Nama lengkap Ibnu Thufail adalah Abu Bakar Muhammad Ibnu Abd al- Malik Ibnu
Muhammad Ibnu Thufail (latin, Abubacer) pemuka besar pertama pemikiran
filosofis Muwahhid dari Spanyol. Ia dilahirkan di Guadix, provinsi Granada, ia
termauk dalam keluarga suku arab terkemuka Qais. Dalam bahasa latin ia lebih
populer dengan sebutan Abu Bacer. Ibnu Thufail meninggal di Maroko pada tahun
581 H/1185 M.
Ibnu Thufail memiliki disiplin ilmu
dalam berbagai bidang (all round). Selain sebagai seorang filosof, ia juga ahli
dalam ilmu kedokteran, matematika, astonomi dan penyair yang sangat terkenal
dari dinasti Al-Muwahhid spanyol. Ia mulai karirnya menjadi dokter praktek di
Granada. Lewat ketenarannya sebagai dokter, ia di angkat menjadi sekretaris
Gubernur di Provinsi itu, kemudian ia diangkat menjadi sekretaris pribadi
Gubernur Geuta dan Tanqier oleh putra al-Mu’min (penguasa al-Muwaddin Spanyol),
setelah itu ia diangkat menjadi dokter pemerintahan dan sekaligus menjadi
Qodhi’.
Karya-karya
Ibnu Thufai
Ibnu Thufail adalah seorang dokter, filsuf, ahli matematika dan penyair
yang sangat terkenal dari Muwaddin Spanyol, tapi sayangnya hanya sedikit sekali
karya-karyanya yag dikenal orang.
Miguel Casiri (1122 H/1710 M-1205 H/1790 M) menyebutkan dua karya yang
masih ada, yaitu: Risalah hay Ibn Yaqzhan dan Asrar al-Hikmah al- Mashriqiyyah,
yang disebu terakhir ini berbentuk naskah. Kata pengantar dari Asror
menyebutkan bahwa itu hanya merupakan satu bagian dari risalah Hayy Ibn Yaqzhan
fi Asror al-Hikmah al-Mashriqiyyah.
Kata Ibnu Thufail ini merupakan
suatu kreasi yang unik dari pemikiran filsafatnya. Sebelumnya, judul ini telah
diberikan oleh Ibn Sina kepada salah satu karya esoteriknya, tapi Ibnu Thufail
berhasil menjadikan kisah ini menjadi kisah roman filosofis yang unik.
Ketajaman filosofisnya yang menandai kebenaran kisah ini dan ia menjadikannya
salah satu kisah yang paling asli dan paling indah pada abad pertengahan. Hal
ini terbukti dengan banyaknya buku ini diterjemahkan kedalam bahasa ibrani,
Latin, Inggris, Belanda, Prancis, Spanyol. Bahkan pada zaman modern pun minat
terhadap karya Ibnu Thufail ini tetap ada.4
Sekilas
Tentang Hayy Bin Haqzhan
Roman ini diawali dengan kisah seorang bayi yang dihanyutkan ibunya (dalam
versi lain, ia terlahir secara spontan karena keseimbangan unsure-unsur tanah)
dan diasuh oleh seekor rusa betina disebuah pulau yang tidak berpenghuni,
dibawah asuhan rusa tersebut, sibayi tumbuh layaknya anak manusia kebanyakan,
baik fisik maupun psikisnya. Dalam menggunakan rasionya, ia mampu menangkap
konsep-konsep filosofis sampai akhirnya ia mencapai puncak pengalaman sekstase
mistik.
Biografi Kahlil
Gibran[3]
Kahlil Gibran lahir pada tanggal 6
Januari 1883 di Beshari, Lebanon. Beshari sendiri merupakan daerah yang kerap
disinggahi badai, gempa serta petir. Tak heran bila sejak kecil, mata Gibran
sudah terbiasa menangkap fenomena-fenomena alam tersebut. Inilah yang nantinya
banyak mempengaruhi tulisan-tulisannya tentang alam. . Pada usia 10 tahun,
bersama ibu dan kedua adik perempuannya, Gibran pindah ke Boston, Amerika
Serikat. Tak heran bila kemudian Gibran kecil mengalami kejutan budaya, seperti
yang banyak dialami oleh para imigran lain yang berhamburan datang ke Amerika
Serikat pada akhir abad ke-19.
Keceriaan Gibran di bangku sekolah umum di Boston, diisi dengan masa
akulturasinya maka bahasa dan gayanya dibentuk oleh corak kehidupan Amerika. Namun, proses Amerikanisasi Gibran
hanya berlangsung selama tiga tahun karena setelah itu dia kembali ke Bairut,
di mana dia belajar di Madrasah Al-Hikmat (School of Wisdom) sejak tahun 1898
sampai 1901.
Selama awal masa remaja, visinya
tentang tanah kelahiran dan masa depannya mulai terbentuk. Tirani kerajaan
Ottoman, sifat munafik organisasi gereja, dan peran kaum wanita Asia Barat yang
sekadar sebagai pengabdi, mengilhami cara pandangnya yang kemudian dituangkan
ke dalam karya-karyanya yang berbahasa Arab. Gibran meninggalkan tanah airnya
lagi saat ia berusia 19 tahun, namun ingatannya tak pernah bisa lepas dari
Lebanon. Lebanon sudah menjadi inspirasinya.
Di Boston dia menulis tentang
negerinya itu untuk mengekspresikan dirinya. Ini yang kemudian justru
memberinya kebebasan untuk menggabungkan 2 pengalaman budayanya yang berbeda
menjadi satu. Gibran menulis drama pertamanya di Paris dari tahun 1901 hingga
1902. Tatkala itu usianya menginjak 20 tahun. Karya pertamanya, “Spirits
Rebellious” ditulis di Boston dan diterbitkan di New York, yang berisi empat
cerita kontemporer sebagai sindiran keras yang meyerang orang-orang korup yang
dilihatnya. Akibatnya, Gibran menerima hukuman berupa pengucilan dari gereja
Maronite. Akan tetapi, sindiran-sindiran Gibran itu tiba-tiba dianggap sebagai
harapan dan suara pembebasan bagi kaum tertindas di Asia Barat.
Masa-masa pembentukan diri selama
di Paris cerai-berai ketika Gibran menerima kabar dari Konsulat Jendral Turki,
bahwa sebuah tragedi telah menghancurkan keluarganya. Adik perempuannya yang
paling muda berumur 15 tahun, Sultana, meninggal karena TBC. Gibran segera
kembali ke Boston. Kakaknya, Peter, seorang pelayan toko yang menjadi tumpuan
hidup saudara-saudara dan ibunya juga meninggal karena TBC. Ibu yang memuja dan
dipujanya, Kamilah, juga telah meninggal dunia karena tumor ganas. Hanya
adiknya, Marianna, yang masih tersisa, dan ia dihantui trauma penyakit dan
kemiskinan keluarganya. Kematian anggota keluarga yang sangat dicintainya itu
terjadi antara bulan Maret dan Juni tahun 1903. Gibran dan adiknya lantas harus
menyangga sebuah keluarga yang tidak lengkap ini dan berusaha keras untuk
menjaga kelangsungan hidupnya. Di tahun-tahun awal kehidupan mereka berdua,
Marianna membiayai penerbitan karya-karya Gibran dengan biaya yang diperoleh
dari hasil menjahit di Miss Teahan’s Gowns. Berkat kerja keras adiknya itu,
Gibran dapat meneruskan karier keseniman dan kesasteraannya yang masih awal.
Pada tahun 1908 Gibran singgah di Paris lagi. Di sini dia hidup senang karena
secara rutin menerima cukup uang dari Mary Haskell, seorang wanita kepala
sekolah yang berusia 10 tahun lebih tua namun dikenal memiliki hubungan khusus
dengannya sejak masih tinggal di Boston. Dari tahun 1909 sampai 1910, dia
belajar di School of Beaux Arts dan Julian Academy.
Kembali ke Boston, Gibran
mendirikan sebuah studio di West Cedar Street di bagian kota Beacon Hill. Ia
juga mengambil alih pembiayaan keluarganya. Pada tahun 1911 Gibran pindah ke
kota New York. Di New York Gibran bekerja di apartemen studionya di 51 West
Tenth Street, sebuah bangunan yang sengaja didirikan untuk tempat ia melukis
dan menulis. Sebelum tahun 1912 “Broken Wings” telah diterbitkan dalam Bahasa
Arab. Buku ini bercerita tentang cinta Selma Karami kepada seorang muridnya.
Namun, Selma terpaksa menjadi tunangan kemenakannya sendiri sebelum akhirnya
menikah dengan suami yang merupakan seorang uskup yang oportunis. Karya Gibran
ini sering dianggap sebagai otobiografinya. Pengaruh “Broken Wings” terasa
sangat besar di dunia Arab karena di sini untuk pertama kalinya wanita-wanita
Arab yang dinomorduakan mempunyai kesempatan untuk berbicara bahwa mereka
adalah istri yang memiliki hak untuk memprotes struktur kekuasaan yang diatur
dalam perkawinan. Cetakan pertama “Broken Wings” ini dipersembahkan untuk Mary
Haskell. Gibran sangat produktif dan hidupnya mengalami banyak perbedaan pada
tahun-tahun berikutnya. Selain menulis dalam bahasa Arab, dia juga terus
menyempurnakan penguasaan bahasa Inggrisnya dan mengembangkan kesenimanannya.
Ketika terjadi perang besar di Lebanon, Gibran menjadi seorang pengamat dari
kalangan nonpemerintah bagi masyarakat Syria yang tinggal di Amerika.
Ketika Gibran dewasa, pandangannya mengenai
dunia Timur meredup. Pierre Loti, seorang novelis Perancis, yang sangat terpikat
dengan dunia Timur pernah berkata pada Gibran, kalau hal ini sangat
mengenaskan! Disadari atau tidak, Gibran memang telah belajar untuk mengagumi
kehebatan Barat. Sebelum tahun 1918, Gibran sudah siap meluncurkan karya
pertamanya dalam bahasa Inggris, “The Madman”, “His Parables and Poems”.
Persahabatan yang erat antara Mary tergambar dalam “The Madman”. Setelah “The
Madman”, buku Gibran yang berbahasa Inggris adalah “Twenty Drawing”, 1919; “The
Forerunne”, 1920; dan “Sang Nabi” pada tahun 1923, karya-karya itu adalah suatu
cara agar dirinya memahami dunia sebagai orang dewasa dan sebagai seorang siswa
sekolah di Lebanon, ditulis dalam bahasa Arab, namun tidak dipublikasikan dan
kemudian dikembangkan lagi untuk ditulis ulang dalam bahasa Inggris pada tahun
1918-1922. Sebelum terbitnya “Sang Nabi”, hubungan dekat antara Mary dan Gibran
mulai tidak jelas. Mary dilamar Florance Minis, seorang pengusaha kaya dari
Georgia. Ia menawarkan pada Mary sebuah kehidupan mewah dan mendesaknya agar
melepaskan tanggung jawab pendidikannya. Walau hubungan Mary dan Gibran pada
mulanya diwarnai dengan berbagai pertimbangan dan diskusi mengenai kemungkinan
pernikahan mereka, namun pada dasarnya prinsip-prinsip Mary selama ini banyak
yang berbeda dengan Gibran. Ketidaksabaran mereka dalam membina hubungan dekat
dan penolakan mereka terhadap ikatan perkawinan dengan jelas telah merasuk ke
dalam hubungan tersebut. Akhirnya Mary menerima Florance Minis.
Pada tahun 1920 Gibran mendirikan
sebuah asosiasi penulis Arab yang dinamakan Arrabithah Al Alamia (Ikatan
Penulis). Tujuan ikatan ini merombak kesusastraan Arab yang stagnan. Seiring
dengan naiknya reputasi Gibran, ia memiliki banyak pengagum. Salah satunya
adalah Barbara Young. Ia mengenal Gibran setelah membaca “Sang Nabi”. Barbara
Young sendiri merupakan pemilik sebuah toko buku yang sebelumnya menjadi guru
bahasa Inggris. Selama 8 tahun tinggal di New York, Barbara Young ikut aktif
dalam kegiatan studio Gibran. sayap sayap patah Biografi Kahlil GibranSalah
satu buku karya Kahlil Gibran Gibran menyelesaikan “Sand and Foam” tahun 1926,
dan “Jesus the Son of Man” pada tahun 1928. Ia juga membacakan naskah drama
tulisannya, “Lazarus” pada tanggal 6 Januari 1929. Setelah itu Gibran
menyelesaikan “The Earth Gods” pada tahun 1931. Karyanya yang lain “The
Wanderer”, yang selama ini ada di tangan Mary, diterbitkan tanpa nama pada
tahun 1932, setelah kematiannya. Juga tulisannya yang lain “The Garden of the
Propeth”. Pada tanggal 10 April 1931 jam 11.00 malam, Gibran meninggal dunia. Tubuhnya
memang telah lama digerogoti sirosis hati dan TBC, tapi selama ini ia menolak
untuk dirawat di rumah sakit. Pada pagi hari terakhir itu, dia dibawa ke St.
Vincent’s Hospital di Greenwich Village. Hari berikutnya Marianna mengirim
telegram ke Mary di Savannah untuk mengabarkan kematian penyair ini. Meskipun
harus merawat suaminya yang saat itu juga menderita sakit, Mary tetap
menyempatkan diri untuk melayat Gibran. Jenazah Gibran kemudian dikebumikan
tanggal 21 Agustus di Ma Sarkis, sebuah biara Carmelite di mana Gibran pernah
melakukan ibadah. Sepeninggal Gibran, Barbara Younglah yang mengetahui
seluk-beluk studio, warisan dan tanah peninggalan Gibran. Juga secarik kertas
yang bertuliskan, “Di dalam hatiku masih ada sedikit keinginan untuk membantu dunia
Timur, karena ia telah banyak sekali membantuku.”
0 komentar:
Posting Komentar