Translate

cerpen nenek penjual tudung suji

Written By iqbal_editing on Jumat, 23 Juni 2017 | 00.15

Nenek Penjual Tudung Saji
Pada suatu hari, saat jam istirahat aku bersama teman-temanku sedang bercerita tentang pengalaman pribadinya. Felly bercerita tentang doinya, ana bercerita tentang masalah sama keluarganya, dan si cerewet ira bercerita tentang dia lagi suka sama seseorang (*ciee). Yang paling menyentuh dan teringat sampai sekarang yaitu ceritanya desi.
              
“eh, aku punya cerita loh”, ucap desi.
“tentang apaaa?”, ucapku.
“ceritanya tentang seorang nenek penjual tudung saji yang mangkal di depan pasar Sepanjang, Sidoarjo,Surabaya”, jelasnya.
“ah nggak usah paling ceritanya nggak asik”, ujar felly.
“bentar dong fell, dengerin ceritanya dulu! Desi belum cerita kamu udah bilang nggak asik”, ujar ira.
“Iya nih felly gimana sih?”, ucap ana.
“hari minggu kemarin aku pulang usai silahturahmi bersama kerabat melewati pasar sepanjang, ibuku tergoda untuk membeli ayam bakar madu untuk sajian makan malam yang kebetulan hari mulai gelap”, ujar desi.
“oh iya yang di depan pasar itu kan, enak banget ayam bakar madunya”, ucapku.
“terus gimana des?”,  tanya ira dengan penuh penasaran.
“di samping warung ada nenek yg memakai pakaian lusuh, duduk tanpa alas di sampingnya ada tudung saji. Keadaannya terlihat lemah dan tak berdaya. Ketika ibuku sudah membeli ayam bakar madu ibuku menghampiri.., eh bu tari”,cerita terhenti karena bu tari menghampiri aku dan teman-teman.
“anak-anak ngapai masih diluar? Sekarang uda jam 10 kan ayo masuk dulu kita ulangan harian bahasa indonesia”, ajak bu tari.
Kita semua pun masuk ke kelas untuk melakukan ulangan harian bahasa indonesia, walaupun semuanya pada penasaran kelanjutan cerita desi tentang nenek penjual tudung saji tadi. Jarum jam menunjukkan pukul 10.55 waktu sudah habis untuk mengerjakan semua soal ulangan harian bahasa indonesia. Selesai mengumpulkan ke meja bu tari, kita siap-siap untuk pulang dan berdoa dahulu. Selesai berdoa semua menuju parkiran sepeda untuk mengambil sepeda masing-masing tetapi aku,desi,felly,ira,dan ana masih duduk di depan kelas untuk melanjutkan cerita tadi.
“duduk disini aja dulu, kita lanjutin cerita desi yang tadi”, ajak ana.
“oh iya tadi nyampek mana yaa ceritanya?”, tanya desi.
“emm.. apa yaa tadi?”, ucapku.
“tentang di samping warung pokoknya”, ujar felly.
“yang ibumu menghampiri nenek itu des”, ujar ira.
“oh iya, ibuku menghampiri nenek tersebut dan bermaksud untuk memberi Rp.2000,- karena ibu kasihan dan menganggap nenek itu seorang pengemis. Waktu ibu menyodorkan uangnya tak kuduga si nenek menunduk dan menggelengkan kepalanya. Ibuku mencoba memberinya uang sekali lagi tetap nenek tersebut tetap menolaknya.”, ucap desi.
“terus gimanaa?”, tanyaku dengan penasaran.
“penjual ayam bakar kebetulan melihat kemudian menjelaskan bahwa nenek itu bukan pengemis”, ucap desi.
“kalau bukan pengemis nenek itu seorang apa?”, tanya ana.
“nenek itu seorang penjual tudung saji”, Jawab desi.
“lalu apa yg dilakuin ibumu?”, tanya ira.
“ibuku membeli  3 tudung sajinya yang berharga Rp.3000 ,- satunya, ibu membayar dengan uang Rp.20.000,-  nenek tersebut bingung karena tidak punya kembalian padahal ibuku sudah menyuruh ambil uang kembaliannya, tetapi nenek tersebut ngotot untuk mencari uang kembalian di warung-warung terdekat”, jelas desi.
“kasihan sekali nenek itu”, ucap felly.
“bagaimana mungkin zaman sekarang masih ada penjual yang begitu jujur, mandiri, dan mempunyai harga diri yang tinggi”, ucapku.

Tak disangka jarum jam sudah menunjukkan pukul 11.30 aku,ira,ana,desi,dan felly akhirnya menuju ke parkiran dan mengambil sepeda masing-masing untuk bergegas pulang ke rumah.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik