IDENTITAS BUKU
1. judul : kesaksian sang penyair
2. Judul asli : Mawaro an-nahri
3. Pengarang/penulis : Taha husain
4. Penerjemah : Siti Nurhayati
5. Penyadur : Sutirma Eka Ardhana
6. Desai Cover : Ijonk
7. Pracetak : Mardang
8. Penerbit : NAVILA
9. Tempat terbit : Jl. Pakemulyo UH V/41 Umbulharjo Yogyakarta
1. Tahun terbit : 2002
1. Jumlah halaman/tebal buku : 130 halaman
TENTANG PENULIS
Taha husain lahir tanggal 16 Januari 1889 di maghargha,
Doktor Thaha Husain, seorang penulis terkenal dari Mesir, terlahir ke
dunia. Thaha Husain sejak berumur tiga tahun telah kehilangan
pengelihatannya, namun dengan kecerdasannya yang tinggi, ia berhasil
menyelesaikan pendidikannya di Universitas Mesir. Gelar doktor Thaha
Husein diraihnya dari Universitas Sorbonne, Perancis.
Thaha Husein kemudian menjabat berbagai poisisi penting di bidang
ilmu dan budaya, di antaranya sebagai Menteri Kebudayaan Mesir , sebagai
Rektor Universitas Faruq dan beliau mencapai puncak karirnya ketika ia
menduduki jabatan Menteri Pendidikan sampai 1953 (Syahrin Harahap, 1994 :
32-33). Di sela-sela kesibukannya, dan juga di dunia sastra ia termasuk
sastrawan yang sangat produktif , Thaha Husain banyak menulis buku, di
antaranya berjudul “mawaro an-nahri”, “Sejarah Sastra Arab”
dan“Al-Ayyam” dll..
Penulis Mesir ini meninggal dunia tahun 1973.
SINOPSIS
Di puncak bukit terdapat istana sebagai pusat
pemerintahan yang dipimpin oleh penguasa yang sombong, bengis, egois,
kejam, dan suka bertindak semena-mena. Penguasa istana bernama Rauf, ia
memiliki seorang istri dan seorang anak yang bernama Naim. Kehidupannya
di istana penuh dengan kemewahan, kesenangan, semuanya itu istana
peroleh dari hasil memperbudak rakyatnya. Para penghuni istana lebih
memilih kesenangan dunia dari pada akhirat. Mereka hanya memikirkan diri
sendiri dan berpaling dari kebaikan. Mereka selalu memaksakan kehendak
mereka agar diikuti oleh orang lain, Penghuni istana dalam cerita ini
lebih menyukai kehidupan dunia dari pada akhirat. Tamak pada kenikmatan
duniawi, Mereka hanya memikirkan diri sendiri dan memalingkan muka dari
perbuatan terpuji.
Di dasar bukit, tepatnya di tepian sungai terdapat sebuah desa, di
mana kehidupan penduduknya dalam kemiskinan dan penderitaan. Mereka
tinggal di lingkungan kumuh dengan rumah-rumah yang amat jelek. Mereka
bekerja di ladang-ladang milik istana dengan gaji yang sangat minim,
sehingga tidak mampu mengentaskan diri mereka dari kemiskinan. Mereka
menganggap kehidupan yang dialami adalah sudah takdir dari Tuhan yang
Kuasa. Mereka tak pernah berpikir untuk menuntut hak-hak mereka kepada
istana,Tokoh utama dari penduduk miskin dalam novel ini yaitu gadis
al-Iskafi bernama Khadijah, ia mempunyai seorang kakak bernama Ahmad
Dalam novel ini juga terdapat sang penyair yang tua renta bernama
Ragib, oleh Taha Hussein ia merupakan simbol dari rakyat biasa namun
mempunyai wawasan luas, berpikiran liberal, membela kaum lemah, dan
berani berurusan dengan istana (penguasa) bahkan menentang meskipun
tidak secara frontal, hanya sebatas sindirin dan kritikan.
Yang akhirnya kisah ini berakhir dengan menyedihkan, khadijah pun di
bunuh oleh kakaknya sendiri dengan alasan harga diri keluarga.
TOKOH
1. Rauf : Raja yang egois hanya memikirkan diri sendiri
2. Naim : Pangeran muda yang baik
3. Raghib : Penyair raja yang setia
4. Khadijah : Gadis miskin yang bersahaja di sukai pangeran
5. Ahmad : Kaka khadijah yang tegar dan emosi tinggi
SETTING
Tempat
Waktu
Istana megah yang terletak di bawah bukit
Ketika sore hari di tepi sungai
Di pemukiman penduduk yang kumuh
Malam hari dalam perpustakaan
Di sebrang sungai yang penuh misteri
Pagi hari di ladang
Ladang pertanian milik penguasa
Perpustakaan istana
Dalam rumah yang kecil dan sempit
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar