Judul : Jerawat Hidung Pak Presiden
” Entahlah. Yang jelas jerawat di hidung Pak Presiden itu sekarang
membengkak, mengakar!” Keluh Dr Sing, Dokter kepresidenan Republik
Meneketehe. Dokter lulusan Beukimolor University ini dari ke hari hanya
bisa melenguh tepatnya angkat tangan dengan jerawat di hidung Pak
Presiden.
” Wah! Semakin mancung dong!” Ujar Menteri Kesehatan Republik Meneketehe.
” Bukan mancung, tapi bundar gituu….!” lanjut Dr Sing. ” Seperti Gareng dalam cerita pewayangan itu lho!”
” Pengobatan macam apa yang bisa menyembuhkan jerawat Pak Presiden, Dok!”
” Ya..harus dioperasi, harus dibuang akar jerawatnya. Ya..resikonya Pak presiden harus kehilangan hidungnya..!”
” weleh…weleh….harus?”
” Ya iya lahhhhh…..!”
” Ada cara lain?”
” Belum ditemukan, pak!”
” Ya sudah!” menteri Kesehatan mengibaskan tangannya, menepis angin. ”
Tapi..ini rahasia kita berdua lho, jangan sampai orang lain tahu menahu
masalah ini, apalagi para wartawan….kacau kita-kita, mau di bawa ke
mana Republik ini jika presidennya tanpa hidung!”
Maka, amputasi pun dilakukan, hanya mereka berdua yang tahu. Satu sampai
dua bulan Pak presiden telah sembuh, tapi ia menangis tersedak-sedak,
harus kehilangan hidungnya. Sebetulnya, Rakyat Republik meneketehe
jenuh dengan ketidakhadiran presiden idola mereka. Tiga bulan mereka
tidak mendengar pidato dari Pak Presiden, mungkin semacam rindu berat!
Diumumkanlah, bahwa presiden telah sembuh dari sakitnya. Siang ini
beliau akan memberikan pidato di salah satu stasiun televisi milik
negara. Live report! wartawan diundang, semua petinggi negara harus
hadir. Rakyat harus menyimak!
Pak Presiden naik podium! Orang-orang degdegplas! Apatah lagi Dokter
Sing dan Menteri Kesehatan. Orang bertanya-tanya mungkin, kok kepala
pak presiden ditutup dengan kain hitam, diberi bolong di matanya,
seperti Ninja.
” Ehmm….!” Semua membisu, bahkan dingin, keringat menitik di kening
Dokter Sing!” ‘a yatku….’ang ‘a ya intai…..” Tak terdengar jelas apa
yang diucapkan oleh Pak Presiden. Riuhlah gemuruh gerakan orang-orang,
para wartawan menjentik-jentikkan, bahkan memasang telinga mereka
sejelas-jelasnya, alat rekaman sudah diabaikan. Hingga angin yang
bertiup kencang itu menyibak kain penutup kepala pak Presiden.
” Waaaaaaaaa…!” orang-orang menutup mata.
” Lha dalah!” Semua Menteri Kabinet Republik Meneketehe membungkam mulut mereka. ada juga yang tertawa, terisak…lucu mungkin.
Nasi sudah menjadi bubur. Maka pak Presiden menulis pesan singkat kepada
Menteri Pertahanan dan Keamanan. Aturan ya semacam INPRES pun
diberlakukan.
1. Semua petinggi Republik Meneketehe harus diamputasi hidungnya.
2. Semua warga negara yang mencintai tanah airnya wajib menyerahkan / mempersembahkan hidung mereka demi kestabilan Negara.
3. Setiap bayi yang baru lahir wajib disunat hidugnnya.
Hari ke hari, semakin banyaklah orang yang tidak memiliki hidung di
Republik Meneketehe ini. Ramai dan riuh orang berbicaram telinga harus
benar-benar dipasang secara tepat.
” ‘ita…’iak ‘o leh ‘embu’a ‘iri….’epublik ‘ini…’a us te’ioai…!” Teriak
pak Presiden berapi-api. Maka..negara ini pun mengisolasikan diri, tidak
ada lagi hubungan bilateral, multilateral, dan keluar dari badan
dunia,PBB.
Satu dekade, dua dekade, sampai pada masa yang tidak tentu, semua warga Republik Meneketehe telah tidak memiliki hidung.
Ada kabar badan dunia khususnya badan kesehatan dunia akan melakukan
penelitian di negara ini. Pak Presiden baru pun menerima dengan lapang
dada, dada lapang. Instruksi Pak Presiden adalah ..seluruh warga harus
menyambut tamu istimewa itu dengan meriah. Karpet merah digelar
sepanjang jalan yang akan dilalui oleh tamu istimewa. Bandara ramai
sesak, orang-orang ingin melihat tamu istimewa dari dekat.
Dan…dari dalam kapal keluarlah tamu istimewa itu, tampannya bukan main.
Namun..tiba-tiba orang-orang di bandara terkekeh-kekeh menahan tawa,
semua warga negara yang menonton televisi pun terbahak memegang perut
mereka sambil jumpalitan.
berkerut bukan main kening tamu istimewa itu.
” Ada apa?” Bisiknya pada menteri Luar Negeri Republik Meneketehe. ” Kok menertawai kita!?”
” ‘e ‘e ka e’a'sa ‘u cu’e ‘an iung ,uan!” Katanya sambil menunjuk hidung tamu istimewa itu.
Bibir tamu istimewa membuat lengkungan heran. Kemudian memegang
hidungnya yang mancung itu. Memang…orang-orang di bandara merasa lucu
melihat tamu istimewa itu memiliki hidung sepanjang itu…
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar