Lelaki Tua dan Laut
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
The Old Man and the Sea (
bahasa Indonesia:
Lelaki Tua dan Laut) adalah sebuah novella (
novel pendek) yang ditulis oleh
jurnalis Amerika Serikat Ernest Hemingway, ditulis di
Kuba
tahun 1951 dan diterbitkan tahun 1952. Literatur ini adalah karya fiksi
besar terakhir yang ditulis dan diterbitkan dalam tenggang hidupnya.
Buku ini adalah salah satu karya terkenalnya, yang bercerita tentang
Santiago, karakter utama dalam buku ini yang adalah seorang
nelayan lelaki tua yang bersusah-payah berjuang untuk menangkap seekor ikan
marlin raksasa jauh di tengah arus
Teluk Meksiko.
[1]
Karya ini telah diingat dalam fiksi abad 20 sebagai karya yang telah
memperkuat keulungan literatur Hemingway di dunia sekaligus sebagai
faktor utama dipilihnya dia untuk Penghargaan
Nobel Sastra tahun 1954.
[2]
Latar belakang dan publikasi
Novel pendek tersebut pertama kali muncul dalam keseluruhan 26.500 katanya sebagai bagian dari
majalah Life
edisi 1 September 1952. 5,3 juta kopi terbitan majalah tersebut habis
terjual dalam tenggang dua hari. Tulisan tersebut kebanyakan menerima
kritik positif, walaupun kritik yang berbeda pendapat juga muncul. Judul
novel pendek tersebut sempat salah dicetak dalam edisi awal sebagai
"The Old Man and the Sea", atau "Lelaki Tua dan Laut".
Ringkasan cerita
Lelaki Tua dan Laut mengisahkan ulang tentang perjuangan kepahlawanan antara seorang lelaki nelayan tua yang berpengalaman dengan seekor
ikan marlin raksasa
yang disebut sebagai tangkapan terbesar dalam hidupnya. Cerita diawali
dengan cerita bahwa nelayan yang bernama Santiago tersebut telah
melewati 84 hari tanpa menangkap seekor ikan pun (kemudian disebutkan
dalam cerita ternyata 87 hari). Dia tampaknya selalu tidak beruntung
dalam menangkap ikan sehingga murid mudanya, Manolin dilarang oleh
orangtuanya untuk berlayar dengan si lelaki tua dan diperintahkan untuk
pergi dengan nelayan yang lebih berhasil. Masih berbakti kepada si
lelaki tua tersebut, Manolin mengunjungi
gubuk Santiago setiap malam, mengangkat peralatan nelayannya, memberinya makan dan membicarakan
olah raga bisbol Amerika dengan si lelaki tua. Santiago berkata pada Manolin bahwa di hari berikutnya dia akan berlayar sangat jauh ke tengah
teluk untuk menangkap ikan, dan dia yakin bahwa gelombang nasibnya yang kurang beruntung akan segera berakhir.
Maka di hari ke-85, Santiago berlayar sendirian, membawa
perahu kecilnya jauh ke tengah
teluk Meksiko. Dia mengatur
kailnya, dan di siang selanjutnya, seekor ikan besar yang dia yakin adalah seekor ikan marlin menggigit
umpannya.
Santiago tidak dapat menarik ikan tersebut, malah mendapati perahu
kecilnya yang justru ditarik oleh sang ikan raksasa. Dua hari dua malam
lewat dalam situasi tersebut, dan selama itu si lelaki tua menahan tali
jeratnya dengan tenaganya sendiri dengan susah payah. Walaupun dia
sangat kesakitan dan terluka dalam perjuangannya, Santiago merasakan
rasa kasih, haru dan penghargaan untuk lawannya, kerap menyebut sang
ikan sebagai
saudaranya. Dia juga memutuskan bahwa karena
martabat besar sang ikan, tak ada seorang pun yang layak untuk memakan ikan tersebut.
Di hari ketiga perjuangannya, sang ikan mulai mengitari perahu
kecilnya, menunjukkan kelelahannya pada si lelaki tua. Santiago,
sekarang telah kehabisan tenaga, mulai mengigau, dan hampir tidak waras,
menggunakan seluruh sisa tenaga yang masih dimilikinya untuk menarik
sang ikan ke sisi perahunya dan menikam sang marlin dengan sebuah
harpun, dengan demikian mengakhiri perjuangan panjang antara si lelaki tua dan sang ikan yang sangat kuat bertahan.
Santiago mengikat bangkai sang marlin di sisi perahu kecilnya dan mulai berlayar pulang, berpikir tentang
harga tinggi yang akan diberikan sang ikan di
pasar ikan dan jumlah orang yang dapat menikmati hasil tangkapannya tersebut. Selama Santiago melanjutkan perjalanannya pulang ke
tepi laut, ikan-ikan
hiu mulai tertarik dengan jejak
darah yang ditinggalkan sang marlin di air. Yang pertama adalah ikan
hiu mako
yang dibunuh Santiago dengan harpunnya, menyebabkan dia kehilangan
senjata tersebut. Dia kemudian merakit sebuah harpun baru dengan
mengikat bilah
pisaunya ke ujung sebuah
dayung
untuk mengusir pergi hiu-hiu yang berdatangan selanjutnya. Lima hiu
dibunuhnya dan banyak hiu lain yang akhirnya pergi. Di malam harinya
hiu-hiu tersebut telah melahap habis seluruh bangkai sang marlin,
meninggalkan hanya
kerangka tulang punggung,
ekor, dan
kepalanya,
di mana di kepalanya masih tertancap harpun nelayan si lelaki tua.
Santiago sangat sedih dan menghukum dirinya sendiri karena telah
mengorbankan sang marlin, dan akhirnya sampai di tepian laut sebelum
subuh keesokan harinya. Dia berjuang untuk berjalan menuju gubuknya,
membawa tiang kapalnya yang berat di atas pundaknya. Setelah tiba di
rumah, dia merebahkan dirinya di tempat tidur dan masuk ke dalam tidur
yang panjang.
Keesokan harinya sekelompok nelayan berkumpul di sekeliling perahu
yang mana kerangka sang ikan masih terikat. Salah satunya mengukurnya
sepanjang 18 kaki dari
moncong ke
ekornya. Bahkan para
turis yang duduk di
kafe
dekat di situ salah menyangkanya sebagai ikan hiu. Manolin yang terus
khawatir selama perjalanan si lelaki tua, menangis terharu saat dia
mendapati Santiago sedang tertidur lelap. Anak laki-laki itu kemudian
membawakan
surat kabar dan
kopi
untuk si lelaki tua. Saat Santiago terbangun, Manolin berjanji untuk
pergi menangkap ikan bersama-sama lagi dengan gurunya tersebut, dan saat
kembali tidur, Santiago kemudian bermimpi tentang
singa di pantai
Afrika.
Simbolisme karakter
Lelaki Tua dan Laut terbuka untuk berbagai
interpretasi. Hemingway menekankan bahwa:
"No good book has ever been written that has in it
symbols arrived at beforehand and stuck in. ... I tried to make a real
old man, a real boy, a real sea and a real fish and real sharks. But if I
made them good and true enough they would mean many things".
[3]
Terjemahan:
"Tidak ada buku bagus yang pernah ditulis yang
menggunakan simbol-simbol yang sudah ada sebelumnya dan telah teringat
di dalam pikiran. ... Saya mencoba untuk meciptakan lelaki tua yang
sesungguhnya, anak laki-laki sesungguhnya, laut yang sesungguhnya, ikan
yang sesungguhnya dan hiu yang sesungguhnya. Tetapi jika saya telah
membuatnya dengan cukup bagus dan sesungguh-sungguhnya, mereka dapat
berarti apa saja".
Penghargaan dan nominasi
Lelaki Tua dan Laut memberikan banyak pujian dan penghargaan untuk Hemingway, termasuk penghargaan
Pulitzer tahun 1953 untuk kategori
fiksi. Dia juga mendapatkan
Award of Merit Medal untuk tulisan tersebut dari
American Academy of Letters dalam tahun yang sama. Penghargaan yang paling berprestasi adalah penghargaan
Nobel Sastra pada tahun 1954. Penghargaan Nobel mencatat bahwa penghargaan tersebut adalah "untuk kepiawaiannya dalam seni
narasi, yang belum lama ini ditunjukkannya dalam
Lelaki Tua dan Laut, dan untuk pengaruh penting yang diberikannya untuk gaya penulisan saat itu."
[2]