak juragan ayam gitu dibilang tampan. Idih amit-amit” jawab Luna dengan nada ketus.
Sebenenarnya Mara tak terima sang idola diremehkan oleh Luna seperti itu, ia ingin membalasnya, namun niatnya itu seketika sirna saat sesosok cowok jangkung, berkulit putih, berhidung mancung dan bermata almond tiba – tiba masuk ke dalam kelasnya dengan penampilan sangat cool, semua anak perempuan di kelas itu pun menjadi sangat histeris, ada yang cengar cengir kayak kuda, ada yang salting sampai sampai mau ngompol di celana, tau sendiri lah bagaimana perilaku kaum hawa kalau sudah bertemu sang pujaan hati, semua pandangan mereka hanya tertuju pada satu titik. Kak Radit.
          Memang pada pertemuan kali ini penampilan Kak Radit sangat menawan, dengan memakai baju kebesaran Kopaska berwarna merah, hasduk merah putih yang melingkar di lehernya dengan sangat rapi, topi baret cokelat yang menutupi rambut landaknya dan senyum ramah saat menyapa semua anak dikelas itu, membuat semua anak perempuan yang melihatnya pun menjadi melting bukan main. Ooh sungguh tampannya Kak Radit hari ini.
 Namun sayang hal itu tidak dirasakan oleh Luna, Luna yang sedari tadi sudah badmood pun tambah badmood melihat kedatangan orang yang ia benci, dari tadi Luna hanya melihat Kak Radit dengan tatapan sinis, penuh kebencian, tak senang, di pikirannya hanya terucap “sok ganteng! Sombong! Senyum tak berkelas! Juragan ayam nyebelin. Sebel! Sebel!Sebel! huffttt.”
“Hai, adik – adik, selamat siang.....” Sapa Kak Radit dengan penuh semangat.
          “SELAMAT SIANG KAAKKKK......” teriak semua perempuan tak kalah semangatnya, mereka berlomba berteriak sekeras kerasnya agar suaranya bisa didengar oleh Kak Radit. Melihat antusias itu Kak Radit hanya bisa tersenyum sambil menutup telinganya karena suara mereka memang cempreng sekali.:D

          “Adik – adik kakak ingin memberi tahu kalau 2 minggu lagi kita akan melaksanakan kemah” ujar Kak Radit ketika suasana sudah mulai damai kembali.
          “YEAYYYY....” semua pun bersorak sorai dan suasana pun menjadi ricuh kembali.
          “Dan saya sendiri yang akan memandu kelas ini secara khusus dari sebelum kemah, saat kemah sampai sehabis kemah” kata kata kak Radit barusan membuat semua anak perempuan tambah histeris bukan main. Namun ditengah kericuhan itu, Luna hanya diam membisu, dihatinya penuh rasa benci, ia benar – benar tak tahan, tak sanggup dan akhirnya ia langsung menyelonong pergi keluar kelas tanpa izin terlebih dahulu kepada Kak Radit. Kak Radit yang memang sudah tahu bahwa Luna memang membencinya sejak pertama kali bertemu hanya bisa geleng geleng kepala dan ia tak berniat untuk mengejarnya karena ia takut itu malah membuat Luna tambah benci kepadanya.
dc
2 minggu kemudian, di bumi perkemahan,
          Luna, Mara dan kedua temannya kebagian tugas untuk mendirikan tenda, saat itu mereka bingung ternyata patok yang mereka bawa habis dan masih banyak bagian tenda yang belum mereka patok, saat mereka sibuk mencari pinjaman patok yang berlebih, tiba – tiba Kak Radit datang dengan menyodorkan beberapa patok kepada Luna, Luna yang kaget melihat kedatangan Kak Radit pun langsung pergi menjauh sejauh jauhnya tanpa menghiraukan patok yang disodorkan kepadanya.
“Huftt sok jadi pahlawan banget sih” gumam Luna lirih sambil menatap sinis Kak Radit yang kini sedang membantu ketiga temannya mendirikan tenda, menggantikan posisinya.
          Keesokan harinya, diadakan penjelajahan disekitar bumi perkemahan, Regu Sakura, regu Luna dan Mara pun mendapat kesempatan untuk berangkat pertama kali, disepanjang jalan mereka ditemani kicauan burung yang bertengger diatas rerimbunan pohon teh yang hijau, udara sejuk pegunungan ditambah suasana asri pemandangan pun membuat mereka sangat menikmati penjelajahan kali ini. Tantangan disetiap pos pun mereka lalui dengan sangat baik.
