Translate

Welcome Guys

Pengikut

Diberdayakan oleh Blogger.
Tampilkan postingan dengan label CERPEB. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label CERPEB. Tampilkan semua postingan

CERPEN MISS ES BATU

Written By iqbal_editing on Rabu, 06 September 2017 | 03.04

Gue lagi bingung mau ngapain, pekerjaan rumah udah gue selesaikan dengan amat baik dan dengan gaya yang super duper indah. Bayangin aja setiap pagi sebelum gue berangkat kuliah gue pastiin gue sudah selesai menyetrika pakaian sambil roll depan, melipat pakaian sambil push up, cuci piring sambil sikap lilin, dan nyuci pakaian sambil berenang kayak penyu. Ngomong-ngomong penyu kasihan ya mereka sekarang udah hampir punah, nggak habis pikir gue sama orang-orang yang hampir membabat habis spesies unyu-unyu badai ini hampir punah. Untung aja masih ada orang yang peduli sama spesies ini dengan cara melakukan penangkaran terhadap penyu unyu-unyu. Loh, kok jadi bahas tentang penyu? Oke kembali ke laptop alias kembali ke cerita.
Gue lagi gegana nih, gegana bukan organisasi penjinak bom atau semacamnya ya, tapi gelisah galau merana tingkat SD, SMP, dan SMA. Gue bingung mau ngapain, mau baca novel eh novelnya nggak ada. Gue memang sangat suka baca novel, bahkan gue biasanya suka nangkring di toko buku buat baca-baca buku gratis. Itu gue lakuin kalau lagi akhir bulan soalnya nggak ada duit. Gue juga suka sama aroma buku-buku yang masih terbungkus rapi. Entahlah, memang sedikit aneh tapi gue suka banget, seperti ada sesuatu yang membuat gue terhipnotis.
Karena lagi nggak ada buku buat jadi pelampiasan gue, makanya gue beralih pada hobi gue yang paling utama dan paling gue suka apakah dia? Jeng, jeng.. gue suka makan es batu, ya ya ya rada aneh bin ajaib. Cewek secantik dan sepinter gue suka makan es batu oh my god. Tapi itulah kehidupan, terkadang yang nggak kepikiran oleh orang lain malah jadi kebiasaan kita. Dan inilah gue Resky Amaliah Salam yang punya hobi makan dan kunyah es batu. Rasanya agak gimana-gimana gitu kayak ada kriuk-kriuknya gitu. Jadi pagi itu gue putusin buat makan alias kunyah-kunyahin es batu sampe lumer di mulut gue.
Tapi apa yang telah terjadi semuanya di luar dugaan gue. Saat dengan semangat berapi-api bak pahlawan yang sedang berada di medan tempur gue membuka pintu atas kulkas. Namun apa yang telah terjadi es batu gue nggak ada, apa mungkin nyokap lupa bikin es batu semalam. Au ah gelap hanya nyokap dan Tuhanlah yang tahu. Jadi dengan berat hati, berat tangan, berat kepala, dan berat kaki gue ngelangkahin kaki gue yang putih mulus kayak asanti ini pergi ke warung Mpok Rehan.
Ya sekitar empat sampai lima rumah dari tempat gue menginjakkan kaki. Nggak susah sih buat dapetin es batu di deket rumah gue. Jadi setiap hari gue bisa makan dan kunyah-kunyahin es batu sampe puas. Tapi gue lebih seneng buat sendiri es batunya selain lebih hemat kita nggak tahu juga kan kalau orang yang jual es batu itu pake air apaan. Tapi tenang aja, kalau Mpok Rehan gue jamin deh 88,2% air yang dia pake air mateng.
“Kiki!” teriak seseorang memanggil nama gue.
“Apaan?” jawab gue sambil menoleh.
“Dari mana aja lo, udah dua kali puasa kita nggak ketemu.”
“cihh! Gimana ada, kita kan baru temenan tiga bulan lalu pas masuk kuliah.”
“Oh iya sorry deh gue lupa.”
“Au ah.”
“By thw way, lo dari mana mau ke mana?”
“Pertanyaan lo elit banget tahu. Gue habis beli cemilan di Mpok Rehan terus mau pulang ke rumah, puas lo sama jawaban gue.” kata gue sambil berjalan meninggalkan Tono.
Hmm.. akhirnya sampe juga di rumah, ya tapi es batu gue agak mencair nih. Akh semuanya gara-gara Tono, pokoknya gara-gara Tono. Bukan gara-gara Wiwin, yaiyalah kan Wiwin bukan termasuk tokoh dalam cerita ini. Besok di kampus bakalan gue suruh traktir gue makan es batu sepuasnya. Kresss, kresss, kresssshhh. Ah renyahnya es batu Mpok Rehan kedengeran dari Arab sampai Zidrab dan dari Bhojong khenyod sampai Hollywood.
Keesokan hari di kampus..
“Tono!” gue berteriak sampe Ibu kantin pingsan. (tapi bohong)
“Apaan?” Tono menoleh.
“gue mau minta pertanggungjawaban elo.”
“Hah? Emangnya kapan kita ngelakuin itu?”
“Dasar anak curut! gue nggak lagi ngomongin begituan dodol.”
“Terus, masalah lo apa?”
“Gara-gara lo es batu buat cemilan gue kemarin jadi mencair, jadi sekarang gue minta lo traktir gue makan es batu.”
“Oh jadi gitu? Ahk gue nggak punya waktu dasar Miss es batu.” sambil meninggalkan gue.
“Apa? Miss es batu?”
“Tonooo!!”
Dengan perasaan kesal dan marah, kesal dan marah bedanya apa coba? gue menuju ke kantin, buat apa ya jelaslah buat meneguk coca-cola yang ada es batunya, biar bisa dikunyah-kunyah lumayan bisa bikin gue sedikit tenang. Di saat gue lagi menikmati suara kerenyahan dari es batu yang gue kunyah eh handphone gue bergetar. “Siapa lagi yang nelepon?” gue rada-rada sensitif kalau ada yang ngeganggu kalau gue lagi ngemil. “oh rupanya Tono ya.”
“halo? Kenapa lo telepon gue? Emangnya ada yang penting?” jawab gue dengan nada datar tanpa ekspresi. “nggak apa-apa sih, pulang nanti kita ke toko buku yuk, sambil menebus kesalahan gue, entar gue beliin deh novel.”
“wah beneran? Oke pulang nanti gue tunggu lo di parkiran depan ya. Oh iya gue maafin deh..”
Akhirnya semua mata kuliah udah selesai, jadi dengan riang gembira, sambil bersenandung, lompat tali dan main hoolahop gue menuju parkiran depan. Terakhir yang dua itu lupakan. Tapi Tono mana yah? Lo kok nggak kelihatan, mungkin masih ada dosen kali. Dua menit, lima menit, tujuh menit sampai sepuluh menit Tono nggak datang-datang. Saat gue hampir putus asa Tono datang dengan wajah yang cengengesan.
“Sorry ya Kiki, gue habis ketemuan sama Chika, maklum pacar baru.”
“Apa? lo jadian sama Chika? Cewek yang suka mainin cowok itu?”
lo kok gue nggak rela ya Tono pacaran sama Chika? (bicara dalam hati)
“Udahlah nggak usah dibahas, gue tahu kok kalau lo lagi cemburu, cepet naek, entar keburu sore.”
“Soek! Nenek lo pincang, cemburu nggak mungkin!”
Setelah menempuh sekitar lima belas menit gue dan Tono akhirnya sampai di toko buku, dari luar aja aroma buku-buku udah tercium. Hati gue seneng buanget, tapi gue masih kepikiran sama apa yang dibilang sama Tono barusan. Tono dan Chika? Hmm nggak cocok.
“Eh Miss es batu, cepetan pilih novel yang lo mau. Udah ampir sore nih,” kata Tono membuyarkan lamunan gue.
“Stop panggil gue dengan nama Miss es batu, gue nggak suka.” Hening.
Akhirnya gue memilih sebuah novel dengan judul Life Is Risk yang artinya hidup adalah resiko. Loh kok gue mendadak bisa bahasa inggris ya? Iya soalnya gue baru translate di Mbah Google. Tono dan gue pun pulang. Tono banyak bicara selama perjalanan tapi gue mah diam aja. Tono terus aja ngebangga-banggain ceweknya. Gue cuman jadi pendengar setia doang. Nggak kerasa gue sudah nyampe di rumah, abis itu Tono pamitan untuk balik ke kostannya.
Sudah lama gue nggak ngelihat Tono sejak hari itu, kenapa ya, di kampus juga gue jarang ketemu. Sesibuk itukah pacaran. Entahlah hanya Tuhan dan mereka-mereka yang pacaran yang mengetahui hal tersebut. Tapi ada hal yang sedikit mengganjal di hati gue, kenapa setelah Tono bilang kalau dia dan Chika jadian, gue jadi kepikiran terus ya? Apakah mungkin gue suka sama Tono? gue berharap nggak!
“hai Miss es batu?”
“hah Tono? Dari mana aja kamu?”
“dari mana ke mana? Aku nggak ke mana-mana kok..”
“tapi sudah seminggu ini aku nggak ketemu sama kamu.”
“bener juga ya, mungkin karena aku sibuk. Oiya aku mau curhat nih.”
“curhat apaan, aku bersedia kok ngedengerinnya.”
“aku putus sama chika, dia bilang udah nggak cocok padahal aku tahu kalau dia punya Pil…”
“tuh kan aku bilang juga apa, ngomong-ngomong pil yang kamu maksud apaan?”
“pria idaman lain.”
“kamu yang sabar ya.”
“iya, kamu sadar nggak kalau dari tadi kita ngobrol pake aku kamu.”
“masa sih? gue nggak ngerasa tahu.”
Sejak sore itu pertemanan kami jadi kayak dulu lagi, tapi gue nggak berani buat ungkapin perasaan gue ke Tono gue mau Tono sadar sendiri dengan kehadiran gue di sampingnya. Sebagai seorang pendengar yang baik dan semoga suatu saat nanti Tono bakalan menjadi pendamping hidup gue. Amiin.
Cerpen Karangan: Rati Erwin
03.04 | 0 komentar | Read More

Cerpen: Berharap ini Mimpi didalam Mimpi

Written By iqbal_editing on Senin, 06 Maret 2017 | 04.45


Cerpen: Berharap ini Mimpi didalam Mimpi

**7 Tahun Kemudian**



Aku menyapu pandang di setiap sudut ruangan,, dg raut wajah yg ceria dan penuh takjub akan unik'y ini..
Rumah mewah yg berada di atas pohon begitu besaaar..

"Sayang,, apa ini rumah yang akan kita tempati nanti?" ucapku sambil memeluk pinggang Rendy dari samping..


"Yaa sayang,, disini kita akan menjalani kehidupan yang akan kita awali kembali seperti kala kita bertemu pertama kali di SMP dulu.."

Kata-katanya membuatku terenyuh teringat akan indahnya masa muda kami dulu,, begitu banyak kenangan yang tak terlupakan..
Every moment is a sweetest one..

Lengannya yang menarik lembut tangan kanan ku mengajak untuk memperlihatkan setiap ruangan,, kamar kami dan kamar anak-anak kami kelak..
Begitu manis,, mampu membuatku berkaca-kaca,, terharu akan semua yang telah tersiap kan untuk aku,, tepatnya rumah tangga kami kelak..

Aku menatapnya lembut,, ia membalas dg senyum hangat dan memelukku..

Oh betapa ingin segeranya hari pernikahan itu datang..




**Beberapa Hari Kemudian**




"Permisi.." suara tak ku kenal terdengar dari depan rumah..

Segera ku buka pintu dan bertanya,, "ada keperluan apa?"

"Saya pengantar surat undangan,, ini.." sambil memberika sebuah surat undangan berhiaskan pita merah muda di tengahnya..

'Siapa yang menikah?' tanya ku dalam hati..

Ku baca nama pasangan yg akan menikah ini dihalaman awal..

'Haaah?'
Lidahku kaku,, mata terbelalak yang perlahan memudar menggenangkan air mata,, tak berkedip sedikitpun..
Tapi air mata sudah bergulir tetes demi tetes..
Kedua kakiku melemas..
Darah disekujur tubuhku rasanya mengalir ke kepala,, dan gelap..........




**Beberapa Jam Kemudian**




Aku terbangun dg kepala yg begitu berat dan sakit,, seperti habis terbentur dari hantaman sesuatu yang keras..

"Risha,, bangun.." begitu suara ibu ku dg raut wajah amat sangat cemas kulihat..

Aku melihat di luar kamar ada sosok yang tak ku kenal,, siapa yaa?
Ah....dia pengantar surat undangan..

Tunggu..! Surat undangan?

Sadar akan kejadian yang barusan ku alami,, langsung ku berteriak..

"AAAAAAAAAAA....ga mungkin! Ini ga mungkin! Rendy itu akan menikah dg-ku dalam jangka waktu sebentar lagi!" begitu ucapku tak karuan.. "Hey kau,, tukang antar surat undangan.. Katakan! Aku tau ini hanya lelucon kan? Ini tak nyata kan?! Iya kan?!"

"Maph,, tapi saya hanya diperintah untuk mengedarkan surat undangan ini.. Selebihnya saya tidak tau apa-apa.."

Mendengar itu membuatku semakin hilang kendali,, "TIDAAAAAK MUNGKIN!! RENDY HANYA MENCINTAIKU!! IA AKAN SEGERA MELAMARKU DAN MENIKAHIKU!! BAHKAN IA SUDAH MEMPERLIHATKAN RUMAH YG AKAN KAMI TEMPATI KELAK!! AAAAAAAAAA..!!!!!!"

Ibu ku hanya melihatku sedih,, tatapan matanya seperti menyiratkan bahwa,, 'Oh anakku,, malang sekali nasibmu nak..'




**Hari Pernikahan**





Aku berusaha untuk menghubungi Rendy,, datang ke rumahnya untuk menanyakan 'apa maksudnya ini?'
Tapi hasilnya nihil,, ia seperti lenyap sengaja menghindariku..

"Assalamualaikum,, Risha....??"

Seperti ada seseorang yang memanggilku,, siapa yaa? Suaranya tidak asing lagi..

Ku lihat lewat jendela,, ah itu Denny,, teman dekatku dg Rendy..

Kubukakan pintu segera..

"Yah? Ada apa Den? Bukan waktunya untuk bertamu saat keadaanku yg seperti ini..!" ucapku ketus,, memang aku menjadi seorang sangat ketus saat kejadian itu..

"Maph jika aku mengganggumu Ris,, tapi......"

"Tapi apa? Cepat katakan!"

"Tapi apa kau tidak ingin menghadiri acara akad nikah Rendy dg pasangannya? Kita sudah hampir terlambat.."

Aku terperanjat mendengar'y..
Aku seperti kesetanan,, "ayo kita pergi! Cepat...nanti kita terlambat.."

Maksud terlambat ku adalah terlambat untuk membatalkan acara akad nikah tersebut..

"Tapi Ris....."

"Ayo.......!"

Denny pun langsung bergegas menyalakan mesin mobilnya,, berkali-kali dinyalakan namun gagal..

"Ada apa dg mobil butut mu ini? Cepat lah!"

"Ehm,, iyah tunggu sebentar.."

Denny sama sekali tidak tersinggung dg ucapanku,, ia seperti mengerti apa yg tengah terjadi di diriku hingga ucapanku sampai sekasar ini..



**Ditempat Akad Nikah**




Sesampainya disana,, terdengar suara riyuh tepuk tangan,, dan senyuman sumringah dari para undangan tamu yang duduk dilantai mengelilingi satu pusat,, Rendy.....Rendy yang menjadi pusatnya yang tengah mencium kening seorang wanita disampingnya..

'Ja....jadi aku terlambat? Me...mereka...mereka sudah.....?' dua tangan Denny berusaha menahan bahuku,, takut takut aku terpinsan..

Memang,, lemas sekali....badanku lemas sekali....aku hanya mematung dan sakittt....dadaku seperti tertusuk jutaan curit..

Rendy dan pasanganya bangun dari duduk,, yang diikuti oleh para hadirin untuk bangun..

Aku lihat Rendy berjalan menggandeng tangan wanitanya ke arahku..

Tak ku sia-siakan kesempatan ini..

"RENDDDDDYY..! Apa.....apa-apaan ini? Ka...kau,, pernikahan apa ini?!" kukatakan dg air mata dan tenaga yg rasanya tinggal sisa-sisa yg terpaksakan..

Tapi Rendy hanya menoleh ke arah ku dg tatapan tak berdosa sama sekali..
Tatapan itu tak ku kenal sama sekali,, seperti memiliki kepribadian ganda..
Yaa,, memang Rendy selalu berkali-kali mengatakan bahwa ia memiliki kepribadian berbeda,, terlebih karena memang zodiak'y yang Gemini,, lambang dua anak kembar..

Ia terus melanjutkan perjalanannya dg tetap menggandeng tangan wanitanya..

"Haa? A....a..." gagap seketika akibat tangisan tak bersuara yg mengalahkannya.. Denny hanya memopang bahu ku untuk tak terjatuh..

Semua para undangan yg hadir seakan menatapku keji,, mereka melihatku yg datang dg pakaian yg tak formal tak seperti mereka..
Aku tak perduli! Tatapan kalian tak sebanding dg perjuangan ku bertahun-tahun memperthankan hubunganku dg Rendy..!

Denny memaksaku masuk kedalam mobil..

Tapi,, 'tidak! Tidak!' aku hanya bisa berkata dalam hati,, tak sanggup aku berkata satu dua patah kata..
Hanya bahasa tubuhku yg menolak untuk masuk kedalam mobil..

Tapi,, bagaimana kalau aku minta Denny untuk mengantarkanku untuk pergi ke rumah yg pernah Rendy tunjukkan kepadaku..
Aku mencoba menenangkan diri,, aku menarik napas panjang,, bismillah..

"Rendy,, antarkan aku ke daerah..............."

"Untuk apa?"

"Sudah antarkan saja!" kuucapkan dg suara yg kupaksakan lantang..

Mobil pun melaju ke tempat dimana yang aku inginkan..



Sampai di tempat yang ku maksud..
Yaitu rumah mewah yg berada diatas pohon yang sangat besar..

Lagi-lagi air mataku menitik derasnya melihat Rendy menggendong wanitanya masuk ke dalam rumah itu..

'A.....apa...apppa kau akan menggunakan rumah itu untuk malam pertama? Jaaa...jangaaan..!'

Aku bergegas masuk mengikuti Rendy,, tapi setelah masuk ku dapati Rendi tengah berada dalam kamar yang Rendy tunjukan bahwa itu adalah kamar kami berdua..
Ta....tapi nyatanya kau pakai untu wanita lain?
Ka....kau.. T-T

Tak habis pikirku,, Rendy mungkin tengah mencumbu wanitanya di dalam kamar itu..
Bukan kah yang seharusnya didalam itu adalah aku?
Tapi? Wanita lain? Wanita lain?
Sungguh,, semakin aku pikirkan semakin aku tak mampu merasakannya lagi.. T-T

"Rendy..!! Hentikan....hentikan..!! Kau boleh menyentuhku asal jangan sentuh wanita itu.. Aku mohon..!! Aku tak sanggup membayangkan kau bersama wanita lain..!! RENDDDDYYY.....INI AKU..!! Keluar lah T-T" aku berhenti sejenak menarik napas,, karena rasanya itu sedikit sekali,, justru malah menyesak dalam dada..
"Rendy,, dulu kau bilang kita akan berjodoh,, setiap kita putus kau selalu bilang kalau suatu saat nanti kita akan menikah,, kita akan berjodoh.. Tapi? Kau sendiri yg menghancurkan kata-katamu sendiri T-T,, tidak ingatkah kau saat masa SMP-SMA dulu? Kau selalu menguatkanky untuk tetap bisa kuat melewati ujian dalam hubungan kita.. Apa kau tidak ingat? Ingatlah,, dan kau pasti tidak akan tega dg ini.. T-T"

Tapi tak ada satu kata-pun dari Rendy yang membalas perkataanku.. T-T

Aku ditarik keluar oleh Denny..
'Tidak.....jangan.. Aku akan tetap berada disini sama Rendy keluar..'
T-T begitu ucapku dalam hati..

Aku pasrah,, aku sudah lelah..

Aku dipaksa masuk ke dalam mobil oleh Denny,, ia mengantarkanku pulang ke rumah..

Jutaan kata-kata yg mencoba menguatkanku terlontar dari mulut Denny tapi aku hanya terdiam dg tatapan kosong..

Sampai di rumah,, sudah terdapat ibu ku yg menunggu di teras rumah..

Segera kuhampiri dan memeluk ibu ku..
Emosi ku tertumpah di pelukkan ibu.. Ibu pun ikut menangis..

"Sudahlah nak.. Kuatkan hatimu,, Rendy sudah bahagia dg wanitanya.."




**Didalam Kamar**





Didalam kamar,, dg lampu yang sengaja tak kunyalakan..
Aku terduduk dikasur busa itu dg tatapan yang lagi-lagi kosong..
Aku tak sanggup menghadapi kenyataan ini..

Apa mungkin aku mimpi?

Jutaan kenangan manis ku bersama Rendy bermunculan dikepalaku..
"AAAAAAAAAAAAA.........!!!"
Tiba-tiba saja aku berteriak..
T-T
Mungkin aku sudah gila..
Yaa aku sudah gila..
Teringat kata-kata ibu bahwa 'mungkin ia sudah bahagia'
Aku langsung bergegas mengambil HP-ku,, segera ku ketik huruf demi huruf..

"Rendy,, maph kan kelakuanku yang kekanak-kanakan.. Aku tidak akan mengganggumu lagi.. Aku akan mencoba ikhlas kau dg wanita-mu.. Terimakasih atas hari-hari manisku yg dihiasi oleh hadirnya dirimu dihidupku.."


------------------
------------------
------------------
------------------
------------------
------------------
------------------
------------------

Tiba-tiba ku terbangun dari tidurku,, napas tersengal-sengal,, merasa lelah akan apa yg telah kualami dimimpi ku tadi..
Kulihat jam bekker ku menunjukkan jarum pendek ke arah angka 4,, jam 4 subuh?
Tiba-tiba air hangat mengalir dipipiku..
Alhamdulillah ini hanya mimpi,, :') ini hanya mimpi!
Rendy masih milikku..
Aku segera mengambil HP,, dan mengirimi sebuah sms,, "sayang,, aku mencintaimu.. Sangat sangat mencintaimu"



~The End~




Asli ini mimpi semalem,, :'D dituang kedalam tulisan di postingan ini..

16 April 2012,, 04:05 WIB..

0 komentar:

Poskan Komentar

 
04.45 | 0 komentar | Read More
 
berita unik