Tikungan hidup anak kos-kosan
Kehidupan ………………..
Kami mulai mengenal arti kehidupan
yang sesungguhnya
Sejak kaki ini melangkah kesebuah
tempat
Tempat yang dipenuhi dengan ruangan kosong yang
dibagi menjadi beberapa bagian
Di tempat inilah kami lalui hari
dengan penuh canda tawa, suka ,duka, takut, sedih dan bahagia.
Suka ketika ibu kos menghampiri dan
menyugukan makanan di hadapan kami
Duka ketika tagihan listrik mulai
melangkahkan kakinya masuk kedalam kamar kami
Takut ketika kanker otak menyerang saraf
kami dan melahirkan konflik yang berkepanjangan
Sedih ketika dompet mulai menangisi
kesendiriannya
Bahagia ketika handphone berdering di
awal bulan
Bukan hanya itu………………
Hidup di lingkungan yang dipenuhi
oleh orang-orang yang berwatak berbeda
Terkadang melahirkan sebuah konflik
Tapi itu semua kami jadikan sebuah
pelajaran
Yang mengantar kami ke kehidupan
selanjutnya yang lebih ganas lagi
hidup sebagai anak kos-kosan mengajarkan kami banyak hal
saling menghargai, saling memahami, memaafkan, hidup mandiri, sabar dan sebagainya
semua itu kami dapatkan dari lingkungan anak kos-kosan
RATAPAN ANAK KOS
Puisi Kehidupan Oleh Gimin Saputra
Berjuang dalam mencari jejak di masa depan
Meski jauh dari kampung halaman
Namun semua harus dijalani tanpa hambatan
Demi merubah hidup yang susah selama ini sudah menjadi suratan
Tinggal di rumah orang yang di bayar
Tidur dalam kamar yang beralaskan tikar
Berbantalkan dari alas tangan yang tegar
Terkadang menagis demi menahan lapar
Ratapan anak kos tidak pernah berakhir
Laksana gelombang yang datang bergilir
Laksana embun di pagi hari yang terus mengalir
Ini sangat terlihat di saat minggu-minggu terakhir
Memang susuh untuk menjadi orang yang pintar
Harus menderita seorang diri dalam belajar
Bagaikan membaca sehelai kertas sambil berlayar
Bagaikan betanam mawar di hamparan pasir yang lebar
Seakan semua itu mustahil untuk dikejar
Meski pahit yang banyak dirasakan
Rasa semangat ini tidak akan tergoyahkan
Meski badai topan yang datang mengoda untuk berhenti berjalan
Demi mengenag orang tua yang hanya tinggal tulung pembalut badan
Dalam mengharap hidup tidak lagi di hina orang lain
Supaya tidak dikatakan orang yang tidak berpendidikan
Puisi Kehidupan Oleh Gimin Saputra
Berjuang dalam mencari jejak di masa depan
Meski jauh dari kampung halaman
Namun semua harus dijalani tanpa hambatan
Demi merubah hidup yang susah selama ini sudah menjadi suratan
Tinggal di rumah orang yang di bayar
Tidur dalam kamar yang beralaskan tikar
Berbantalkan dari alas tangan yang tegar
Terkadang menagis demi menahan lapar
Ratapan anak kos tidak pernah berakhir
Laksana gelombang yang datang bergilir
Laksana embun di pagi hari yang terus mengalir
Ini sangat terlihat di saat minggu-minggu terakhir
Memang susuh untuk menjadi orang yang pintar
Harus menderita seorang diri dalam belajar
Bagaikan membaca sehelai kertas sambil berlayar
Bagaikan betanam mawar di hamparan pasir yang lebar
Seakan semua itu mustahil untuk dikejar
Meski pahit yang banyak dirasakan
Rasa semangat ini tidak akan tergoyahkan
Meski badai topan yang datang mengoda untuk berhenti berjalan
Demi mengenag orang tua yang hanya tinggal tulung pembalut badan
Dalam mengharap hidup tidak lagi di hina orang lain
Supaya tidak dikatakan orang yang tidak berpendidikan
0 komentar:
Posting Komentar