“Pa! Rika jalan dulu ya..Soalnya sudah hampir jam setengah tujuh”kata Rika
“Oh,iya hati – hati ya nak..Belajar yang benar ya” jawab ayahnya
“Iya..oh iya pa! semua nya sudah Rika siapin. Sarapan,baju,semuanya udah rapi”
“Iya…Terima kasih ya! Papa bangga punya anak seperti Rika”
“Hehe…duh..Rika ke sekolah dulu ya pa”kata rika sembari salim ke ayahnya.
Rika
berlari keluar rumah. Didepan sudah ada Faina,teman dekat Rika yang
blesteran Jepang – Indonesia. Faina datang ke rumah Rika setiap pagi
agar bisa ke sekolah bersama – sama. Faina adalah anak yang tidak pernah
memandang status kehidupan sosial orang lain,termasuk Rika. Rika hanya
tinggal bertiga dengan ayah dan kakaknya. Kakak Rika seorang laki – laki
yang berprilaku buruk. Beda sekali dengan Rika. Hingga mau tidak mau
Rika lah yang harus mengurus ayahnya di rumah. Lalu,kemana kah ibu Rika?
Ibu Rika sudah meninggal ketika umur Rika masih 10tahun. Dan ia sudah
berjanji pada ibunya untuk selalu menjaga ayahnya. Akhirnya mereka
sampai ke sekolah.
“Rika! Kau sudah tau kalau hari ini ada pemeriksaan kesehatan disekolah?”Tanya Faina pada
Rika.
“Un! Udah dong…memangnya kenapa?”Tanya Rika kepada Faina.
“Eh…Enggak kok..”
Rika
sedikit mengerenyitkan dahi. Lalu ia segera duduk di bangkunya dan
mulai membaca – baca buku pelajaran. Tak lama kemudian bel berbunyi dan
seorang guru yang berparas cantik dan terlihat ramah itu masuk ke kelas.
“Assalamuallaikum anak – anak” sapa guru itu.
“Wallaikumsalam bu Wati!”Jawab seisi kelas kompak.
“Udah ikrar belum nih?”Tanya ibu Wati ramah
“Belum bu…”jawab Areen spontan.
“Kok belum? Hm…Areen kamu pimpin ikrar ya”
“Saya bu?”
“Ya iya..? Memangnya yang nama areen sapa lagi?”
“Oh..Oke deh ibu!”
Areen
memimpin ikrar dengan baik dan seisi kelas pun mengikuti dengan
khidmat. Akhirnya pelajaran pun di mulai. Kali ini murid – murid
diperintahkan oleh ibu Wati untuk membuat sebuah puisi dan membacakannya
didepan kelas. Seisi kelas ribut ketika ibu Wati mengatakan “Dibaca di
depan kelas”. Seorang murid laki2 kemudian mengangkat tangannya.
“Ya Ipul? Kamu mau Tanya apa?” Tanya ibu Wati
“Temanya apa bu?” Tanya Ipul
“Mudah kok…”
“Yah..Ibu kita kan nanya temanya!!!”protes Ianz
“Iya bu…Jangan tema yang ribet – ribet”timpal Kyu.
“Temanya tentang Ayah”
“Ayah???”Tanya Popo dengan nada kaget
“Hush! Berisik banget sih?! Biasa aja kali!”kata Rika menasehati Popo
“Ta..Tapi kan…”
“Tapi apa?”
Tiba
– tiba wajah Popo memurung. Rika yang tak tahu apa – apa mengira kalau
Popo diam karena sadar kalo dia salah. Ternyata dia seperti itu karena
dirinya sudah tidak memiliki ayah. Dan Rika tidak tahu hal itu. Ibu Wati memberi aba – aba kepada anak – anak untuk mulai mengerjakan tugas tersebut.
30 menit berlalu dan kemudian Faina maju dan memberanikan diri untuk memabacakan puisinya di depan kelas.
Ayah ku Pahlawan ku
Oleh : Faina Shinosaki
Demi keluarganya rela bekerja membanting tulang..
Demi anak – anaknya ia rela terbunuh oleh permintaan mereka…
Demi keselamatan anaknya ia merelakan jiwanya sebagai tumbal…
Ayah tak pernah mengeluh meskipun merasakan kesulitan…
Ayah tak pernah menangis meskipun dirinya diburu oleh hutang demi memenuhi permintaan anaknya..
Ayah tak pernah menyalahkan keluarganya meskipun ialah yang dirugikan…
Ayah ku adalah pahlawanku…
Ayahku adalah panutanku…
Terima kasih atas kebaikanmu ayah…
Aku tak akan dapat membalas budimu…
Puisi
tersebut begitu menyentuh hati bagi yang mendengar. Bahkan aku pun
tersentuh. Terbersit sebuah lagu dikepalaku. Lagu yang selalu membuatku
merasa sudah banyak menyusahkan ayah.
Dipondok kecil…
Dipantai ombak…
Berbuih Putih…
Beralun – alun…
Disuatu hari ayah berkata…
Jaga adikmu…
Ayah kan pergi jauh…
Wahai kakakku sayang…
Kemana ayah? Kusayang ayah…Kucinta ayah..
Wahai adikku sayang…
Ayah telah pergi memenuhi ridho ilahi…
Tanpa
sadar air mataku menetes. Dan tiba – tiba pak Rusli masuk ke dalam
kelas dengan wajah cemas. Lalu memanggil Rika. Rika pun segera menyeka
air matanya dan memenuhi panggilan bapak Rusli. Pak Rusli mengatakan
kalau Rika harus segera menuju ke rumahnya. Karena suatu hal yang gawat.
Akhirnya Rika pun pulang. Dan Rika melihat bendera kuning berkibar di
depan rumahnya. Rika segera masuk ke rumahnya dan betapa kagetnya ia
ketika melihat seseorang yang sangat ia sayangi dan sangat berarti dalam
hidupnya sedang terbujur kaku di atas kain kafan yang akan segera
membungkus tubuhnya.
“PAPA!!” serunya ketika melihat orang itu. Rika berlari kearah kerumunan orang – orang. Namun kakaknya segera menariknya.
“Abang!! Lepasin!!! Ada apa sih sebenarnya?”Tanya Rika sambil meronta
“Rika…Papa pesen supaya lo gak boleh nangis waktu liat dia meninggal!” bentak kakaknya
“Sebenarnya ada apa sih sampai papa kaya gini? Abang ngeracunin papa ya?!!”
PLAK!!!
Sebuah tamparan keras mendarat di wajah Rika. Rika terdiam sesaat dan
kemudian Oi (nama kakak Rika,nama lengkapnya sebenarnya Anshori hanya
saja orang biasa memanggilnya Oi’) mentap lekat – lekat mata Rika.
“Eh
de…Lo dengerin ya! Gue emang badung,berandalan,dan bukan anak kebanggan
papa. Tapi, gue masih tau diri! Gak mungkin lah gue tega ngeracunin
papa! Lo tega ya de! Gue gak sangka lo punya pemikiran seburuk itu ke
gue!”bentak Oi’
“Maaf…”jawab Rika
“Udah
deh…Maaf gak akan nyelesain apa – apa…Yang jelas,papa udah pesen supaya
kita harus akur dan jaga nama baik keluarga ini sama – sama..”timpal
Oi’ lagi
“Aku masih gak bisa terima kalau papa…”Rika menangis dan kemudian Oi’ memeluk adiknya itu dengan lembut.
“Udah de,gak usah nangis…abang juga sebenernya sedih..tapi papa udah amanah ke kita…”
“I..Iya…”
Rika
hanya bisa memenuhi amanah ayahnya. Kini ayahnya akan segera
dikuburkan. Kedua bersaudara itu menyolatkan dan mendokan ayah mereka
dengan khusyu. Kini Rika hanya bisa berdoa agar ayahnya selalu diberikan
perlindungan dan dijauhkan dari siksa kubur. Selamat tinggal ayah.
Semoga disaat kita bertemu kembali. Ayah dapat tersenyum bahagia.
.:: Tamat ::.
0 komentar:
Posting Komentar