Ketika merah putih lelah berkibar
Nyanyian sang saka berhenti sepi
Kubur-kubur bertumbuhan ilalang,
nisan-nisan rebah kedatangan bulan berselendang
Ruh-ruh suci pahlawan,
menangis terpatung putih
Pecah di tanah tak bertuan
Tangisnya lenyap oleh kebiadaban jaman
Merah kain itu tidak lagi membara
Di masa jamannya,
darahlah yang membanjiri tanah pusaka
darah-darah saudaranya yang mengalir
Darah-darah saudaranya yang membusuk
lalu mereka tertawa
diatas tulang belulang saudaranya
Putih kain itu tak lagi suci
seperti hati pahlawan
Bangsa ini kehilangan nuraninya
Kain putih itu bermandikan lumpur panas
Wajah-wajah pemimpin saling berhadapan
Di kepalanya tumbuh dua tanduk tajam
Mereka tak tahu malu bertelanjang bulat
memamerkan tubuhnya penuh dengan lumpur
Lalu mereka saling mencakar,
menggigit,
merobek dada lawannya,
melemparkannya di suatu senja
kemudian mereka bersetubuh dengan bangkai-bangkai itu
dan lahirlah bayi-bayi tak berwajah
Bertangan lima berjari satu
Berperut buncit tertawa lucu
Melambaikan tangan di suatu pagi
Duh Gusti
Ya Tuhan
Ya Allah
Kembalikanlah negeriku yang elok ini
Yang bermandikan jambrud khatulistiwa
Bangkitkanlah jiwa-jiwa pahlawan kami
Merasuk sukma
Pada generasi kelahiran baru
anak-anak kami
Biarlah mereka mencuci bersih
Sang Saka Merah Putih
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar