Translate

cerpen inspirasi secarik kertas yang bermakna

Written By iqbal_editing on Minggu, 27 November 2016 | 21.40

Cerpen ini ditulis berdasarkan pengalaman pribadi, di sekolah tempat saya mengajar. Dan cerpen ini Saya ikutkan dalam lomba menulis antar guru di salah satu Komunitas Guru Menulis di media sosial facebook. Semoga cerita ini bisa memberikan manfaat buat Bapak Ibu Guru yang sempat membacanya. Berikut ceritanya!

Secarik Kertas yang Bermakna

Penampilannya sangat sederhana, mengenakan seragam seadanya. Bertubuh ideal tidak tinggi dan tidak pendek.  Ada suatu hal yang membuatnya unik, Dia selalu mengenakan peci yang tidak biasa dari rekan kelasnya, pandanganku seolah tercuri oleh penampilannya yang sangat langka. Pecinya yang terlihat pudar layaknya sebuah pakaian yang sudah tak berwarna. Karakternya yang baik hati, murah senyum, dan terkadang Dia sering tertidur di saat Aku menjelaskan di kelasnya. Tapi, Aku sangat terpikat dengan antusiasnya ketika belajar, Dia menunjukkan semangat yang luar biasa yang  membuatku memberikan perhatian padanya.

Pada suatu hari, Aku menjelaskan materi  pelajaran di depan kelasnya. Kemudian Aku bertanya kepada semua siswa. Apakah mereka sudah memahami tentang materi yang sudah Aku jelaskan. Hampir semuanya menjawab,
“Sudah paham, Pak Guru.” 
Aku pun mencoba memberikan soal latihan sebagai uji kompetensi. Aku menuliskan soal di papan tulis yang berwarna hitam, meskipun di kelas itu ada papan putih.

Sembari menunggu mereka menyelesaikan soal, Aku  mendekati siswa yang terlihat masih kebingungan. Ada satu siswa yang mencuri perhatianku, siswa ini menulis di secarik kertas yang mungil, ukurannya setengah dari kertas biasa. Aku mendekati dan menatap matanya yang penuh misteri. Awalnya Aku nampak sedikit kesal, karena hanya menggunakan potongan kertas untuk menjawab soal latihan yang kuberikan. Aku merasa tersinggung, seperti rasanya tidak dihargai oleh siswaku. Tapi, nampaknya itu hanya pikiran negatifku yang membuatku terjerumus dengan ketidaktahuanku yang hanya menebak, tanpa menanyakannya terlebih dahulu. Akhirnya, Aku putuskan untuk melontarkan pertanyaan sederhana, sambil Aku mencoba mengekplorasi masalah yang mengintimidasinya
.
 “Buku kamu mana, Jan? Kenapa menggunakan selembar kertas?”
Begitulah pertanyaan yang kuberikan padanya. Pemilik nama lengkap “Jannatul Hadi” itu telah membuatku bertanya-tanya tentang keadaannya. Dia langsung menjawab,
 “Buku saya habis, Pak Guru.” 
Begitulah jawaban singkat yang keluar dari bibirnya. Jawabannya yang penuh kejujuran, itu terpancar dari raut wajahnya yang begitu malu dan penuh ketakutan. Dan Aku memerintahkannya untuk menggunakan buku lain yang dibawanya. Akhirnya, Dia mengeluarkan sebuah buku dari tasnya yang terlihat sangat lusuh. Semakin menambah keperihatinanku kala itu. 

Saat Dia membuka tasnya. Aku sedikit kaget, bukunya hanya satu. Itupun terlihat sangat tipis, kertas bukunya sudah habis, dan tersisa hanya beberapa halaman yang masih kosong. Setelah melihat kenyataan pahit yang dialami siswaku. Aku merasa tersentuh, batinku tak tertahankan merasakan pilu yang mendalam, meskipun tanpa mengeluarkan air mata. Tapi, batinku sangat peka dengan keadaannya. Aku terdiam seribu bahasa dan terhenyak dalam keheningan suasana saat itu. Sepulang dari sekolah Aku berinisiatif untuk membelikannya buku untuk Dia gunakan. Nampaknya, selembar kertas itu membuatku sadar atas nikmat yang selama ini Aku terima. Tapi, tidak semua orang merasakan nikmat itu. 

Keesokan harinya, Aku mencoba memasuki kelasnya sebelum jam pelajaran dimulai. Dan memanggilnya untuk menuju ruanganku. Setelah duduk berhadapan di ruangan, Aku melontarkan pertanyaan,
 “Jan, kamu sudah beli buku?” 
Dia langsung menjawab 
“Belum Pak, Saya belum punya uang.” 
Sambil merunduk malu. Mendengar jawaban itu, Aku langsung mengeluarkan buku dari tasku dan langsung memberinya. Buku itu berjumlah satu lusin beserta satu buah bolpoin. Dia pun tersenyum dengan gembira seraya mengucapkan 
“Terima kasih, Pak Guru.” 
Dan, Aku pun memerintahkannya untuk segera masuk ke kelas dan mengikuti pelajaran pada hari itu.

Alhamdulillah karya ini sudah masuk cetak dalam buku "Kapur dan Papan Kisah Inspiratif Guru"

Demikianlah cerita singkat tentang keadaan salah satu siswa di tempat saya mengajar yaitu MTs Nahdlatus Shaufiah Wanasaba, Kecamatan Wanasaba, Kabupaten Lombok Timur, NTB. Semoga cerita singkat ini bisa memberikan manfaat dan dapat menginspirasi Bapak Ibu Guru untuk tetap peduli dan berbagi kepada siswa yang membutuhkan.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik