Cara Mendongeng
Beberapa cara menjadi pendongeng yang baik
Baik, dapat diartikan menjadi dua
hal. Yang pertama adalah baik dari segi penampilan dan baik orangnya
atau pendongengnya. Dalam kesempatan ini akan disampaikan baik dari segi
penampilannya. Bagaimanakah seorang pendongeng dapat menampilkan sebuah
dongeng dengan baik sehingga dapat menyampaikan materi dongeng dengan
menarik. Saya tidak akan menyampaikan teori teks book, tetapi lebih pada
penyampaian pengalaman selama menjadi pendongeng dan pendidik.
- Kuasailah Materi
Materi dongeng yang akan kita
sampaikan hendaklah terkuasai sehingga kita dapat berimprovisasi dengan
baik. Menguasai materi cerita berbeda dengan menghafal. Kalau kita
menghafal akan sangat sulit seandainya di tengah jalan ternyata ada anak
yang bertanya atau menyampaikan suatu kesan. Sangat mungkin seorang
yang menghafal sebuah cerita tiba-tiba lupa dan berhenti di
tengah-tengah sehingga sangat mengganggu jalannya cerita. Penguasaan di
sini lebih di titik beratkan pada penguasaan unsur-unsur pembangun dalam
cerita seperti tokoh, seting, alur, dan juga konflik.
Memahami karakter tokoh dalam cerita
sangat perlu karena dari tokohlah kita dapat membangun alur dan
konflik. Tokoh harus kita bedakan antara yang antagonis dan protagonis
sehingga anak dapat membedakan perwatakan masing-masing tokoh.
Seting ini sangat berperan dalam
membangun suasana cerita sehingga anak dapat membayangkan dimana dan
sedang berbuat apa para tokoh dalam cerita.
Alur adalah sesuatu yang sangat
vital dalam cerita. Kita harus tahu benar kapan mulai terjadi konflik,
hingga klimaks konfliks dan akhirnya penyelesaian. Hal ini dapat membuat
cerita kita menjadi hidup dan menarik. Penciptaan konflik yang dramatis
akan membuat sebuah cerita tetap berkesan di alam imajinasi anak.
Sehingga seorang pendongeng haruslah cermat dalam penciptaan konflik .
2. Hidupkan Tokoh
“Bibi…. Aku tidak boleh ikut main sama teman-teman”
“lho….. mengapa demikian?”
“katanya aku berbeda dengan mereka”
sepenggal percakapan tadi tidak akan
menarik seandainya kita hanya membaca dengan biasa tetapi cobalah
eksplorasi ekspresi emosi apa yang muncul ketika seorang anak sedang
berkata kepada bibinya. Memberi ekspresi emosi inilah yang disebut
menghidupkan tokoh apalagi disertai ekspresi mimik pendongeng yang pas.
Secara audio pun seorang anak akan dapat mengimajinasikan keadaan
tokoh-tokoh dalam cerita. Kemampuan ini sebenarnya dapat dilatihkan
secara struktural, tetapi ada juga yang memang mempunyai bakat. Latihan
secara struktural itu sebenarnya telah anda lakukan tiap hari yaitu
mengamati kehidupan sosial yang ada di kehidupan kita atau melihat
pengalaman hidup yang pernah kita rasakan. Bagaimana rasanya ketika kita
sedih, bagaimana rasanya ketika kita marah, bagaimana rasanya ketika
kita senang, dan lain-lain.
- Menghidupkan Kata-kata
Menghidupkan kata dapat dilakukan dengan cara memberi sifat pada kata-kata tersebut.
“tiba-tiba harimau itu menyambar Gurka dengan kukunya yang tajam
dan….. bettt, dada Gurka terobek hingga mengeluarkan darah yang merah.”
“air yang sejuk di pegunungan itu gemericik menambah sejuknya suasana”
dari dua contoh kalimat tersebut, kita akan melihat betapa sebuah kata akan memiliki “roh” yang berbeda dengan kata yang lain.
Mengucapkan kata merah, darah akan sangat berbeda dengan air, sejuk. Coba fahami perbedaannya. Kata merah dan darah bersifat mengerikan, menakutkan, dan lain sebagainya, sedangkan kata air dan sejuk mempunyai sifat damai, tentram, dan lain sebagainya. Itulah yang dinamakan menghidupkan kata kata.
- Ikhlaslah dalam Mendongeng
Sedapat mungkin kita harus ikhlas
ketika kita mendongeng. Suasana hati akan sangat berpengaruh ketika kita
menyampaikan sebuah dongeng. Bayangkan seandainya kita mendongeng
sementara di rumah kita sedang terjadi konflik dengan keluarga tentu
dongeng kita akan semuanya berisi ekspresi marah dan kesal, meskipun
sedang mendongengkan sebuah cerita bahagia. Buatlah suasana hati yang
segar dan tenang ketika hendak mendongeng.
- Teknik Mengawali dan Mengakhiri Cerita
Awalilah sebuah cerita dengan
appersepsi yang menarik. Banyak sekali tehnik-tehnik muncul yang dapat
kita gunakan. Buatlah beberapa improvisasi lewat lagu, suara yang
beranekaragam, atau menggunakan alat peraga. Dapat juga menggunakan
beberapa kali pengulangan hingga anak dapat mennirukannya (Familia: April 2003: 20). Margaret Read Mc. Donald,
seorang pendongeng Amerika lebih memilih metode yang terakhir. Ia akan
mengulang kata-kata dan gerakan beberapa kali sampai anak memperhatikan
dan mungkin menirukannya. Wees Ibnu Say, Ketua Lembaga Rumah Dongeng
Indonesia, lebih memilih membuat improvisasi lewat suara atau lagu dalam
membuat appersepsi.
Akhirilah sebuah cerita dengan
ending yang terbuka sehingga akan memancing anak untuk ingin tahu cerita
selanjutnya. Ini juga akan membuat anak menanti cerita kita yang
selanjutnya.
Komponen-komponen Dalam Dongeng
Dongeng termasuk kedalam cerita
narative, maka dari itu susunan penulisanya atau penyampaianya dan
bentuknya sama dengan cerita-cerita narative, hanya ada beberapa saja
yang berbeda tapi pada dasarnya semuanya sama.
Didalam dongeng juga ada pelaku, tema, dan ciri-cirinya seperti berikut :
ü Pelaku atau Tokoh dalam Dongeng
a)Dewa dan dewi, ibu dan saudara tiri yang jahat, raja dan ratu, pangeran dan putri, ahli nujum.
b) peri, wanita penyihir, raksasa, orang kerdil, putri duyung, monster, naga.
c) binatang, misalnya ikan ajaib dan kancil.
d) kastil, hutan yang memikat, negeri ajaib.
e) benda ajaib, misalnya lampu ajaib, cincin, permadani, dan cermin, dll.
ü Tema Dongeng :
- Moral tentang kebaikan yang selalu menang melawan kejahatan.
- Kejadian yang terjadi di masa lampau, di suatu tempat yang jauh sekali .
- Tugas yang tak mungkin dilaksanakan.
- Mantra ajaib, misalnya mantra untuk mengubah orang menjadi binatang.
- Daya tarik yang timbul melalui kebaikan dan cinta.
- Pertolongan yang diberikan kepada orang baik oleh makhluk dengan kekuatan ajaib.
- keberhasilan anak ketiga atau anak bungsu ketika sang kakak gagal.
- Kecantikan dan keluhuran anak ketiga atau anak bungsu.
- Kecemburuan saudara kandung yang lebih tua.
- Kejahatan ibu tiri.
ü Ciri-ciri Dongeng :
- Menggunakan alur sederhana.
- Cerita singkat dan bergerak cepat.
- Karakter tokoh tidak diuraikan secara rinci.
- Ditulis dengan gaya penceritaan secara lisan.
- Terkadang pesan atau tema dituliskan dalam cerita.
- Biasanya, pendahuluan sangat singkat dan langsung.
0 komentar:
Posting Komentar