Translate

cerpen lagu ayah

Written By iqbal_editing on Jumat, 01 September 2017 | 02.08

agi hari yang indah dimana banyak burung – burung berkicauan.  Terlihat sekumpulan anak – anak kecil sedang berlarian dengan riangnya menuju ke sekolah. Hal itu pun dirasakan oleh Rika. Seorang gadis manis yang masih duduk dibangku SMA. Pagi ini ia harus pergi ke sekolah karena pelajaran ke -2 adalah pelajaran kesukaannya. Yaitu Bahasa Jepang. Rika menghampiri ayahnya yang sedang mencuci motor di teras rumahnya.

            “Pa! Rika jalan dulu ya..Soalnya sudah hampir jam setengah tujuh”kata Rika
            “Oh,iya hati – hati ya nak..Belajar yang benar ya” jawab ayahnya
            “Iya..oh iya pa! semua nya sudah Rika siapin. Sarapan,baju,semuanya udah rapi”
            “Iya…Terima kasih ya! Papa bangga punya anak seperti Rika”
            “Hehe…duh..Rika ke sekolah dulu ya pa”kata rika sembari salim ke ayahnya.

Rika berlari keluar rumah. Didepan sudah ada Faina,teman dekat Rika yang blesteran Jepang – Indonesia. Faina datang ke rumah Rika setiap pagi agar bisa ke sekolah bersama – sama. Faina adalah anak yang tidak pernah memandang status kehidupan sosial orang lain,termasuk Rika. Rika hanya tinggal bertiga dengan ayah dan kakaknya. Kakak Rika seorang laki – laki yang berprilaku buruk. Beda sekali dengan Rika. Hingga mau tidak mau Rika lah yang harus mengurus ayahnya di rumah. Lalu,kemana kah ibu Rika? Ibu Rika sudah meninggal ketika umur Rika masih 10tahun. Dan ia sudah berjanji pada ibunya untuk selalu menjaga ayahnya. Akhirnya mereka sampai ke sekolah.

            “Rika! Kau sudah tau kalau hari ini ada pemeriksaan kesehatan disekolah?”Tanya Faina pada
             Rika.
            “Un! Udah dong…memangnya kenapa?”Tanya Rika kepada Faina.
            “Eh…Enggak kok..”

Rika sedikit mengerenyitkan dahi. Lalu ia segera duduk di bangkunya dan mulai membaca – baca buku pelajaran. Tak lama kemudian bel berbunyi dan seorang guru yang berparas cantik dan terlihat ramah itu masuk ke kelas.

            “Assalamuallaikum anak – anak” sapa guru itu.
            “Wallaikumsalam bu Wati!”Jawab seisi kelas kompak.
            “Udah ikrar belum nih?”Tanya ibu Wati ramah
            “Belum bu…”jawab Areen spontan.
            “Kok belum? Hm…Areen kamu pimpin ikrar ya”
            “Saya bu?”
            “Ya iya..? Memangnya yang nama areen sapa lagi?”
            “Oh..Oke deh ibu!”

Areen memimpin ikrar dengan baik dan seisi kelas pun mengikuti dengan khidmat. Akhirnya pelajaran pun di mulai. Kali ini murid – murid diperintahkan oleh ibu Wati untuk membuat sebuah puisi dan membacakannya didepan kelas. Seisi kelas ribut ketika ibu Wati mengatakan “Dibaca di depan kelas”. Seorang murid laki2 kemudian mengangkat tangannya.

            “Ya Ipul? Kamu mau Tanya apa?” Tanya ibu Wati
            “Temanya apa bu?” Tanya Ipul
            “Mudah kok…”
            “Yah..Ibu kita kan nanya temanya!!!”protes Ianz
            “Iya bu…Jangan tema yang ribet – ribet”timpal Kyu.
            “Temanya tentang Ayah”
            “Ayah???”Tanya Popo dengan nada kaget
            “Hush! Berisik banget sih?! Biasa aja kali!”kata Rika menasehati Popo
            “Ta..Tapi kan…”
            “Tapi apa?”

Tiba – tiba wajah Popo memurung. Rika yang tak tahu apa – apa mengira kalau Popo diam karena sadar kalo dia salah. Ternyata dia seperti itu karena dirinya sudah tidak memiliki ayah. Dan Rika tidak tahu hal itu.  Ibu Wati memberi aba – aba kepada anak – anak untuk mulai mengerjakan tugas tersebut.
30 menit berlalu dan kemudian Faina maju dan memberanikan diri untuk memabacakan puisinya di depan kelas.

Ayah ku Pahlawan ku
Oleh : Faina Shinosaki

Demi keluarganya rela bekerja membanting tulang..
Demi anak – anaknya ia rela terbunuh oleh permintaan mereka…
Demi keselamatan anaknya ia merelakan jiwanya sebagai tumbal…

Ayah tak pernah mengeluh meskipun merasakan kesulitan…
Ayah tak pernah menangis meskipun dirinya diburu oleh hutang demi memenuhi permintaan anaknya..
Ayah tak pernah menyalahkan keluarganya meskipun ialah yang dirugikan…

Ayah ku adalah pahlawanku…
Ayahku adalah panutanku…
Terima kasih atas kebaikanmu ayah…
Aku tak akan dapat membalas budimu…


Puisi tersebut begitu menyentuh hati bagi yang mendengar. Bahkan aku pun tersentuh. Terbersit sebuah lagu dikepalaku. Lagu yang selalu membuatku merasa sudah banyak menyusahkan ayah.

Dipondok kecil…
Dipantai ombak…
Berbuih Putih…
Beralun – alun…

Disuatu hari ayah berkata…
Jaga adikmu…
Ayah kan pergi jauh…
Wahai kakakku sayang…
Kemana ayah? Kusayang ayah…Kucinta ayah..

Wahai adikku sayang…
Ayah telah pergi memenuhi ridho ilahi…

Tanpa sadar air mataku menetes. Dan tiba – tiba pak Rusli masuk ke dalam kelas dengan wajah cemas. Lalu memanggil Rika. Rika pun segera menyeka air matanya dan memenuhi panggilan bapak Rusli. Pak Rusli mengatakan kalau Rika harus segera menuju ke rumahnya. Karena suatu hal yang gawat. Akhirnya Rika pun pulang. Dan Rika melihat bendera kuning berkibar di depan rumahnya. Rika segera masuk ke rumahnya dan betapa kagetnya ia ketika melihat seseorang yang sangat ia sayangi dan sangat berarti dalam hidupnya sedang terbujur kaku di atas kain kafan yang akan segera membungkus tubuhnya.
“PAPA!!” serunya ketika melihat orang itu. Rika berlari kearah kerumunan orang – orang. Namun kakaknya segera menariknya.

“Abang!! Lepasin!!! Ada apa sih sebenarnya?”Tanya Rika sambil meronta
“Rika…Papa pesen supaya lo gak boleh nangis waktu liat dia meninggal!” bentak kakaknya
“Sebenarnya ada apa sih sampai papa kaya gini? Abang ngeracunin papa ya?!!”

PLAK!!! Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Rika. Rika terdiam sesaat dan kemudian Oi (nama kakak Rika,nama lengkapnya sebenarnya Anshori hanya saja orang biasa memanggilnya Oi’) mentap lekat – lekat mata Rika.

“Eh de…Lo dengerin ya! Gue emang badung,berandalan,dan bukan anak kebanggan papa. Tapi, gue masih tau diri! Gak mungkin lah gue tega ngeracunin papa! Lo tega ya de! Gue gak sangka lo punya pemikiran seburuk itu ke gue!”bentak Oi’
“Maaf…”jawab Rika
“Udah deh…Maaf gak akan nyelesain apa – apa…Yang jelas,papa udah pesen supaya kita harus akur dan jaga nama baik keluarga ini sama – sama..”timpal Oi’ lagi
“Aku masih gak bisa terima kalau papa…”Rika menangis dan kemudian Oi’ memeluk adiknya itu dengan lembut.
“Udah de,gak usah nangis…abang juga sebenernya sedih..tapi papa udah amanah ke kita…”
“I..Iya…”

Rika hanya bisa memenuhi amanah ayahnya. Kini ayahnya akan segera dikuburkan. Kedua bersaudara itu menyolatkan dan mendokan ayah mereka dengan khusyu. Kini Rika hanya bisa berdoa agar ayahnya selalu diberikan perlindungan dan dijauhkan dari siksa kubur. Selamat tinggal ayah. Semoga disaat kita bertemu kembali. Ayah dapat tersenyum bahagia.


.:: Tamat ::.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik