Translate

resensi novel kesaksian sang penyair

Written By iqbal_editing on Minggu, 22 Januari 2017 | 06.19

IDENTITAS BUKU
1. judul : kesaksian sang penyair
2. Judul asli : Mawaro an-nahri
3. Pengarang/penulis : Taha husain
4. Penerjemah : Siti Nurhayati
5. Penyadur : Sutirma Eka Ardhana
6. Desai Cover : Ijonk
7. Pracetak : Mardang
8. Penerbit : NAVILA
9. Tempat terbit : Jl. Pakemulyo UH V/41 Umbulharjo Yogyakarta
1. Tahun terbit : 2002
1. Jumlah halaman/tebal buku : 130 halaman
TENTANG PENULIS
Taha husain lahir tanggal 16 Januari 1889 di maghargha, Doktor Thaha Husain, seorang penulis terkenal dari Mesir, terlahir ke dunia. Thaha Husain sejak berumur tiga tahun telah kehilangan pengelihatannya, namun dengan kecerdasannya yang tinggi, ia berhasil menyelesaikan pendidikannya di Universitas Mesir. Gelar doktor Thaha Husein diraihnya dari Universitas Sorbonne, Perancis.
Thaha Husein kemudian menjabat berbagai poisisi penting di bidang ilmu dan budaya, di antaranya sebagai Menteri Kebudayaan Mesir , sebagai Rektor Universitas Faruq dan beliau mencapai puncak karirnya ketika ia menduduki jabatan Menteri Pendidikan sampai 1953 (Syahrin Harahap, 1994 : 32-33). Di sela-sela kesibukannya, dan juga di dunia sastra ia termasuk sastrawan yang sangat produktif , Thaha Husain banyak menulis buku, di antaranya berjudul “mawaro an-nahri”, “Sejarah Sastra Arab” dan“Al-Ayyam” dll..
Penulis Mesir ini meninggal dunia tahun 1973.
SINOPSIS
Di puncak bukit terdapat istana sebagai pusat pemerintahan yang dipimpin oleh penguasa yang sombong, bengis, egois, kejam, dan suka bertindak semena-mena. Penguasa istana bernama Rauf, ia memiliki seorang istri dan seorang anak yang bernama Naim. Kehidupannya di istana penuh dengan kemewahan, kesenangan, semuanya itu istana peroleh dari hasil memperbudak rakyatnya. Para penghuni istana lebih memilih kesenangan dunia dari pada akhirat. Mereka hanya memikirkan diri sendiri dan berpaling dari kebaikan. Mereka selalu memaksakan kehendak mereka agar diikuti oleh orang lain, Penghuni istana dalam cerita ini lebih menyukai kehidupan dunia dari pada akhirat. Tamak pada kenikmatan duniawi, Mereka hanya memikirkan diri sendiri dan memalingkan muka dari perbuatan terpuji.
Di dasar bukit, tepatnya di tepian sungai terdapat sebuah desa, di mana kehidupan penduduknya dalam kemiskinan dan penderitaan. Mereka tinggal di lingkungan kumuh dengan rumah-rumah yang amat jelek. Mereka bekerja di ladang-ladang milik istana dengan gaji yang sangat minim, sehingga tidak mampu mengentaskan diri mereka dari kemiskinan. Mereka menganggap kehidupan yang dialami adalah sudah takdir dari Tuhan yang Kuasa. Mereka tak pernah berpikir untuk menuntut hak-hak mereka kepada istana,Tokoh utama dari penduduk miskin dalam novel ini yaitu gadis al-Iskafi bernama Khadijah, ia mempunyai seorang kakak bernama Ahmad
Dalam novel ini juga terdapat sang penyair yang tua renta bernama Ragib, oleh Taha Hussein ia merupakan simbol dari rakyat biasa namun mempunyai wawasan luas, berpikiran liberal, membela kaum lemah, dan berani berurusan dengan istana (penguasa) bahkan menentang meskipun tidak secara frontal, hanya sebatas sindirin dan kritikan.
Yang akhirnya kisah ini berakhir dengan menyedihkan, khadijah pun di bunuh oleh kakaknya sendiri dengan alasan harga diri keluarga.
TOKOH
1. Rauf : Raja yang egois hanya memikirkan diri sendiri
2. Naim : Pangeran muda yang baik
3. Raghib : Penyair raja yang setia
4. Khadijah : Gadis miskin yang bersahaja di sukai pangeran
5. Ahmad : Kaka khadijah yang tegar dan emosi tinggi
SETTING
Tempat
Waktu
Istana megah yang terletak di bawah bukit
Ketika sore hari di tepi sungai
Di pemukiman penduduk yang kumuh
Malam hari dalam perpustakaan
Di sebrang sungai yang penuh misteri
Pagi hari di ladang
Ladang pertanian milik penguasa
Perpustakaan istana
Dalam rumah yang kecil dan sempit

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik