Translate

cara mendongeng dan komponen dalam dongeng

Written By iqbal_editing on Senin, 24 Oktober 2016 | 21.12

Cara Mendongeng
Beberapa cara menjadi pendongeng yang baik
Baik, dapat diartikan menjadi dua hal. Yang pertama adalah baik dari segi penampilan dan baik orangnya atau pendongengnya. Dalam kesempatan ini akan disampaikan baik dari segi penampilannya. Bagaimanakah seorang pendongeng dapat menampilkan sebuah dongeng dengan baik sehingga dapat menyampaikan materi dongeng dengan menarik. Saya tidak akan menyampaikan teori teks book, tetapi lebih pada penyampaian pengalaman selama menjadi pendongeng dan pendidik.
  1. Kuasailah Materi
Materi dongeng yang akan kita sampaikan hendaklah terkuasai sehingga kita dapat berimprovisasi dengan baik. Menguasai materi cerita berbeda dengan menghafal. Kalau kita menghafal akan sangat sulit seandainya di tengah jalan ternyata ada anak yang bertanya atau menyampaikan suatu kesan. Sangat mungkin seorang yang menghafal sebuah cerita tiba-tiba lupa dan berhenti di tengah-tengah sehingga sangat mengganggu jalannya cerita. Penguasaan di sini lebih di titik beratkan pada penguasaan unsur-unsur pembangun dalam cerita seperti tokoh, seting, alur, dan juga konflik.
Memahami karakter tokoh dalam cerita sangat perlu karena dari tokohlah kita dapat membangun alur dan konflik. Tokoh harus kita bedakan antara yang antagonis dan protagonis sehingga anak dapat membedakan perwatakan masing-masing tokoh.
Seting ini sangat berperan dalam membangun suasana cerita sehingga anak dapat membayangkan dimana dan sedang berbuat apa para tokoh dalam cerita.
Alur adalah sesuatu yang sangat vital dalam cerita. Kita harus tahu benar kapan mulai terjadi konflik, hingga klimaks konfliks dan akhirnya penyelesaian. Hal ini dapat membuat cerita kita menjadi hidup dan menarik. Penciptaan konflik yang dramatis akan membuat sebuah cerita tetap berkesan di alam imajinasi anak. Sehingga seorang pendongeng haruslah cermat dalam penciptaan konflik .
2. Hidupkan Tokoh
“Bibi…. Aku tidak boleh ikut main sama teman-teman”
“lho….. mengapa demikian?”
“katanya aku berbeda dengan mereka”
sepenggal percakapan tadi tidak akan menarik seandainya kita hanya membaca dengan biasa tetapi cobalah eksplorasi ekspresi emosi apa yang muncul ketika seorang anak sedang berkata kepada bibinya. Memberi ekspresi emosi inilah yang disebut menghidupkan tokoh apalagi disertai ekspresi mimik pendongeng yang pas. Secara audio pun seorang anak akan dapat mengimajinasikan keadaan tokoh-tokoh dalam cerita. Kemampuan ini sebenarnya dapat dilatihkan secara struktural, tetapi ada juga yang memang mempunyai bakat. Latihan secara struktural itu sebenarnya telah anda lakukan tiap hari yaitu mengamati kehidupan sosial yang ada di kehidupan kita atau melihat pengalaman hidup yang pernah kita rasakan. Bagaimana rasanya ketika kita sedih, bagaimana rasanya ketika kita marah, bagaimana rasanya ketika kita senang, dan lain-lain.
  1. Menghidupkan Kata-kata
Menghidupkan kata dapat dilakukan dengan cara memberi sifat pada kata-kata tersebut.
“tiba-tiba harimau itu menyambar Gurka dengan kukunya yang tajam
dan….. bettt, dada Gurka terobek hingga mengeluarkan darah yang merah.”
“air yang sejuk di pegunungan itu gemericik menambah sejuknya suasana”
dari dua contoh kalimat tersebut, kita akan melihat betapa sebuah kata akan memiliki “roh” yang berbeda dengan kata yang lain.
