Dongeng Empat Penari
- Tante Calya menyisir rambut dengan tangan, merenung. Uh, sepertinya
tante Calya tidak peduli pada Li-el. Tetapi lama-lama Li-el mengerti.
Tante Calya sedang sangat sibuk berpikir.
"Aduh!" seru tante Calya, terdengar kesakitan.
Li-el mendongkak kaget. Hampir saja dia menjatuhkan kalung manik-manik yang susah payah dirangkainya.
Tante Calya menyesali beberapa helai rambut di tangannya. "Kenapa yang tercabut yang hitam?" keluhnya.
Kalau ubannya yang
tercabut, pasti tante Calya tidak terlalu kesal. Li-el menyembunyikan
tawa gelinya dengan pura-pura batuk. Dia buru-buru mencari Petra.
Petra sedang kebingungan di depan kamarnya, memegangi pakaian penari jawa. Pakaian milik Zea itu akan dipinjam Li-el.
"Kenapa mengambil pakaian saja lama sekali?" ujar Li-el.
Petra justru mengangkat
bahu. Mengherankan. Li-el mengambil pakaian tersebut. Saat Li-el akan
kembali menemui tante Calya, Petra menahannya.
"Jangan! cegah Petra. "Bahaya!"
Li-el tertegun. Kenapa
ya, pakaian penari Jawa bisa jadi bahaya? Sebelum Petra sempat
mengatakan sesuatu, tante Calya muncul. Pandangan tante Calya terpaku
pada pakaian di tangan Li-el. Wajahnya berubah tegang, lalu berlalu
begitu saja.
Tanpa bilang apa-apa,
Petra mengajak Li-el ke kamarnya. Bukannya menjelaskan, Petra justru
mengambil kertas. Dia mulai menulis sesuatu.
"Bisa-bisanya Petra
menulis cerpen di saat begini?" pikir Li-el bingung. Soalnya, Petra
tampak menulis cukup panjang.l Namun, Li-el mencoba tidak
bertanya-tanya.
Petra lalu menyerahkan kertasnya. Li-el membaca dengan wajah berkerut.
"Waktu tante Calya
berusia sekitar sepuluh tahun, tante Calya dan tiga temannya berlatih
tari golek. Mereka akan tampil di pertunjukan 17 agustus. Susah sekali
menghafal gerakannya. Mereka jadi sering saling menyalahkan. Suatu kali,
tante Calya dan tante Meta bertengkar. Tante April yang malas mendengar
pertengkaran mereka, pergi diam-diam. Sedihnya tante April tertabrak
sepeda motor. Akibatnya jalan tante April menjadi agak timpang. Sejak
saat itu, mereka tidak pernah menari lagi. Tante Calya juga selalu sedih
setiap kali melihat kostum menari. Aku lupa menyembunyikan pakaian itu.
Tante Calya melihatnya kemarin. Pasti tante Calya sedang sedih
sekarang."
Li-el terbelalak. "Jangan-jangan, mereka masih bermusuhan?"
"Sssst!" Petra
menempelkan telunjuknya di bibr. Petra sengaja menuliskan di kertas
kejadian masa lalu tante Calya itu. Petra tak ingin tante Calya
mendengarnya dan semakin sedih.
Li-el meringis bersalah.
"Mereka tetap berteman.
Tante April juga tidak menyalahkan siapa-siapa," ujar Petra sedih." Tapi
mereka berempat tidak seakrab sebelumnya."
Ah, ternyata tante Calya
punya kenangan sedih. Bagaimana cara membuat mereka berempat tidak
merasa bersalah lagi? Li-el merenung.
"Siapa tante yang terakhir?" ujar Li-el penuh semangat.
Petra hanya memandang
Li-el, tidak mengerti. Pelan-pelan matanya berbinar. "Tante Irma," balas
Petra bersemangat. "Yuk kita menemuinya!"
Li-el dan Petra seperti
detektif saja, menyelidiki kesana kemari secara rahasia. Berhasil juga
keduanya mengetahui alamat tante Irma. Mereka ingin tante Calya dan
teman-temannya melakukan pertunjukan tahunan di sekolah. Tante Calya dan
teman-temannya kan alumni sekolah, jadi boleh saja. Sepertinya, tante
Irma yang paling cocok untuk membujuk teman-temannya.
"Kami tidak ingin menari lagi," tolak tante Irma." Sebenarnya kami tidak berbakat."
"Terus kenapa dulu tante dan teman-teman tante menari?" tanya Li-el.
Tante Irma menghela
nafas. "Kami merasa tari golek itu indah sekali. Biarpun gerakan kami
tidak luwes, kami ingin menarikannya walau hanya sekali."
Mereka sudah berusaha
keras bertahun-tahun. Terus berusaha menari, meskipun sulit untuk
mereka. Sekarang saatnya mewujudkan mimpi itu. Bersama-saa menarikan
sebuah tarian indah sebagai empat sahabat yang kompak.
"Tante Irma bisa menjadi penengah," ujar Li-el. "Saatnya menyatukan persahabatan, menari bersama dengan indah."
Tante Irma dan Petra
terpana. Cara Li-el berbicara memang biasa saja, namun kata-katanya
tetap seperti puisi. Tidak sia-sia Li-el menghafalkan kalimat itu di
rumah. Lama-lama, tante Irma bersedia. Sepertinya sih gara-gara takut
Li-el meneruskan puisi anehnya, hi hi hi....
Meskipun harus berusaha
keras membujuk teman-temannya, tante Irma berhasil juga. Tiga hari
kemudian, tante Calya dan teman-temannya mulai sibuk berlatih. Mereka
benar-benar bersemangat. Kelihatannya mereka juga melupakan apa yang
terjadi dulu.
0 komentar:
Posting Komentar