Dalam mengkritik, seeorang kritikus
akan menunjukkan hal-hal yang bernilai atau tidak bernilai dari suatu karya
sastra. Kritikus bisa jadi akan menunjukkan hal-hal yang baru dalam karya
sastra, hal-hal apa saja yang belum digarap oleh sastrawan. Dengan demikian,
sastrawan dapat belajar dari kritik sastra untuk lebih meningkatkan
kecakapannya dan memerluas cakrawala kreativitas, corak, dan kualitas karya
sastranya. Jika sastrawan-sastrawan mampu menghasilkan karya-karya yang baru,
kreatif, dan berbobot, maka perkembangan sastra negara tersebut juga akan
meningkat pesat, baik secara kualitas maupun kuantitas. Dengan kata lain,
kritik yang dilakukan kritikus akan meningkatkan kualitas dan kreativitas
sastrawan, dan pada akhirnya akan meningkatkan perkembangan sastra itu sendiri.
2. Kritik sastra
berfungsi untuk penerangan bagi penikmat sastra
Dalam melakukan kritik, kritikus akan
memberikan ulasan, komentar, menafsirkan kerumitan-kerumitan,
kegelapan-kegelapan makna dalam karya sastra yang dikritik. Dengan demikian,
pembaca awam akan mudah memahami karya sastra yang dikritik oleh kritikus.
Sementara itu, ketika masyarakat sudah
terbiasa dengan apresiasi sastra, maka daya apresiasi masyarakat terhadap karya
sastra akan semakin baik. Masyarakat dapat memilih karya sastra yang bermutu
tinggi, misalnya karya sastra yang berisi nilai-nilai kehidupan, memerhalus
moral, memertajam pikiran, kemanusiaan, dan kebenaran.
3. Kritik sastra
berfungsi bagi ilmu sastra itu sendiri
Analisis yang dilakukan kritikus dalam
mengeritik harus didasarkan pada referensi-referensi dan teori-teori yang
akurat. Tidak jarang pula, perkembangan teori sastra lebih lambat dibandingkan
dengan kemajuan proses kreatif pengarang. Untuk itu, dalam melakukan kritik,
kritikus seringkali harus meramu teori-teori baru. Teori-teori sastra baru yang
seperti inilah yang justru akan mengembangkan ilmu sastra itu sendiri. Karena, seorang pengarang akan dapat belajar melalui
kritik sastra dalam memerluas pandangannya, sehingga akan berdampak pada
meningkatnya kualitas karya sastra.
Fungsi kritik sastra akan menjadi
kenyataan karena adanya tanggung jawab antara kritikus dan sastrawan serta
tanggung jawab mereka dalam memanfaatkan kritik sastra tersebut.
Kritik sastra dengan begitu, tidak perlu diragukan bahwa adanya kritik yang
kuat serta jujur di medan sastra akan membawa pada meningkatnya kualitas karya
sastra. Karena sastrawan akan memiliki perhitungan sebelum akhirnya
dipublikasikannya karya sastra tersebut. Oleh sebab itu, ketiadaan kritik pada
medan sastra akan membawa pada munculnya karya-karya sastra yang picisan.
Baribin
memperjelas, bahwasanya tidak semua kritik sastra dapat menjelaskan fungsinya,
oleh sebab itu kritik sastra harus memiliki tanggung jawab atas tugasnya serta
mampu membuktikan bahwa dengan adanya kritik yang dilakukan oleh kritikus mampu
memberikan sumbangan yang berharga terhadap pembinaan dan pengembangan sastra.
Karena itu kritik sastra berfungsi apabila (1) disusun atas dasar untuk meningkatkan
dan membangun sastra, (2) melakukan kritik secara objektif, menggunakan
pendekatan dan metode yang jelas, agar dapat dipertangungjawabkan, (3) mampu memperbaiki
cara berpikir, cara hidup, dan cara bekerja sastrawan, (4)
dapat
menyesuikan diri dengan ruang lingkup kebudayaan dan tata nilai yang berlaku,
dan (5) dapat
membimbing pembaca untuk berpikir kritis dan dapat meningkatkan apresiasi
sastra masyarakat.
Berkaitan dengan kritik sastra, esai adalah karangan pendek mengenai suatu
masalah yang kebetulan menarik perhatian untuk diselidiki dan dibahas.
Pengarang mengemukakan pendiriannya, pikirannya, cita-citanya, atau sikapnya
terhadap suatu persoalan yang disajikan. Dengan kata lain, esai sastra adalah
karangan pendek yang merupakan laporan hasil eksplorasi penulis tentang karya
atau beberapa karya sastara yang sifatnya lebih banyak menekankan sensasi dan
kekaguman penelaah tentang hasil hasil bacaannya atau hasil belajarnya.
Arief Budiman dalam Kritik dan Penilaian menarik pengertian esai sebagai karangan yang
sedang panjangnya, yang membahas persoalan secara mudah dan sepintas lalu dalam
bentuk prosa.
Esai sastra, dengan demikian, bagian
dari kritik sastra yang memunyai ciri dan karakteristik sendiri. Hal ini
dimaksudkan agar kita dapat membedakan yang mana kritik dan yang mana esai
sastra, ketika kita membutuhkan referensi untuk kepentingan penelitian ataupun
penambah wawasan dalam mengasah karya esai kita. Dalam hal ini esai sastra
hanya bersifat mengemukakan masalah atau persoalan kepada khalayak ramai, dan
bagaimana penyelesaian tersebut terarah kepada pembaca. Sedangkan kritik sastra
adalah penilaian terhadap suatu karya sastra melalui proses dengan menggunakan
kriteria tertentu.
1.SIR WALTER SCOTT (1771 – 1832 )
Sir Walter Scott dilahirkan di Edinhburg, Scotlandia, 15 agustus 1771,
meninggal 21 September 1832. Ia merupakan pengarang Inggris yang paling
kesohor dalam membuka abad kesembilan belas dengan cerita-cerita
romantic dan puisi naratif yang diangkat dari kisah-kisah sejarah. Dua
karyanya yang paling popular adalah Waverly (1814) dan Ivanhoe (1820).
Masa kanak Scott tidaklah menyenangkan. Ia sering sakit-sakitan dan
penderitaan itu harus ditanggung seumur hidup berupa kaki yang pincang.
Oleh sebab itu, karya-karya awalnya dipublikasi bukan dengan namanya
sendiri, sebagai akibat rasa rendah diri. Akan tetapi, karya-karyanya
yang muncul setelah tahun 1825 menggunakan namanya, demikian pula pada
karya-karya sebelumnya setelah mengalami cetak ulang.
Tahun 1802 – 1903 muncul karya awalnya yang cukup berkualitas yaitu tiga
jilid balada yang diangkat dari cerita – cerita lisan Scotlandia. Karya
– karyanya yang lain adalah Minstrelsy, Lay of the Last Minstrel
(1805), Lady of the Lake (1810), Guy Mannering (1815), Old Mortality (
1816), Rob Roy (1817), kumpulan puisi Rokeby (1813), Quentin Durward
(1823), The Talisman (1825), Anne of Geierstein (1829).
Sebagaimana banyak pengarang kesohor yang mengalami kesulitan keuangan,
Scott mengalami tahun 1826 yang menyebabkan ia harus menulis lebih
banyak karya lagi. Karya-karya Scott menunjukkan latar belakang sejarah
dan dunia lama oarng – orang Scotlandia dan Inggris. Karyanya yang
terkenal yaitu Ivanhoe (salah satu favorit saya) berkisah tentang abad
pertengahan di Inggris yaitu penggambaran konflik orang – orang Anglo
Saxon dan orang – orang Normandia. Konflik itu diungkapkan dengan gaya
bahasa yang khas dan sangat mengesankan sebagai pengarang romantic.
Scott memperlihatkan kemampuan yang prima terutama penguasaannya atas
bahan – bahan sejarah dan persoalan perwatakan.
Tokoh – tokoh seperti Ivanhoe, Cedric, Rowena, Isaac dan York menunjukka
pengggambaran watak yang sangat mengesankan, dimana penggunaan antagoni
dan protagonist dengan memperhatikan tokoh – tokohnya secara sosiologis
sangat tepat dan kuat. Karya ini menunjukkan keunggulan Scott terutama
dibandingkan dengan sejumlah karyanya yang lain, juga dari pengarang
seangkatannya. Sebagai pengarang romantic, Scott meninggalkan pengaruh
yang besar dan kuat kepada genberasi pengarang sesudahnya dimana karya –
karyanya menjadi acuan dan contoh yang pas untuk bentuk sastra
romantic.
2.EMILE ZOLA
Dilahirkan di Paris . Salah seorang sastrawan Prancis yang kesohor dari
abad kesembilan belas. Emile Zola merupakan pelopor aliran Naturalisme,
corak utama sastra Prancis abad XVII. Sukses pertamanya dimulai dari
novelnya Theresa Requin (1867) dan puncak karyanya adalah novel Germinal
(1885) yang diikuti oleh sejumlah karya yang kadangkala controversial,
seperti Nana (1881) yang dianggap pornografis. Novel ini mengungkapkan
gambaran prostitusi secara gamblang sehingga pelukisannya kadangkala
terlalu terbuka. Namun Zola bukan menulis tentang pornografi karena yang
ingin dikatakannya adalah masalah moral. Karyanya yang lain adalah Les
Rougons –Macquart (1870), La Fortune des Rougons (1871), Le Ventre de
Paris (1873), La Conquete de Plassans (1875), Son Excellence Eugene
Rougon (1876), L’Assommoir (1877), La Debacle (1892), Les Trois Villes
(1894), Les Quatre Evangiles (1894), Les Heritiers Rabourdin (1874),
Renee (1887), dan L’ouragan (1901)
Disamping menghasilkan karya kreatif berupa fiksi novel dan drama, Zola
juga menulis kritik, esai sastra dan sejumlah surat maupun pembelaan.
Surat terbukanya yang merupakan pembelaan terhadap Alfred Dreyfus yang
berjudul J’accuse (1898) merupakan pendapat yang berani dan tajam dalam
membangkitkan rasa solidaritas yang tinggi. Akibat pembelaannya, ia
harus menyingkir ke luar negeri selama setahun. Demikian juga kritik
seninyayang lebih merupakan pembelaan terhadap karya-karya kaum
impresionis seperti Eduard Manet danlain-lain. Kedudukannya sebagai
tokoh aliran naturalism makin kukuh setelah ia menerbitkan Roman
Experimental (1881), Le Naturalisme au Theatre (1881), dan Romanciers
Naturalistes (1881)
Menurut Zola, seni adalah alam yang dapat diindra melalui watak. Oleh
karena itu, dalam novel Zola watak sangat diutamakan sehingga watak
mampu menggambarkan setting, pikiran dan ide-ide dasar yang ingin
disampaikan pengarang.
3.VICTOR HUGO (1802 – 1885)
Victor Hugo dilahirkan di Besancon, Prancis, 26 Februari 1802, meninggal
22 Mei 1885. Nama lengkapnya Victor Marie Comte Hugo, putra seorang
jendral yang cukup terkemuka di zaman Napoleon. Ayahnya pernah menjadi
gubernur di Spanyol dan Italia. Sejak usia lima belas tahun ia telah
menulis puisi dan tahun 1817 mendapat pujian dalam sayembara yang
diadakan Akademia Prancis dan tahun 1819 memperoleh hadiah sastra dari
Academia des Jeux Floraux de Toulouse.
Hugo menduduki tempat terhormat dalam sastra Prancis karena karya –
karyanya mendominasi hampir seluruh abad 19. Ia merupakan pemuka aliran
roamntik, baik dalam puisi maupun dlam prosa. Tahun 1822 terbit kumpulan
puisinya Odes et Ballades yang berhasil menarik simpati public. Tahun
1823 terbit novel pertamanya Han d’Islande meruakan buku hadiah
perkawinannya dengan Adele Foucher (1822). Di rumah pasangan inilah
tempat pertemuan kaum romantikus Prancis.
Drama yang pertama berupa epos Cromwel (1827) dan dramanya yang kesohor
adalah Hernani (1830), Les Roi s”Amuse (1832), Marie Tudor (1833) dan
Ruy Blus (1838).
Selama tujuh belas tahun sejak penerbitan pertama, ia telah menerbitkan
sejumlah kumpulan esai, tiga novel dan lima kumpulan puisi. Masing –
masing kumpulan puisinya adalah Les Orientalis (1828), Feuilles d’
Automne (1831), Les Voix Interiues (1828), dan Les Rayons et Les Ombers
(1840), Sementara dua romannya yang sangat terkenal dan tentunya sangat
memikat hati saya adalah Notre Dome de Paris (18310 dan Les Mirables
(1862)
Melewati masa panjang dalam sejarah Prancis, Victor Hugo mengalami dan
mengikuti kegiatan pemerintahan hingga saat rezim yang berkuasa jatuh
dan ia ikut terusir. Namun pengalaman itu memperkaya wawasannya dalam
kegiatan sastra. Sehingga masa pengasingannya ke luar negeri merupakan
bagian dari kegiatannya belajar dan menulis hingga kembalinya ke Prancis
setelah runtuhnya Kekaisaran Kedua (1870) dan berdirinya Republik
Ketiga, dimana ia ikut ambil bagian dalam lembaga legislative. Meskipun
dua decade terkhir kemtian orang – orang tercintanya, membuat ia
tercambuk untuk menulis lebih banyak karya lagi. Ketika meninggal dunia,
peti jenazahnya diarak dalam suatu prosesi nasional yang agung dari
Arch de Triomphe ke Pantheon.
Karya – karya Hugo merupakan banyak karya yang banyak memberi pengaruh
kepada sastra dunia, menjadi bahan polemic dan sumber inspirasi. Ia
merupakan salah seorang sastrawan agung dan kenamaan abad kesembilan
belas dan secara khusus memberi landasan yang kuat dan kokoh dalam
aliran romantic. Ia menulis dalam sejumlah genre sastra.
4.ALEXANDER DUMAS
Dilahirkan di Prancis, 24 Juli 1802 dan meninggal 5 Desember 1870. Corak
romantic yang dianut Dumas membawanya menekuni novel – novel sejarah
dan kisah – kisah cinta yang memikat hati hingga karyanya abadi dalam
dunia sastra. Diantara karyanya yang monumental dan menjadi favorit saya
adalah The Three Musketeers, The Count of Monte Cristo dan The Man in
The Iron Mask. Karya – karya ini menjadikan Dumas dicintai oleh rakyat
Prancis.
Ayahnya adalah seorang jendral yang jatuh bersamaan dengan jatuhnya
Napoleon, meninggalkan kesultan keuangan hingga meninggalnya tahun 1870.
Meskipun anak jendral, Dumas tidak mendapatkan pendidikan yang baik
karena kesulitan keuangan keluarganya. Lantas untuk menghidupi
keluarganya ia menjadi juru tulis pada tahun 1818 dan terakhir ia
bekerja pada Duke Orleans yang beberapa tahun kemudian menjadi Raja
Louis Philip. Dalam tahun 1820-an, dibawah pengaruh Shakspeare dan Sir
Walter Scott, ia menulis sejumlah lakon romantic melodramatic dengan
gaya dan model kisah – kisah sejarah yang melahirkan Henri III et Sa
Cour (1829), Antony (1831) dan La Tour de Nesle (1832).
Roman yang luar biasa, The Three Musketeers (1844) mengangkat nama Dumas
sebagai pengarang dunia. Roman ini mencakup kisah sejarah selama lebih
kurang lima puluh tahun, bermain dalam abad ketujuh belas, merupakan
satu rangkaian dengan Twenty Years After.
Novel dan lakon yang ditulis Dumas menunjukkan watak dasar seni romantic
yang kuat dan meskipun ia hanya menulis cerita – cerita panjang, Dumas
memberi Inspirasi akan bentuk cerita pendek, meskipun dalam rentang
waktu yang panjang.
Fiksi sejarah di dalam sejarah sastra dunia ditandai oleh Scott, Balzak
dan Dumas yang menggali kisah – kisah sejarah secara meyakinkan dan
kemudian abad sesudahnya dilakukan oleh Henryk Sienkiewics (1846 – 1916)
dari Polandia, Par Lagervist (1891 - !974) dari Swedia, Boris Pasternak
(1890 – 1960) dari Uni Sovyet, dan lain – lain. Namun, Alexander Dumas
menduduki tempat khusus dari para penulis fiksi sejarah karena ia
mengambil sudut pandang yang khas Prancis dari satu setting waktu.
Akhir hidupnya, pengarang kenamaan ini tidaklah seharum karya-karyanya.
Ia berpulang secara mengejutkan dan misterius di rumah putranya
Alexander Dumas Jr. seorang pengarang yang mengikuti jejaknya. Hanya
sayang, Ibu putranya ini tak pernah dinikahinya sampai akhir hayatnya.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/andifirmansyah/tokoh-tokoh-sastrawan-dunia_55179281a333117507b65ef4
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/andifirmansyah/tokoh-tokoh-sastrawan-dunia_55179281a333117507b65ef4
1.SIR WALTER SCOTT (1771 – 1832 )
Sir Walter Scott dilahirkan di Edinhburg, Scotlandia, 15 agustus 1771,
meninggal 21 September 1832. Ia merupakan pengarang Inggris yang paling
kesohor dalam membuka abad kesembilan belas dengan cerita-cerita
romantic dan puisi naratif yang diangkat dari kisah-kisah sejarah. Dua
karyanya yang paling popular adalah Waverly (1814) dan Ivanhoe (1820).
Masa kanak Scott tidaklah menyenangkan. Ia sering sakit-sakitan dan
penderitaan itu harus ditanggung seumur hidup berupa kaki yang pincang.
Oleh sebab itu, karya-karya awalnya dipublikasi bukan dengan namanya
sendiri, sebagai akibat rasa rendah diri. Akan tetapi, karya-karyanya
yang muncul setelah tahun 1825 menggunakan namanya, demikian pula pada
karya-karya sebelumnya setelah mengalami cetak ulang.
Tahun 1802 – 1903 muncul karya awalnya yang cukup berkualitas yaitu tiga
jilid balada yang diangkat dari cerita – cerita lisan Scotlandia. Karya
– karyanya yang lain adalah Minstrelsy, Lay of the Last Minstrel
(1805), Lady of the Lake (1810), Guy Mannering (1815), Old Mortality (
1816), Rob Roy (1817), kumpulan puisi Rokeby (1813), Quentin Durward
(1823), The Talisman (1825), Anne of Geierstein (1829).
Sebagaimana banyak pengarang kesohor yang mengalami kesulitan keuangan,
Scott mengalami tahun 1826 yang menyebabkan ia harus menulis lebih
banyak karya lagi. Karya-karya Scott menunjukkan latar belakang sejarah
dan dunia lama oarng – orang Scotlandia dan Inggris. Karyanya yang
terkenal yaitu Ivanhoe (salah satu favorit saya) berkisah tentang abad
pertengahan di Inggris yaitu penggambaran konflik orang – orang Anglo
Saxon dan orang – orang Normandia. Konflik itu diungkapkan dengan gaya
bahasa yang khas dan sangat mengesankan sebagai pengarang romantic.
Scott memperlihatkan kemampuan yang prima terutama penguasaannya atas
bahan – bahan sejarah dan persoalan perwatakan.
Tokoh – tokoh seperti Ivanhoe, Cedric, Rowena, Isaac dan York menunjukka
pengggambaran watak yang sangat mengesankan, dimana penggunaan antagoni
dan protagonist dengan memperhatikan tokoh – tokohnya secara sosiologis
sangat tepat dan kuat. Karya ini menunjukkan keunggulan Scott terutama
dibandingkan dengan sejumlah karyanya yang lain, juga dari pengarang
seangkatannya. Sebagai pengarang romantic, Scott meninggalkan pengaruh
yang besar dan kuat kepada genberasi pengarang sesudahnya dimana karya –
karyanya menjadi acuan dan contoh yang pas untuk bentuk sastra
romantic.
2.EMILE ZOLA
Dilahirkan di Paris . Salah seorang sastrawan Prancis yang kesohor dari
abad kesembilan belas. Emile Zola merupakan pelopor aliran Naturalisme,
corak utama sastra Prancis abad XVII. Sukses pertamanya dimulai dari
novelnya Theresa Requin (1867) dan puncak karyanya adalah novel Germinal
(1885) yang diikuti oleh sejumlah karya yang kadangkala controversial,
seperti Nana (1881) yang dianggap pornografis. Novel ini mengungkapkan
gambaran prostitusi secara gamblang sehingga pelukisannya kadangkala
terlalu terbuka. Namun Zola bukan menulis tentang pornografi karena yang
ingin dikatakannya adalah masalah moral. Karyanya yang lain adalah Les
Rougons –Macquart (1870), La Fortune des Rougons (1871), Le Ventre de
Paris (1873), La Conquete de Plassans (1875), Son Excellence Eugene
Rougon (1876), L’Assommoir (1877), La Debacle (1892), Les Trois Villes
(1894), Les Quatre Evangiles (1894), Les Heritiers Rabourdin (1874),
Renee (1887), dan L’ouragan (1901)
Disamping menghasilkan karya kreatif berupa fiksi novel dan drama, Zola
juga menulis kritik, esai sastra dan sejumlah surat maupun pembelaan.
Surat terbukanya yang merupakan pembelaan terhadap Alfred Dreyfus yang
berjudul J’accuse (1898) merupakan pendapat yang berani dan tajam dalam
membangkitkan rasa solidaritas yang tinggi. Akibat pembelaannya, ia
harus menyingkir ke luar negeri selama setahun. Demikian juga kritik
seninyayang lebih merupakan pembelaan terhadap karya-karya kaum
impresionis seperti Eduard Manet danlain-lain. Kedudukannya sebagai
tokoh aliran naturalism makin kukuh setelah ia menerbitkan Roman
Experimental (1881), Le Naturalisme au Theatre (1881), dan Romanciers
Naturalistes (1881)
Menurut Zola, seni adalah alam yang dapat diindra melalui watak. Oleh
karena itu, dalam novel Zola watak sangat diutamakan sehingga watak
mampu menggambarkan setting, pikiran dan ide-ide dasar yang ingin
disampaikan pengarang.
3.VICTOR HUGO (1802 – 1885)
Victor Hugo dilahirkan di Besancon, Prancis, 26 Februari 1802, meninggal
22 Mei 1885. Nama lengkapnya Victor Marie Comte Hugo, putra seorang
jendral yang cukup terkemuka di zaman Napoleon. Ayahnya pernah menjadi
gubernur di Spanyol dan Italia. Sejak usia lima belas tahun ia telah
menulis puisi dan tahun 1817 mendapat pujian dalam sayembara yang
diadakan Akademia Prancis dan tahun 1819 memperoleh hadiah sastra dari
Academia des Jeux Floraux de Toulouse.
Hugo menduduki tempat terhormat dalam sastra Prancis karena karya –
karyanya mendominasi hampir seluruh abad 19. Ia merupakan pemuka aliran
roamntik, baik dalam puisi maupun dlam prosa. Tahun 1822 terbit kumpulan
puisinya Odes et Ballades yang berhasil menarik simpati public. Tahun
1823 terbit novel pertamanya Han d’Islande meruakan buku hadiah
perkawinannya dengan Adele Foucher (1822). Di rumah pasangan inilah
tempat pertemuan kaum romantikus Prancis.
Drama yang pertama berupa epos Cromwel (1827) dan dramanya yang kesohor
adalah Hernani (1830), Les Roi s”Amuse (1832), Marie Tudor (1833) dan
Ruy Blus (1838).
Selama tujuh belas tahun sejak penerbitan pertama, ia telah menerbitkan
sejumlah kumpulan esai, tiga novel dan lima kumpulan puisi. Masing –
masing kumpulan puisinya adalah Les Orientalis (1828), Feuilles d’
Automne (1831), Les Voix Interiues (1828), dan Les Rayons et Les Ombers
(1840), Sementara dua romannya yang sangat terkenal dan tentunya sangat
memikat hati saya adalah Notre Dome de Paris (18310 dan Les Mirables
(1862)
Melewati masa panjang dalam sejarah Prancis, Victor Hugo mengalami dan
mengikuti kegiatan pemerintahan hingga saat rezim yang berkuasa jatuh
dan ia ikut terusir. Namun pengalaman itu memperkaya wawasannya dalam
kegiatan sastra. Sehingga masa pengasingannya ke luar negeri merupakan
bagian dari kegiatannya belajar dan menulis hingga kembalinya ke Prancis
setelah runtuhnya Kekaisaran Kedua (1870) dan berdirinya Republik
Ketiga, dimana ia ikut ambil bagian dalam lembaga legislative. Meskipun
dua decade terkhir kemtian orang – orang tercintanya, membuat ia
tercambuk untuk menulis lebih banyak karya lagi. Ketika meninggal dunia,
peti jenazahnya diarak dalam suatu prosesi nasional yang agung dari
Arch de Triomphe ke Pantheon.
Karya – karya Hugo merupakan banyak karya yang banyak memberi pengaruh
kepada sastra dunia, menjadi bahan polemic dan sumber inspirasi. Ia
merupakan salah seorang sastrawan agung dan kenamaan abad kesembilan
belas dan secara khusus memberi landasan yang kuat dan kokoh dalam
aliran romantic. Ia menulis dalam sejumlah genre sastra.
4.ALEXANDER DUMAS
Dilahirkan di Prancis, 24 Juli 1802 dan meninggal 5 Desember 1870. Corak
romantic yang dianut Dumas membawanya menekuni novel – novel sejarah
dan kisah – kisah cinta yang memikat hati hingga karyanya abadi dalam
dunia sastra. Diantara karyanya yang monumental dan menjadi favorit saya
adalah The Three Musketeers, The Count of Monte Cristo dan The Man in
The Iron Mask. Karya – karya ini menjadikan Dumas dicintai oleh rakyat
Prancis.
Ayahnya adalah seorang jendral yang jatuh bersamaan dengan jatuhnya
Napoleon, meninggalkan kesultan keuangan hingga meninggalnya tahun 1870.
Meskipun anak jendral, Dumas tidak mendapatkan pendidikan yang baik
karena kesulitan keuangan keluarganya. Lantas untuk menghidupi
keluarganya ia menjadi juru tulis pada tahun 1818 dan terakhir ia
bekerja pada Duke Orleans yang beberapa tahun kemudian menjadi Raja
Louis Philip. Dalam tahun 1820-an, dibawah pengaruh Shakspeare dan Sir
Walter Scott, ia menulis sejumlah lakon romantic melodramatic dengan
gaya dan model kisah – kisah sejarah yang melahirkan Henri III et Sa
Cour (1829), Antony (1831) dan La Tour de Nesle (1832).
Roman yang luar biasa, The Three Musketeers (1844) mengangkat nama Dumas
sebagai pengarang dunia. Roman ini mencakup kisah sejarah selama lebih
kurang lima puluh tahun, bermain dalam abad ketujuh belas, merupakan
satu rangkaian dengan Twenty Years After.
Novel dan lakon yang ditulis Dumas menunjukkan watak dasar seni romantic
yang kuat dan meskipun ia hanya menulis cerita – cerita panjang, Dumas
memberi Inspirasi akan bentuk cerita pendek, meskipun dalam rentang
waktu yang panjang.
Fiksi sejarah di dalam sejarah sastra dunia ditandai oleh Scott, Balzak
dan Dumas yang menggali kisah – kisah sejarah secara meyakinkan dan
kemudian abad sesudahnya dilakukan oleh Henryk Sienkiewics (1846 – 1916)
dari Polandia, Par Lagervist (1891 - !974) dari Swedia, Boris Pasternak
(1890 – 1960) dari Uni Sovyet, dan lain – lain. Namun, Alexander Dumas
menduduki tempat khusus dari para penulis fiksi sejarah karena ia
mengambil sudut pandang yang khas Prancis dari satu setting waktu.
Akhir hidupnya, pengarang kenamaan ini tidaklah seharum karya-karyanya.
Ia berpulang secara mengejutkan dan misterius di rumah putranya
Alexander Dumas Jr. seorang pengarang yang mengikuti jejaknya. Hanya
sayang, Ibu putranya ini tak pernah dinikahinya sampai akhir hayatnya.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/andifirmansyah/tokoh-tokoh-sastrawan-dunia_55179281a333117507b65ef4
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/andifirmansyah/tokoh-tokoh-sastrawan-dunia_55179281a333117507b65ef4
1.SIR WALTER SCOTT (1771 – 1832 )
Sir Walter Scott dilahirkan di Edinhburg, Scotlandia, 15 agustus 1771,
meninggal 21 September 1832. Ia merupakan pengarang Inggris yang paling
kesohor dalam membuka abad kesembilan belas dengan cerita-cerita
romantic dan puisi naratif yang diangkat dari kisah-kisah sejarah. Dua
karyanya yang paling popular adalah Waverly (1814) dan Ivanhoe (1820).
Masa kanak Scott tidaklah menyenangkan. Ia sering sakit-sakitan dan
penderitaan itu harus ditanggung seumur hidup berupa kaki yang pincang.
Oleh sebab itu, karya-karya awalnya dipublikasi bukan dengan namanya
sendiri, sebagai akibat rasa rendah diri. Akan tetapi, karya-karyanya
yang muncul setelah tahun 1825 menggunakan namanya, demikian pula pada
karya-karya sebelumnya setelah mengalami cetak ulang.
Tahun 1802 – 1903 muncul karya awalnya yang cukup berkualitas yaitu tiga
jilid balada yang diangkat dari cerita – cerita lisan Scotlandia. Karya
– karyanya yang lain adalah Minstrelsy, Lay of the Last Minstrel
(1805), Lady of the Lake (1810), Guy Mannering (1815), Old Mortality (
1816), Rob Roy (1817), kumpulan puisi Rokeby (1813), Quentin Durward
(1823), The Talisman (1825), Anne of Geierstein (1829).
Sebagaimana banyak pengarang kesohor yang mengalami kesulitan keuangan,
Scott mengalami tahun 1826 yang menyebabkan ia harus menulis lebih
banyak karya lagi. Karya-karya Scott menunjukkan latar belakang sejarah
dan dunia lama oarng – orang Scotlandia dan Inggris. Karyanya yang
terkenal yaitu Ivanhoe (salah satu favorit saya) berkisah tentang abad
pertengahan di Inggris yaitu penggambaran konflik orang – orang Anglo
Saxon dan orang – orang Normandia. Konflik itu diungkapkan dengan gaya
bahasa yang khas dan sangat mengesankan sebagai pengarang romantic.
Scott memperlihatkan kemampuan yang prima terutama penguasaannya atas
bahan – bahan sejarah dan persoalan perwatakan.
Tokoh – tokoh seperti Ivanhoe, Cedric, Rowena, Isaac dan York menunjukka
pengggambaran watak yang sangat mengesankan, dimana penggunaan antagoni
dan protagonist dengan memperhatikan tokoh – tokohnya secara sosiologis
sangat tepat dan kuat. Karya ini menunjukkan keunggulan Scott terutama
dibandingkan dengan sejumlah karyanya yang lain, juga dari pengarang
seangkatannya. Sebagai pengarang romantic, Scott meninggalkan pengaruh
yang besar dan kuat kepada genberasi pengarang sesudahnya dimana karya –
karyanya menjadi acuan dan contoh yang pas untuk bentuk sastra
romantic.
2.EMILE ZOLA
Dilahirkan di Paris . Salah seorang sastrawan Prancis yang kesohor dari
abad kesembilan belas. Emile Zola merupakan pelopor aliran Naturalisme,
corak utama sastra Prancis abad XVII. Sukses pertamanya dimulai dari
novelnya Theresa Requin (1867) dan puncak karyanya adalah novel Germinal
(1885) yang diikuti oleh sejumlah karya yang kadangkala controversial,
seperti Nana (1881) yang dianggap pornografis. Novel ini mengungkapkan
gambaran prostitusi secara gamblang sehingga pelukisannya kadangkala
terlalu terbuka. Namun Zola bukan menulis tentang pornografi karena yang
ingin dikatakannya adalah masalah moral. Karyanya yang lain adalah Les
Rougons –Macquart (1870), La Fortune des Rougons (1871), Le Ventre de
Paris (1873), La Conquete de Plassans (1875), Son Excellence Eugene
Rougon (1876), L’Assommoir (1877), La Debacle (1892), Les Trois Villes
(1894), Les Quatre Evangiles (1894), Les Heritiers Rabourdin (1874),
Renee (1887), dan L’ouragan (1901)
Disamping menghasilkan karya kreatif berupa fiksi novel dan drama, Zola
juga menulis kritik, esai sastra dan sejumlah surat maupun pembelaan.
Surat terbukanya yang merupakan pembelaan terhadap Alfred Dreyfus yang
berjudul J’accuse (1898) merupakan pendapat yang berani dan tajam dalam
membangkitkan rasa solidaritas yang tinggi. Akibat pembelaannya, ia
harus menyingkir ke luar negeri selama setahun. Demikian juga kritik
seninyayang lebih merupakan pembelaan terhadap karya-karya kaum
impresionis seperti Eduard Manet danlain-lain. Kedudukannya sebagai
tokoh aliran naturalism makin kukuh setelah ia menerbitkan Roman
Experimental (1881), Le Naturalisme au Theatre (1881), dan Romanciers
Naturalistes (1881)
Menurut Zola, seni adalah alam yang dapat diindra melalui watak. Oleh
karena itu, dalam novel Zola watak sangat diutamakan sehingga watak
mampu menggambarkan setting, pikiran dan ide-ide dasar yang ingin
disampaikan pengarang.
3.VICTOR HUGO (1802 – 1885)
Victor Hugo dilahirkan di Besancon, Prancis, 26 Februari 1802, meninggal
22 Mei 1885. Nama lengkapnya Victor Marie Comte Hugo, putra seorang
jendral yang cukup terkemuka di zaman Napoleon. Ayahnya pernah menjadi
gubernur di Spanyol dan Italia. Sejak usia lima belas tahun ia telah
menulis puisi dan tahun 1817 mendapat pujian dalam sayembara yang
diadakan Akademia Prancis dan tahun 1819 memperoleh hadiah sastra dari
Academia des Jeux Floraux de Toulouse.
Hugo menduduki tempat terhormat dalam sastra Prancis karena karya –
karyanya mendominasi hampir seluruh abad 19. Ia merupakan pemuka aliran
roamntik, baik dalam puisi maupun dlam prosa. Tahun 1822 terbit kumpulan
puisinya Odes et Ballades yang berhasil menarik simpati public. Tahun
1823 terbit novel pertamanya Han d’Islande meruakan buku hadiah
perkawinannya dengan Adele Foucher (1822). Di rumah pasangan inilah
tempat pertemuan kaum romantikus Prancis.
Drama yang pertama berupa epos Cromwel (1827) dan dramanya yang kesohor
adalah Hernani (1830), Les Roi s”Amuse (1832), Marie Tudor (1833) dan
Ruy Blus (1838).