          Sampai akhirnya mereka sampai di pos 7, disana sudah ada Kak Radit yang siap untuk memberi tantangan, Luna yang berada dibarisan paling depan pun seketika langsung pindah ke barisan paling belakang sendiri, suasana hatinya yang sebelumnya tenang, damai seperti disurga mendadak kacau, panas bagaikan dineraka rasa benci kembali menyelimuti hatinya. Melihat perilaku Luna Kak Radit pun hanya bisa tersenyum menyadari itu semua.
          “Adik – adik di pos ini kakak akan menyuruh kalian untuk turun kesana” ujar Kak Radit sambil menunjuk jurang yang cukup curam didepan sana. Mendengar ucapan Kak Radit barusan mereka pun kaget setengah mati, ketakutan menyelimuti wajah mereka. melihat perubahan wajah itu Kak Radit pun mengerti, “Oh.. tenang jangan takut, saya akan pegangi tangan kalian kok” ujar Kak Radit sambil tersenyum.
          Mendengar tawaran yang sangat menggiurkan itu, mereka pun langsung semangat untuk menuruni jurang tersebut, rasa takut pun langsung sirna dari wajah mereka, wajah mereka pun kini berubah berseri – seri, mereka pun kini malah berebutan untuk turun duluan agar segera bisa memegang tangan Kak Radit. Namun berbeda dengan Luna, Luna memilih mengalah dan hanya berdiri mematung merasakan kebemcian didalam hatinya itu.
          Satu demi satu anggota regu pun telah menuruni jurang dengan selamat dan kini tiba giliran Luna untuk turun menyusul anggota yang lain, saat Luna hendak menuruni jurang tersebut tangan kak Radit pun sudah berada didepannya siap untuk menolongnya menuruni jurang, namun Luna langsung menepis tangan Kak Radit dengan sangat kasar, “Maaf saya tak butuh bantuan anda!” ujar Luna dengan ketus. Kak Radit pun akhirnya menyingkir, selangkah Luna menuruni jurang pun berhasil ia lalui dengan baik, Kak Radit pun hanya bisa mengawasi Luna dari atas dengan hati was – was, saat langkah Luna yang kedua tiba – tiba .... kaki kanannya tergelincir, teman – temannya yang berada dibawah pun berteriak histeris, khawatir menyelimuti hati mereka, Luna pun kehilangan keseimbangannya, dan........ “AWWWHHHHHH......” Luna pun hanya bisa memejamkan mata, ia pasrah, namun tiba – tiba ada yang memegangi tangannya dengan sangat kuat penuh kelembutan, Luna pun memberanikan diri membuka mata, ia melihat Kak Radit. Ya! Kak Radit, ia tak percaya, apa benar ini Kak Radit? Kak Radit yang selama ini ia benci kini memegang tanganku?, menyelamatkan nyawaku?, mengapa ia mau menyelamatkanku? Padahal selama ini aku sudah membencinya, apa dia tak membenciku? batin Luna.  Luna pun melihat Kak Radit, nafas Kak Radit terlihat tak karuan, saat Luna melihat tajam kedalam mata almond Kak Radit, hatinya berdebar sangat kencang, ia menemukan kekhawatiran dan ketakutan yang sangat mendalam dari diri Kak Radit. Kak Radit pun akhirnya menarik tubuh Luna dengan kuat, dan kini Luna sudah berada diatas dengan selamat, nyawanya pun tertolong.
          Keesokan harinya, semenjak kejadian kemarin, Luna belum sempat mengucapkan terimakasih kepada Kak Radit, dan hari ini Luna akan memberanikan diri untuk menemui Kak Radit. Saat Luna hendak mencari keberadaan Kak Radit, tiba – tiba bahu Luna ditepuk seseorang, “Luna.” Luna pun refleks menoleh kebelakang. Kak Radit! Batin Luna, hati Luna pun berdegup kencang, “ehm.. Kak Radit! terimakasih kemarin kakak sudah menyelamatkan nyawaku” ujar Luna lembut senyuman manis pun tersungging di bibir Luna, senyuman yang pertama kali dibuatnya untuk Kak Radit. Melihat senyuman manis dari Luna, Hati Kak Radit pun jadi senang, tanpa ba-bi-bu Kak Radit pun langsung berkata “Lun... aku suka padamu”. Luna pun kaget setengah mati mendengar pengakuan dari Kak Radit yang sangat tiba – tiba itu. Luna hanya bisa senyam senyum sendiri, warna merah merona pun menyelimuti pipi putihnya, “aku juga suka padamu, Kak” jawab Luna dengan penuh kepastian, rerimbunan pohon yang hijau, kicauan burung yang merdu, deretan tenda yang berdiri dengan kokoh dengan patok tendanya pun menjadi saksi kisah cinta mereka.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik