Naskah
Drama tentang Asimilasi
“Musibah Berujung Kesuksesan”
Pada suatu hari di pinggir jalanan kota Jakarta terlihat
tiga orang perempuan yang tengah berjalan di bawah teriknya matahari, kalau
dilihat-lihat mereka bukan berasal dari daerah itu, karena mereka tampak
melihat kesana kemari seperti orang hilang.
Sari :“Mar, Puj, apa alamat ini masih jauh ya ?” (tanya Sari
dengan logat medoknya)
Marti :“Aku juga ndak
tau Sar,tapi kalau dilihat-lihat alamat ini termasuk daerah sini” (jawab Marti
sambil melihat selembar kertas)
Puji :“Apa kita tanya
aja ya ?”
Marti :“Boleh juga ide
kamu”
Mereka mulai mencari orang untuk ditanyai,hingga mereka
bertemu dengan tiga perempuan yang terlihat sebaya dengan mereka.
Sari :“Permisi mbak,
numpang tanya. Alamat ini dimana ya ?”(tanya Sari sambil menunjukkan selembar
kertas kepada salah satu perempuan itu)
Tia :“Apa kamu pernah
melihat alamat ini Ras ?”
Rasti :“aku nggak pernah liat ?”
Maisya :“Memangnya mbak-mbak ini asalnya dari mana ?”
Puji :“Kami dari desa”
Rasti :“Oh, jadi kalian merantau ?”
Marti :“Iya mbak. Jadi,bagaimana, apa mbak tahu dimana
alamat itu berada ?”
Tia :“Mungkin kalian
sudah ditipu oleh orang yang memberi alamat ini” (jawab Tia dengan prihatin)
Sari :“Mbak tahu dari
mana kalau kami telah ditipu ?” (tanya Sari tak percaya )
Maisya :“Kami tahu
karena kami juga mendapat alamat yang sama dengan milik kalian, dan setelah
kami cari tahu ternyata alamat itu palsu.”
Marti :“Oalah Gusti,
kenapa nasib kita jadi sial begini.”(ratap Marti)
Puji :“Sekarang kita
mau kemana, kita tidak tahu seluk beluk daerah ini.”
Tia :“Kalau itu kami
mungkin bisa bantu kalian, kebetulan nasib kita sama jadi sesama orang yang
terkena musibah kita saling tolong menolong”
Marti :“Dari tadi kita
berdiri disini, panas he.” (protes Marti)
Maisya :“Kalau begitu kita istirahat dulu di taman itu”
Kemudian mereka berenam menuju salah satu bangku yang ada di
taman dekat mereka bertemu tadi
Sari :“Puj, aku lapar ki, kamu bawa bekalnya to ?”
Puji :“Iya, aku bawa.
Ini bekalnya” (jawab Puji sambil mengeluarkan sebuah kotak bekal dari dalam
tasnya)
Rasti :“Itu apa ?”
(tanya Resti sambil melihat isi kotak bekal itu)
Marti :“Ini tela ungu.
Apa di sini ndak ada makanan seperti ini ?”
Tia :“Entahlah kami
juga tidak tahu, kami jarang pergi ke pasar jadi kami tidak tahu ada makanan
seperti itu. Atau mugkin itu hanya ada di desa ya ?”
Sari :“Jarang ada ubi
di kota, jadi pantas saja kalian tidak tahu makanan ini.”
Maisya :“Boleh minta ?”
Puji :“Tentu saja,
kalian boleh minta ”(balas Puji sambil menyodorkan kotak bekal itu ke Maisya
dan teman yang lain)
Rasti :“sekarang kita
sama-sama sedang mencari pekerjaan, kenapa kita tidak jadi satu kelompok saja.
Kita buat satu inovasi yang akan kita jadikan sebagai usaha kita.”
Tia :“Saran kamu boleh
juga, tapi kita mau baut apa ?”
Lantas mereka mulai
bepikir, mau membuat apa mereka nanti
Setelah sekian lama
berpikir,
Maisya :“Aha ! kenapa
kita tidak bikin usaha toko makanan saja !”(pekikan Maisya membuat perhatian
teman-temannya beralih padanya)
Marti :“Memangnya mau buat
makanan apa ?”
Rasti :“Bagaimana kalau
kita buat makanan yang baru, makanan percampuran antara budaya kami dan budaya
kalian.”
Sari :“Kamu pintar juga
ya.” (puji Sari pada Rasti)
Tia :“Sudah sepakat ya
kita bikin toko makanan. Sekarang kita tinggal menentukan makanan apa yang akan
kita buat.”
Marti :“sahakan yang
bikin orang lain penasaran jadi kita bisa mendapat pelanggan yang banyak.”
Puji :“Sekalian kita
diskusikan perencanaan kedepannya usaha yang akan kita buat.”
Merekapun kembali berdiskusi mengenai rencana usaha yang
akan mereka rintis hingga mereka menemukan ide itu
Sari :“Aku punya ide, kita buat Kicila saja, itu makanan
modifikasi antara kicimpring dan tela, jadi kicimpring yang rasanya manis.”
Akhirnya mereka mulai merintis usaha yang mereka diskusikan
tadi. Hingga tak terasa waktu berlalu dengan cepat dan usaha yang mereka rintis
kini telah berkembang pesat, tak hanya satu toko yanng mereka punya tapi sudah
enam toko. Berawal dari musibah berakhir dengan kesuksesan.
~Selesai~
0 komentar:
Posting Komentar