NASKAH
TEATER “BUNGA RUMAH MAKAN”
KARYA
UTUY TATANG SONTANI
PARA PELAKU :
1. Ani, gadis pelayan rumah makan “Sambara”
2. Iskandar, pemuda pelancong
3. Sudarma, yang punya rumah makan “Sambara”
4. Karnaen, pemuda anak Sudarma
1. Ani, gadis pelayan rumah makan “Sambara”
2. Iskandar, pemuda pelancong
3. Sudarma, yang punya rumah makan “Sambara”
4. Karnaen, pemuda anak Sudarma
5. Pengemis
Panggung
merupakan ruangan rumah makan, dialati oleh tiga stel kursi untuk tamu, lemari
tempat minuman, rak kaca tempat kue-kue, meja tulis beserta telepon, radio dan
lemari es. Pintu kedalam ada di belakang dan pintu keluar ada di depan sebelah
kiri.
ADEGAN 1
KARNAEN :(duduk menghadap meja tulis, asyik menulis).
ISKANDAR:(masuk dengan rambut kusut dan langkah gontai, memandang ke arah pintu ke belakang).
KARNAEN :(berhenti menulis). Ada keperluan apa, saudara?
ISKANDAR:Tidak! (pergi keluar).
KARNAEN :heran memandang, kemudian melanjutkan menulis).
ADEGAN 2
KARNAEN :(berdiri). An! Ani!
ANI :(dari dalam). Ya, mas!
KARNAEN :Sudah selesai berpakaian?
ANI :(tampil). Sudah lama selesai, mas.
KARNAEN :Tapi mengapa diam saja di belakang?
ANI :Saya membantu pekerjaan koki.
KARNAEN :Who, engkau turut masak?
ANI :Tidak mas, hanya memasak air. Timbangan diam tidak ada kerja, supaya tidak merasa kesal.
KARNAEN :Tapi akupun suka melihat engkau masak, An. Apalagi karena dengan begitu, engkau akan kian jelas kelihatan sebagai wanita yang akan jadi ratu rumah tangga.
ANI :(pergi mengambil lap di atas gantungan). Ah, mas, bila mendengar perkataan ..rumah tangga” saya suka gemetar. Saya masih suka bekerja seperti sekarang ini. (mengelap radio).
KARNAEN :Sampai kapan engkau berpendirian demikian, An?
ANI :(tetap mengelap radio, membelakangi Karnaen). Saya bukan Tuhan mas, tak dapat menetapkan waktu. (melihat kearah Karnaen). Kita setel radionya, ya mas?
KARNAEN :Ah, di pagi hari begini tidak ada yang aneh. (melangkah mendekati Ani). Dan daripada mendengar radio aku lebih suka mendengar engkau menceritakan pendirianmu. Engkau lebih senang jadi pelayan daripada mengurus rumah tangga, An?
ADEGAN 1
KARNAEN :(duduk menghadap meja tulis, asyik menulis).
ISKANDAR:(masuk dengan rambut kusut dan langkah gontai, memandang ke arah pintu ke belakang).
KARNAEN :(berhenti menulis). Ada keperluan apa, saudara?
ISKANDAR:Tidak! (pergi keluar).
KARNAEN :heran memandang, kemudian melanjutkan menulis).
ADEGAN 2
KARNAEN :(berdiri). An! Ani!
ANI :(dari dalam). Ya, mas!
KARNAEN :Sudah selesai berpakaian?
ANI :(tampil). Sudah lama selesai, mas.
KARNAEN :Tapi mengapa diam saja di belakang?
ANI :Saya membantu pekerjaan koki.
KARNAEN :Who, engkau turut masak?
ANI :Tidak mas, hanya memasak air. Timbangan diam tidak ada kerja, supaya tidak merasa kesal.
KARNAEN :Tapi akupun suka melihat engkau masak, An. Apalagi karena dengan begitu, engkau akan kian jelas kelihatan sebagai wanita yang akan jadi ratu rumah tangga.
ANI :(pergi mengambil lap di atas gantungan). Ah, mas, bila mendengar perkataan ..rumah tangga” saya suka gemetar. Saya masih suka bekerja seperti sekarang ini. (mengelap radio).
KARNAEN :Sampai kapan engkau berpendirian demikian, An?
ANI :(tetap mengelap radio, membelakangi Karnaen). Saya bukan Tuhan mas, tak dapat menetapkan waktu. (melihat kearah Karnaen). Kita setel radionya, ya mas?
KARNAEN :Ah, di pagi hari begini tidak ada yang aneh. (melangkah mendekati Ani). Dan daripada mendengar radio aku lebih suka mendengar engkau menceritakan pendirianmu. Engkau lebih senang jadi pelayan daripada mengurus rumah tangga, An?
ADEGAN 3
Ani (ke belakang sambil menyanyi kecil).
Pengemis
(masuk pelahan-lahan dengan kaki pincang, setelah di dalam, melihat ke kiri-ke kanan, ke rak tempat kuekue, kemudian menuju rak itu dengan langkah biasa, tangannya membuka tutup stopples hendak mengambil kue).
Ani
(tampil dari belakang) Hai!
Pengemis
(cepat menarik tangannya).
Ani.
Engkau mau mencuri, ya?
Pengemis
(menundukkan kepala).
Ani
Hampir tiap engkau datang di sini, engkau kuberi uang.Tak nyana, kalau sekarang berani datang di sini dengan maksud mencuri.
Pengemis
Ampun, Nona, ampun.
Ani
Mau sekali lagi kau mencuri?
Pengemis
Saya tak akan mencuri bila saya punya uang.
Ani
Bohong!
Pengemis
Betul, Nona, sejak kemarin saya belum makan.
Ani
Mau bersumpah, bahwa engkau tak hendak mencuri lagi?
Pengemis
Demi Allah, saya tak akan mencuri lagi, Nona. Asal...
Ani
Tidak. Aku tidak akan memberi lagi uang padamu.
Pengemis (sedih)
Ah, Nona, kasihanilah saya.
Ani
Tapi mengapa tadi mau mencuri?
Pengemis
(sedih) Tidak, Nona, saya tidak akan sekali lagi. Dan saya sudah bersumpah. Ya, saya sudah bersumpah.
Ani
(mengambil uang dari laci meja) Awas, kalau sekali lagi engkau mencuri!
ADEGAN 4
Pengemis
(masuk menjinjing tas kulit, melihat kepada pengemis)
Sudarma
Mengapa kau ada di sini? Ayo, keluar.
Pengemis
(diam menundukkan kepala).
Sudarma
(kepada Ani)
Mengapa dia dibiarkan masuk, An?
Ani
Hendak saya beri uang.
Sudarma
Tak perlu. Pemalas biar mati kelaparan. Padahal dia datang di sini mengotorkan tempat semata.
Ani
(memberi uang kepada pengemis) Nih. Lekas pergi.
Pengemis
Terima kasih, Nona. Moga-moga Nona panjang umur.
Sudarma
Lekas pergi dan jangan datang lagi di sini.
Pengemis
(pergi keluar dengan kaki pincang).
0 komentar:
Posting Komentar