Selama tujuh belas tahun sejak penerbitan pertama, ia telah menerbitkan
sejumlah kumpulan esai, tiga novel dan lima kumpulan puisi. Masing –
masing kumpulan puisinya adalah Les Orientalis (1828), Feuilles d’
Automne (1831), Les Voix Interiues (1828), dan Les Rayons et Les Ombers
(1840), Sementara dua romannya yang sangat terkenal dan tentunya sangat
memikat hati saya adalah Notre Dome de Paris (18310 dan Les Mirables
(1862)
Melewati masa panjang dalam sejarah Prancis, Victor Hugo mengalami dan
mengikuti kegiatan pemerintahan hingga saat rezim yang berkuasa jatuh
dan ia ikut terusir. Namun pengalaman itu memperkaya wawasannya dalam
kegiatan sastra. Sehingga masa pengasingannya ke luar negeri merupakan
bagian dari kegiatannya belajar dan menulis hingga kembalinya ke Prancis
setelah runtuhnya Kekaisaran Kedua (1870) dan berdirinya Republik
Ketiga, dimana ia ikut ambil bagian dalam lembaga legislative. Meskipun
dua decade terkhir kemtian orang – orang tercintanya, membuat ia
tercambuk untuk menulis lebih banyak karya lagi. Ketika meninggal dunia,
peti jenazahnya diarak dalam suatu prosesi nasional yang agung dari
Arch de Triomphe ke Pantheon.
Karya – karya Hugo merupakan banyak karya yang banyak memberi pengaruh
kepada sastra dunia, menjadi bahan polemic dan sumber inspirasi. Ia
merupakan salah seorang sastrawan agung dan kenamaan abad kesembilan
belas dan secara khusus memberi landasan yang kuat dan kokoh dalam
aliran romantic. Ia menulis dalam sejumlah genre sastra.
4.ALEXANDER DUMAS
Dilahirkan di Prancis, 24 Juli 1802 dan meninggal 5 Desember 1870. Corak
romantic yang dianut Dumas membawanya menekuni novel – novel sejarah
dan kisah – kisah cinta yang memikat hati hingga karyanya abadi dalam
dunia sastra. Diantara karyanya yang monumental dan menjadi favorit saya
adalah The Three Musketeers, The Count of Monte Cristo dan The Man in
The Iron Mask. Karya – karya ini menjadikan Dumas dicintai oleh rakyat
Prancis.
Ayahnya adalah seorang jendral yang jatuh bersamaan dengan jatuhnya
Napoleon, meninggalkan kesultan keuangan hingga meninggalnya tahun 1870.
Meskipun anak jendral, Dumas tidak mendapatkan pendidikan yang baik
karena kesulitan keuangan keluarganya. Lantas untuk menghidupi
keluarganya ia menjadi juru tulis pada tahun 1818 dan terakhir ia
bekerja pada Duke Orleans yang beberapa tahun kemudian menjadi Raja
Louis Philip. Dalam tahun 1820-an, dibawah pengaruh Shakspeare dan Sir
Walter Scott, ia menulis sejumlah lakon romantic melodramatic dengan
gaya dan model kisah – kisah sejarah yang melahirkan Henri III et Sa
Cour (1829), Antony (1831) dan La Tour de Nesle (1832).
Roman yang luar biasa, The Three Musketeers (1844) mengangkat nama Dumas
sebagai pengarang dunia. Roman ini mencakup kisah sejarah selama lebih
kurang lima puluh tahun, bermain dalam abad ketujuh belas, merupakan
satu rangkaian dengan Twenty Years After.
Novel dan lakon yang ditulis Dumas menunjukkan watak dasar seni romantic
yang kuat dan meskipun ia hanya menulis cerita – cerita panjang, Dumas
memberi Inspirasi akan bentuk cerita pendek, meskipun dalam rentang
waktu yang panjang.
Fiksi sejarah di dalam sejarah sastra dunia ditandai oleh Scott, Balzak
dan Dumas yang menggali kisah – kisah sejarah secara meyakinkan dan
kemudian abad sesudahnya dilakukan oleh Henryk Sienkiewics (1846 – 1916)
dari Polandia, Par Lagervist (1891 - !974) dari Swedia, Boris Pasternak
(1890 – 1960) dari Uni Sovyet, dan lain – lain. Namun, Alexander Dumas
menduduki tempat khusus dari para penulis fiksi sejarah karena ia
mengambil sudut pandang yang khas Prancis dari satu setting waktu.
Akhir hidupnya, pengarang kenamaan ini tidaklah seharum karya-karyanya.
Ia berpulang secara mengejutkan dan misterius di rumah putranya
Alexander Dumas Jr. seorang pengarang yang mengikuti jejaknya. Hanya
sayang, Ibu putranya ini tak pernah dinikahinya sampai akhir hayatnya.
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/andifirmansyah/tokoh-tokoh-sastrawan-dunia_55179281a333117507b65ef4
Selengkapnya : http://www.kompasiana.com/andifirmansyah/tokoh-tokoh-sastrawan-dunia_55179281a333117507b65ef4
0 komentar:
Posting Komentar