Mengucapkan kata merahdarah akan sangat berbeda dengan airsejuk. Coba fahami perbedaannya. Kata merah dan darah bersifat mengerikan, menakutkan, dan lain sebagainya, sedangkan kata air dan sejuk mempunyai sifat damai, tentram, dan lain sebagainya. Itulah yang dinamakan menghidupkan kata kata.
  1. Ikhlaslah dalam Mendongeng
Sedapat mungkin kita harus ikhlas ketika kita mendongeng. Suasana hati akan sangat berpengaruh ketika kita menyampaikan sebuah dongeng. Bayangkan seandainya kita mendongeng sementara di rumah kita sedang terjadi konflik dengan keluarga tentu dongeng kita akan semuanya berisi ekspresi marah dan kesal, meskipun sedang mendongengkan sebuah cerita bahagia. Buatlah suasana hati yang segar dan tenang ketika hendak mendongeng.
  1. Teknik Mengawali dan Mengakhiri Cerita
Awalilah sebuah cerita dengan appersepsi yang menarik. Banyak sekali tehnik-tehnik muncul yang dapat kita gunakan. Buatlah beberapa improvisasi lewat lagu, suara yang beranekaragam, atau menggunakan alat peraga. Dapat juga menggunakan beberapa kali pengulangan hingga anak dapat mennirukannya (Familia: April 2003: 20). Margaret Read Mc. Donald, seorang pendongeng Amerika lebih memilih metode yang terakhir. Ia akan mengulang kata-kata dan gerakan beberapa kali sampai anak memperhatikan dan mungkin menirukannya. Wees Ibnu Say, Ketua Lembaga Rumah Dongeng Indonesia, lebih memilih membuat improvisasi lewat suara atau lagu dalam membuat appersepsi.
Akhirilah sebuah cerita dengan ending yang terbuka sehingga akan memancing anak untuk ingin tahu cerita selanjutnya. Ini juga akan membuat anak menanti cerita kita yang selanjutnya.
Komponen-komponen Dalam Dongeng
Dongeng termasuk kedalam cerita narative, maka dari itu susunan penulisanya atau penyampaianya dan bentuknya sama dengan cerita-cerita narative, hanya ada beberapa saja yang berbeda tapi pada dasarnya semuanya sama.
Didalam dongeng juga ada pelaku, tema, dan ciri-cirinya seperti berikut :
ü  Pelaku atau Tokoh dalam Dongeng
a)Dewa dan dewi, ibu dan saudara tiri yang jahat, raja dan ratu, pangeran dan putri, ahli nujum.
b)      peri, wanita penyihir, raksasa, orang kerdil, putri duyung, monster, naga.
c)      binatang, misalnya ikan ajaib dan kancil.
d)     kastil, hutan yang memikat, negeri ajaib.
e)      benda ajaib, misalnya lampu ajaib, cincin, permadani, dan cermin, dll.
ü  Tema Dongeng :
  1. Moral tentang kebaikan yang selalu menang melawan kejahatan.
  2. Kejadian yang terjadi di masa lampau, di suatu tempat yang jauh sekali .
  3. Tugas yang tak mungkin dilaksanakan.
  4. Mantra ajaib, misalnya mantra untuk mengubah orang menjadi binatang.
  5. Daya tarik yang timbul melalui kebaikan dan cinta.
  6. Pertolongan yang diberikan kepada orang baik oleh makhluk dengan kekuatan ajaib.
  7. keberhasilan anak ketiga atau anak bungsu ketika sang kakak gagal.
  8. Kecantikan dan keluhuran anak ketiga atau anak bungsu.
  9. Kecemburuan saudara kandung yang lebih tua.
  10. Kejahatan ibu tiri.
ü  Ciri-ciri Dongeng :
  1. Menggunakan alur sederhana.
  2. Cerita singkat dan bergerak cepat.
  3. Karakter tokoh tidak diuraikan secara rinci.
  4. Ditulis dengan gaya penceritaan secara lisan.
  5. Terkadang pesan atau tema dituliskan dalam cerita.
  6. Biasanya, pendahuluan sangat singkat dan langsung.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik