Translate

Welcome Guys

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.
Tampilkan postingan dengan label terjemahan novel. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label terjemahan novel. Tampilkan semua postingan

cintoh terjemahaan novel

Written By iqbal_editing on Rabu, 24 Agustus 2016 | 06.38


Berikut beberapa contoh penerjemahan novel.
 
No Country for Old Men
I sent one boy to the gas chamber at Huntsville. One and only one. My arrest and my testemony. I went up there and visited with him two or three times. Three times. The last time was the day of his execution. I didnt have to go but I did. I sure didnt want to. He’d killed a fourteen year old girl and I can tell you right now I never did have no great desire to visit with him let alone go to his execution but I done it. The papers said it was a crime of passion and he told me there wasnt no passion to it. He’d been dating this girl, young as she was. He was nineteen. And he told me that he had been planning to kill somebody about as long as he could rembember. Said that if they turned him out he’d do it again. Said he knew he was goin to hell. Told it to me out of his own mouth. I don’t know what to make of that. I surely dont. I thought I’ve never seen a person like that and it got me to wonderin if maybe he was some ne kind. I watched them strap him into the seat and shut the door. He might of looked a bit nervous about it but that was about all. I really believe that he knew he was goin to be in hell in fifteen minutes. I believe that. And I’ve thought about that a lot. He was not hard to talk to. Called me Sheriff. But I didnt know what to say to him. What do you say to a man that by his own admission has no soul? Why would you say anything? I’ve thought about it a good deal. But he wasn’t nothin compared to what was comin down the pike.
Aku mengirim satu anak ke kamar gas di Huntsville. Satu dan cuma satu itu. Aku yang menangkapnya dan jadi saksinya. Aku pergi ke sana dan menengoknya dua atau tiga kali. Tiga kali. Yang terakhir itu pada hari eksekusinya. Aku tidak mesti pergi untuk meliat dia tapi tetap pergi juga. Aku yakin tidak ingin pergi. Dia sudah membunuh anak perempuan berusia empat belas taun dan aku bisa bilang sekarang kalau aku tidak pernah punya keinginan untuk nengok dia apalagi pergi untuk meliat eksekusinya tapi aku pergi juga. Koran-koran mengatakan itu kejahatan nafsu dan dia bilang padaku kalau tidak ada nafsu dalam perbuatannya itu. Dia sudah mengencani gadis ini, walau masih sangat muda. Dia sendiri berusia sembilan belas taun. Dan dia bilang padaku kalau dia sudah merencanakan untuk membunuh orang selama yang dia ingat. Katanya jika mereka mengeluarkannya dia akan membunuh lagi. Katanya dia tau dia akan masuk neraka. Dia mengatakan itu dengan mulutnya sendiri. Aku tidak tau harus bilang apa. Aku benar-benar tidak tau. Kukira aku belum pernah menemui orang seperti dia dan aku jadi bertanya-tanya apa dia itu manusia jenis baru. Aku meliat mereka mengikatnya ke kursi dan menutup pintu. Dia mungkin keliatan agak gugup tapi hanya itu saja. Aku benar-benar percaya kalau dia tau dia akan berada di neraka lima belas menit lagi. Aku percaya itu. Dan aku sudah memikirkannya berkali-kali. Dia mudah diajak bicara. Memanggilku Sherrif. Tapi aku tidak tau harus bilang apa padanya. Apa yang akan kita katakan pada orang yang mengakui dirinya tidak punya jiwa? Mengapa kita mau mengatakan apapun? Aku lama memikirkannya. Tapi dia bukan apa-apa dibandingkan dengan apa yang mungkin akan kutemui nanti.
The Boy Who Ate Stars
Namaku Lucy dan aku tinggal di Paris. Kalau sudah besar nanti, aku ingin mengajar anak-anak austistik. Aku sudah kenal satu, namanya Matthew dan dia tetanggaku. Matthew berumur empat tahun ketika dia masuk ke dalam hidupku dan, jujur saja, awal hubungan kami sulit. Sekarang aku sering menemuinya, dan setiap kali aku selalu berpikir dia itu istimewa sekali karena aku tidak pernah ketemu orang seperti dia.
Semuanya dimulai waktu kami pindah ke Rue Merlin nomor 11. Flat kami terletak di lantai empat, di sisi sebelah kiri. Ketika itu bulan September, umurku dua belas tahun dan aku tidak kenal siapa-siapa. Tapi aku berjanji pada diriku sendiri: aku harus mengenal semua tetanggaku. Aku bahkan sudah punya rencana aksi. Begitu sekolah dimulai lagi, aku akan mendatangi semua orang dari lantai dasar sampai lantai paling atas, dan memasang bendera di kamar tidurku untuk setiap negara asal dari masing-masing tetangga kami. Ada banyak nama yang kedengarannya asing di kotak-kotak surat mereka, jadi mudah-mudahan saja aku nanti bisa membuat prestasi besar. Temaku untuk tahun ini adalah pertemuan global. Sampai aku ketemu Matthew. Ketika dia muncul begitu saja dalam hidupku, dia membuat semua rencanaku berantakan.
06.38 | 0 komentar | Read More
 
berita unik