Oleh : Ahmad Hidayatullah
Gulitanya malam bergulat
dengan remang pelita yang berpijar dari sebuah obor. Kelabu menghias
jiwa yang berkelit amarah, bersama riuhnya malam suara jangkrik mewarnai
jurnal kala itu. Disebuah tempat pemakaman umum tepatnya diatas kuburan
yang baru berusia dua hari, ada seorang perempuan menangisi kepergian
suaminya yang menghembuskan nafas terakhir secara tak wajar. Rintihan
kesedihan terdengar samar dalam kegelapan.
Dahlia : “Suamiku! Teganya dia membunuh suamiku” (Teriak Dahlia sambil meremas tanah).
Tiga hari yang lalu, seorang
seorang lelaki setengah baya mengunjungi rumah Dahlia. Lelaki itu adalah
rekan bisnis suami Dahlia yang baru saja meninggal yaitu Johan. Dahlia
merasa terganggu akan kedatangan lelaki tersebut ke rumahnya.
Dahlia : “Kejam! Dia datang dengan
rombongannya secara tiba-tiba lalu terus meneriakkan nama suamiku, apa
yang dia inginkan sebenarnya? Sementara kami hanya bisa merontah apa
adanya. Hingga akhirnya suamiku memintaku untuk bersembunyi. Aku hanya
bisa melihat darri tempat persembunyian, suamiku dibantai oleh rombongan
biadap itu. Lihatlah nanti semuanya akan aku balas dengan hal yang
lebih kejam dari apa yang dia lakukan. Aku tidak akan membiarkan setiap
nafas yang ia hirup dari alam secara normal, aku akan membuatnya
sensara.”
***
Senja telah menjamah dunia,
sinar sore menembus kaca perkantoran tempat dimana Firman bekerja.
Firman yang sedang merapikan mejanya merasa ada yang aneh ketika sore
itu. Lampu ruang tempat ia bekerja tiba-tiba mati. Pandangan pun
terhambat akibat gelapnya ruangan itu. Sesaat kemudian lampu kembali
hidup, Firman menemukan secarik kertas berisikan tulisan yang terselip
dibawah pintu.
Firman : “Hidup matimu tergantung ditangan ku sekarang”(keheranan sambil memegang kertas).
Firman hanya berlalu
melupakan hal itu dan untuk kedua kalinya dia menemukan kertas yang
sama diatas mejanya pada keesokan harinya. Teror tersebut terus
menghantui Firman, tidak ada seorang pun yang mengetahui hal ini.
Kejanggalan demi kejanggalan terus ia alami.
Firman : “Ha! Kenapa lampunya mati ” (Teriak ketakutan terdengar).
Sebuah tali melilit tepat dipergelangan
kaki kiri Firman dan ia pun terseret terbawa oleh tali itu hingga
kesebuah gudang yang berada dilantai bawah tanah.
Firman : “Tolong, tolong, tolong, siapa kau?”
Dahlia : “Nanti juga kau tahu siapa saya.”
Firman : “ Apa yang kau inginkan dariku ?”
Dahlia : “Seharusnya aku yang lebih pantas untuk bertanya seperti itu.”
Firman : “Ha!”(Berteriak dan lansung pingsan).
***
Firman : “Au”(Terbangun dan terkejut akan tegangan listrik yang menyengatnya)
Dahlia : “Sebelum aku menghabisi nyawamu, aku ingin tahu apa alasanmu membunuh suamiku?”
Firman : “Apa yang kau maksud?”
Dahlia : “Sudahlah jangan menghela lagi, aku adalah istri dari seorang yang kau bantai satu minggu yang lalu.”
Firman : “Oh, jadi kamu adalah istrinya.”
Dahlia : “Janganlah kau menyombongkan dirimu lagi. Nyawamu berda ditangan ku sekarang.”
Firman : “Apa yang kau inginkan sekarang?”
Dahlia : “Mengapa kau membunuh suamiku?”(Berteriak didepan wajah Firman).
Firman : “Apa yang kau bicarakan ?”
Dahlia : “Jangan berpura-pura tidak tahu.”(Sambil menekan tombol yang mengeluarkan sengatan listrik).
Firman : “Tidak! Tolong!”
Dahlia : “Berteriak saja kau sepuasnya tidak akan ada orang yang mendengarmu, jelaskan kesalahan suamiku!”
Firman : “Tidak, aku tidak akan menceritakannya.”
Dahlia : “Oh, baiklah kalau kau tidak mau
berbicara listrik ini akan membuat mu bicara.”(Menambah tegangan
listrik dan menekan tombol penyengat listrik tersebut)
Firma : “Baiklah, sebenarnya suamimu
adalah seorang yang mengetahui semua kesalahan ku dan dia mengancam akan
memberitahukan semua kasus korupsi ku kepada Direktur Utama, karena
itulah aku membunuhnya.”(menjawab dengan terrbata-bata)
Dahlia : “Teganya kau membunuh suamiku. Karena suamiku meninggal karena kau, maka kau juga pantas untuk mati.”
Dengan tegangan listrik
tinggi yang sudah diatur oleh Dahlia, sepasang kabel yang melilit tubuh
Firman menyengat tubuhnya tanpa ampun. Firman pun tewas mengenaskan
dengan posisi terduduk dikursi dalam gudang. Dahlia pun melarikan diri
meninggalkan lokasi perkara. Hingga sampailah ia pada alam yang gelap
tanpa ada orang disekitarnya.
0 komentar:
Posting Komentar