Translate

cerpen aku dan ksr

Written By iqbal_editing on Minggu, 10 September 2017 | 23.42

Aku mengenal organisasi ini ketika aku mulai menginjakkan kakku di kampus. Berbeda dengan teman-temanku yang telah mengenalnya sejak mereka duduk di bangku SMA, bahka SMP. Mungkin hanya namanya saja yang berbeda. Jika organisasi mereka di tingkat SMA dan SMP dinamakan PMR (Palang Merah Remaja), di tingkat kampus dinamakan KSR-PMI (Korps Sukarela-Palang Merah Indonesia). Itulah organisasi yang kugeluti kini. Organisasi yang bergerak di bidang kemanusiaan. Mencetak kader sukarelawan yang menyediakan pelayanan kepalangmerahan dengan cepat dan tepat.
Aku tertarik untuk bergabung dengan organisasi ini karena aku kagum dengan ketulusannya membantu orang-orang yang membutuhkan pertolongan. Dulu, ketika aku mengikuti OSPEK (Orientasi Pengenalan Kampus) di kampus ini, aku pernah pingsan dan ditolong oleh tim KSR-PMI. Mereka melayaniku dengan ramah dan memotivasiku agar aku cepat pulih. Berawal dari situlah kekagumanku muncul. Kemudian, ketika KSR-PMI membuka stand pendaftaran perekrutan anggota baru, tanpa pikir panjang aku segera mendaftarkan diriku pada hari pertama pendaftaran, di nomor urut satu.
Setelah pendaftaran ditutup, dimulailah kegiatan diklat (pendidikan dan pelatihan). Diklat ini dilaksanakan selama 6 hari, 3 hari diklat forum dan 3 hari diklat lapangan. Diklat itu berfungsi untuk melatih para calon anggota agar mereka cepat dan tanggap dalam memberika pertolongan, selain itu juga untuk menguji kesetiaan para calon anggota. Tak heran jika di dalamnya ada banyak perploncoan seperti dalm ospek, bahkan lebih parah. Karena biasanya ospek hanya berlangsung selama 3 hari, sedangkan diklat ini berlangsung selama 6 hari.
Diklat memang benar-benar melelahkan. Dalam diklat forum, aku harus berjuang melawan rasa kantukku di pagi hari dan berusaha membuka mataku selebar-lebarnya untuk mengerjakan tugas di malam hari. Perjuangan tidak terhenti hanya sampai disitu. Beberapa hari setelah diklat forum, aku harus mengikuti diklat lapangan. Sesuai dengan namanya, diklat itu dilaksanaka diluar kampus. Pada saat itu, semua peserta diklat diwajibkan membawa peralatan dan barang-barang yang diminta panitia. Bodohnya aku saat itu yang tidak membawa peralatan mandi dengn aladsan tidak disuruh bawa oleh panitia.
Kamu tu sama kebutuhanmu aja gak tanggap, apalagi sama kebutuhan orang lain. Gitu kok mau nolong….” Begitu bentak kakak senior kepadaku. Tak ada toleransi bagiku untuk membeli alat-alat mandi karena daerah itu jauh dari perumahan. Tak ada toleransi pula untuk meminjam milik teman. Sehingga, 3 hari diklat lapangan itu aku harus mandi dengan pasir. Bersabun pasir dan menggosok gigi dengan pasir, sesuai intruksi kakak senior. Aku hamper tak kuasa melanjutkan dikat ini. Aku hamper putus asa. Namu, tekadku untuk menjadi pejuang kemanusiaan menguatkan jiwa dan ragaku menghadapi semuanya. 3 hari itupun berlangsung begitu cepat dengan adanya keikhlasan.
Ternyata perjuanganku tidaklah sia-sia. Di hari penutupan diklat, aku dinobatkan sebagai peserta terbaik dan lolos menjadi anggota KSR-PMI tahun ini.
 By: Lyliez

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik