MEDITASI dan KONSENTRASI
MEDITASI
Secara umum meditasi artinya adalah menenangkan pikiran. Dalam teater
dapat diartikan sebagai suatu usaha untuk menenangkan dan mengosongkan
pikiran dengan tujuan untuk memperoleh kestabilan diri.
Tujuan Meditasi :
1. Mengosongkan pikiran.
Kita mencoba mengosongkan pikiran kita, dengan jalan membuang segala
sesuatu yang ada dalam pikiran kita, tentang berbagai masalah baik itu
masalah keluarga, sekolah, pribadi dan sebagainya. Kita singkirkan semua
itu dari otak kita agar pikiran kita bebas dari segala beban dan
ikatan.
2. Meditasi sebagai jembatan.
Disini alam latihan kita sebut sebagai alam “semu”, karena segala
sesuatu yang kita kerjakan dalam latihan adalah semu, tidak pernah kita
kerjakan dalam kehidupan sehari-hari. Jadi setiap gerak kita akan
berbeda dengan kelakuan kita sehari-hari. Untuk itulah kita memerlukan
suatu jembatan yang akan membawa kita dari alam kehidupan kita
sehari-hari ke alam latihan.
Cara meditasi :
1. Posisi tubuh tidak terikat, dalam arti tidak dipaksakan. Tetapi yang
biasa dilakukan adalah dengan duduk bersila, badan usahakan tegak. Cara
ini dimaksudkan untuk memberi bidang/ruangan pada rongga tubuh sebelah
dalam.
2. Atur pernapasan dengan baik, hirup udara pelan-pelan dan keluarkan
juga dengan perlahan. Rasakan seluruh gerak peredaran udara yang masuk
dan keluar dalam tubuh kita.
3. Kosongkan pikiran kita, kemudian rasakan suasana yang ada
disekeliling kita dengan segala perasaan. Kita akan merasakan suasana
yang hening, tenang, bisu, diam tak bergerak. Kita menyuruh syaraf kita
untuk lelap, kemudian kita siap untuk berkonsentrasi.
Catatan :
Pada suatu saat mungkin kita kehilangan rangsangan untuk berlatih,
seolah-olah timbul kelesuan dalam setiap gerak dan ucapan. Hal ini
sering terjadi akibat diri terlalu lelah atau terlalu banyak pikiran.
Jika hal ini tidak diatasi dan kita paksakan untuk berlatih, maka akan
sia-sia belaka. Cara untuk mengatasi adalah dengan MEDITASI. Meditasi
juga perlu dilakukan bila kita akan bermain di panggung, agar kita dapat
mengkonsentrasikan diri kita dengan peran yang hendak kita bawakan.
KONSENTRASI
Konsentrasi secara umum berarti “pemusatan”. Dalam teater kita
mengartikannya dengan pemusatan pikiran terhadap alam latihan atau
peran-peran yang akan kita bawakan agar kita tidak terganggu dengan
pikiran-pikiran lain, sehingga kita dapat menjiwai segala sesuatu yang
kita kerjakan.
Cara konsentrasi :
1. Kita harus melakukan dahulu meditasi. Kita kosongkan dulu pikiran
kita, dengan cara-cara yang sudah ditentukan. Kita kerjakan sesempurna
mungkin agar pikiran kita benar-benar kosong dan siap berkonsentrasi.
2. Setelah pikiran kita kosong, mulailah memasuki otak kita dengan satu
unsur pikiran. Rasakan bahwa saat ini sedang latihan, kita memasuki alam
semu yang tidak kita dapati dalam kehidupan sehari-hari. Jangan
memikirkan yang lain, selain bahwa kita saat ini sedang latihan teater.
Catatan :
Pada saat kita akan membawakan suatu peran, misalnya sebagai ayah,
nenek, gadis pemalu dan sebagainya, baik itu dalam latihan atau
pementasan, konsentrasikan pikiran kita pada hal tersebut. Jangan
sekali-kali memikirkan yang lain.
BAB II
VOKAL dan PERNAPASAN
PERNAPASAN
Seorang artis panggung, baik itu dramawan ataupun penyanyi, maka untuk
memperoleh suara yang baik ia memerlukan pernapasan yang baik pula. Oleh
karena itu ia harus melatih pernapasan/alat-alat pernapasannya serta
mempergunakannya secara tepat agar dapat diperoleh hasil yang maksimum,
baik dalam latihan ataupun dalam pementasan.
Ada empat macam pernapasan yang biasa dipergunakan :
Ø Pernapasan dada
Pada pernapasan dada kita menyerap udara kemudian kita masukkan ke rongga dada sehingga dada kita membusung.
Di kalangan orang orang teater pernapasan dada biasanya tidak
dipergunakan karena disamping daya tampung atau kapasitas dada untuk
Udara sangat sedikit, juga dapat mengganggu gerak/acting kita, karena
bahu menjadi kaku.
Ø Pernapasan perut
Dinamakan pernapasan perut jika udara yang kita hisap kita masukkan ke dalam perut sehingga perut kita menggelembung,
Pernapasan perut dipergunakan oleh sebagian dramawan, karena tidak
banyak mengganggu gerak dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan
dada.
Ø Pernapasan lengkap
Pada pernapasan lengkap kita mempergunakan dada dan perut untuk
menyimpan udara, sehingga udara yang kita serap sangat banyak
(maksimum).
Pernapasan lengkap dipergunakan oleh sebagian artis panggung yang
biasanya tidak terlalu mengutamakan acting, tetapi mengutamakan vokal.
Ø Pernapasan diafragma
Pernapasan diafragma ialah jika pada waktu kita mengambil udara, maka
diafragma kita mengembang. Hat ini dapat kita rasakan dengan
mengembangnya perut, pinggang, bahkan bagian belakang tubuh di sebelah
atas pinggul kita juga turut mengembang.
Menurut perkembangan akhir akhir ini, banyak orang orang teater yang
mempergunakan pernapasan diafragma, karena tidak banyak mengganggu gerak
dan daya tampungnya lebih banyak dibandingkan dengan pernapasan perut.
Latihan latihan pernapasan :
1. Pertama kita menyerap udara sebanyak mungkin. Kemudian masukkan ke
dalam dada, kemudian turunkan ke perut, sampai di situ napas kita tahan.
Dalam keadaan demikian tubuh kita gerakkan turun sampai batas maksimurn
bawah. Setelah sampai di bawah, lalu naik lagi ke posisi semula,
barulah napas kita keluarkan kembali.
2. Cara kedua adalah menarik napas dan mengeluarkannya kembali dengan cepat.
3. Cara berikutnya adalah menarik napas dalam dalam, kemudian keluarkan
lewat mulut dengan mendesis, menggumam, ataupun cara cara lain. Di sini
kita sudah mulai menyinggung vokal.
Catatan : Bila sudah menentukan pernapasan apa yang akan kita pakai, maka janganlah beralih ke bentuk pernapasan yang lain.
VOKAL
Untuk menjadi seorang pemain drama yang baik, maka dia harus mernpunyai
dasar vokal yang baik pula. “Baik” di sini diartikan sebagai :
a. Dapat terdengar (dalam jangkauan penonton, sampai penonton, yang paling belakang).
b. Jelas (artikulasi/pengucapan yang tepat),
c. Tersampaikan misi (pesan) dari dialog yang diucapkan.
d. Tidak monoton.
Untuk mempunyai vokal yang baik ini, maka perlu dilakukan latihan
latihan vokal. Banyak cara, yang dilakukan untuk melatih vokal, antara
lain :
a. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menghentakan suara “wah…” dengan energi suara. Lakukan ini berulang kali.
b. Tariklah napas, lantas keluarkan lewat mulut sambil menggumam “mmm…mmm…” (suara keluar lewat hidung).
c. Sama dengan latihan kedua, hanya keluarkan dengan suara mendesis,”ssss…….”
d. Hirup udara banyak banyak, kemudian keluarkan vokal “aaaaa…….” sampai batas napas yang terakhir. Nada suara jangan berubah.
e. Sama dengan latihan di atas, hanya nada (tinggi rendah suara) diubah-ubah naik turun (dalam satu tarikan napas)
f. Keluarkan vokal “a…..a……” secara terputus-putus.
g. Keluarkan suara vokal “a i u e o”, “ai ao au ae “, “oa oi oe ou”,
“iao iau iae aie aio aiu oui oua uei uia ……” dan sebagainya.
h. Berteriaklah sekuat kuatnya sampai ke tingkat histeris.
i. Bersuara, berbicara, berteriak sambil berialan, jongkok, bergulung
gulung, berlari, berputar putar dan berbagai variasi lainnnya.
Catatan :
Apabila suara kita menjadi serak karena latihan latihan tadi, janganlah
takut. Hal ini biasa terjadi apabila kita baru pertama kali melakukan.
Sebabnya adalah karena lendir lendir di tenggorokan terkikis, bila kita
bersuara keras. Tetapi bila kita sudah terbiasa, tenggorokan kita sudah
agak longgar dan selaput suara (larink) sudah menjadi elastis. Maka
suara yang serak tersebut akam menghilang dengan sendirinya. Dan ingat,
janganlah terlalu memaksa alat alat suara untuk bersuara keras, sebab
apabila dipaksakan akan dapat merusak alat alat suara kita. Berlatihlah
dalam batas-batas yang wajar.
Latihan ini biasanya dilakukan di alam terbuka. misalnya di gunung, di
tepi sungai, di dekat air terjun dan sebagainya. Di sana kita mencoba
mengalahkan suara suara di sekitar kita, disamping untuk menghayati
karunia Tuhan.
ARTIKULASI
Yang dimaksud dengan artikulasi pada teater adalah pengucapan kata
melalui mulut agar terdengar dengan baik dan benar serta jelas, sehingga
telinga pendengar/penonton dapat mengerti pada kata kata yang
diucapkan.
Pada pengertian artikulasi ini dapat ditemukan beberapa sebab yang
mongakibatkan terjadinya artikulasi yang kurang/tidak benar, yaitu :
Ø Cacat artikulasi alam : cacat artikulasi ini dialami oleh orang
yang berbicara gagap atau orang yang sulit mengucapkan salah satu
konsonon, misalnya ‘r’, dan sebagainya.
Ø Artikulasi jelek ini bukan disebabkan karena cacat artikulasi,
melainkan terjadi sewaktu waktu. Hal ini sering terjadi pada pengucapan
naskah/dialog.
Misalnya:
1. Kehormatan menjadi kormatan
2. Menyambung menjadi mengambung, dan sebagainya.
Artikulasi jelek disebabkan karena belum terbiasa pada dialog, pengucapan terlalu cepat, gugup, dan sebagainya.
Ø Artikulasi tak tentu : hal ini terjadi karena pengucapan
kata/dialog terlalu cepat, seolah olah kata demi kata berdempetan tanpa
adanya jarak sama sekali.
Untuk mendapatkan artikulasi yang baik maka kita harus melakukan latihan
– Mengucapkan alfabet dengan benar, perhatikan bentuk mulut pada setiap
pengucapan. Ucapkan setiap huruf dengan nada nada tinggi, rendah,
sengau, kecil, besar, dsb. Juga ucapkanlah dengan berbisik.
– Variasikan dengan pengucapan lambat, cepat, naik, turun, dsb
– Membaca kalimat dengan berbagai variasi seperti di atas. Perhatikan juga bentuk mulut.
GESTIKULASI
Gestikulasi adalah suatu cara untuk memenggal kata dan memberi tekanan
pada kata atau kalimat pada sebuah dialog. Jadi seperti halnya
artikulasi, gestikulasi pun merupakan bagian dari dialog, hanya saja
fungsinya yang berbeda.
Gestikulasi tidak disebut pemenggalan kalimat karena dalam dialog satu
kata dengan satu kalimat kadang kadang memiliki arti yang sama. Misalnya
kata “Pergi !!!!” dengan kalimat “Angkat kaki dari sini !!!”. Juga
dalam drama bisa saja terjadi sebuah dialog yang berbentuk “Lalu ?” ,
“Kenapa ?” atau “Tidak !” dan sebagainya. Karena itu diperlukan suatu
ketrampilan dalam memenggal kata pada sebuah dialog.
Gestikulasi harus dilakukan sebab kata kata yang pertama dengan kata
berikutnya dalam sebuah dialog dapat memiliki maksud yang berbeda.
Misalnya: “Tuan kelewatan. Pergi!”. Antara “Tuan kelewatan” dan “Pergi”
harus dilakukan pemenggalan karena antara keduanya memiliki maksud yang
berbeda.
Hal ini dilakukan agar lebih lancar dalam memberikan tekanan pada kata.
Misalnya “Tuan kelewatan”……. (mendapat tekanan), “Pergi….” (mendapat
tekanan).
INTONASI
Seandainya pada dialog yang kita ucapkan, kita tidak menggunakan
intonasi, maka akan terasa monoton, datar dan membosankan. Yang dimaksud
intonasi di sini adalah tekanan tekanan yang diberikan pada kata,
bagian kata atau dialog. Dalam tatanan intonasi, terdapat tiga macam,
yaitu :
1. Tekanan Dinamik (keras lemah)
Ucapkanlah dialog pada naskah dengan melakukan penekanan penekanan pada
setiap kata yang memerlukan penekanan. Misainya saya pada kalimat “Saya
membeli pensil ini” Perhatikan bahwa setiap tekanan memiliki arti yang
berbeda.
SAYA membeli pensil ini. (Saya, bukan orang lain)
Saya MEMBELI pensil ini. (Membeli, bukan, menjual)
Saya membeli PENSIL ini. (Pensil, bukan buku tulis)
1. Tekanan.Nada (tinggi)
Cobalah mengucapkan kalimat/dialog dengan memakai nada/aksen, artinya
tidak mengucapkan seperti biasanya. Yang dimaksud di sini adalah
membaca/mengucapkan dialog dengan Suara yang naik turun dan berubah
ubah. Jadi yang dimaksud dengan tekanan nada ialah tekanan tentang
tinggi rendahnya suatu kata.
2. Tekanan Tempo
Tekanan tempo adalah memperlambat atau mempercepat pengucapan. Tekanan
ini sering dipergunakan untuk lebih mempertegas apa yang kita maksudkan.
Untuk latihannya cobalah membaca naskah dengan tempo yang berbeda beda.
Lambat atau cepat silih berganti.
WARNA SUARA
Hampir setiap orang memiliki warna suara yang berbeda. Demikian pula
usia sangat mempengaruhi warna suara. Misalnya saja seorang kakek, akan
berbeda warna suaranya dengan seorang anak muda. Seorang ibu akan
berbeda warna suaranya dengan anak gadisnya. Apalagi antara laki laki
dengan perempuan, akan sangat jelas perbedaan warna suaranya.
Jadi jelaslah bahwa untuk membawakan suatu dialog dengan baik, maka
selain harus memperhatikan artikulasi, gestikulasi dan intonasi, harus
memperhatikan juga warna suara. Sebagai latihan dapat dicoba merubah
rubah warna suara dengan menirukan warna suara seorang tua, pengemis,
anak kecil, dsb.
Selain mengenai dasar dasar vokal di atas, dalam sebuah dialog
diperlukan juga adanya suatu penghayatan. Mengenai penghayatan ini akan
diterangkan dalam bagian tersendiri. Untuk latihan cobalah membaca
naskah berikut ini dengan menggunakan dasar dasar vokal seperti di atas.
(Si Dul masuk tergopoh gopoh)
Dul : Aduh Pak….e…..e…..itu, Pak…. Anu…. Pak….a….a….ada
orang bawa koper, pakaiannya bagus. Saya takut, Pak, mungkin dia orang
kota, Pak.
Paiman : Goblog ! Kenapa Takut ? Kenapa tidak kau kumpulkan orang-orangmu untuk mengusirnya ?
Pak Gondo : (kepada Paiman) Kau lebih-lebih Goblog ! Kau membohongi
saya ! Kau tadi lapor apa ?! Sudah tidak ada orang kota yang masuk ke
daerah kita, hei ! (sambil mencengkeram Paiman).
Paiman : Sungguh, Pak, sudah lama tidak ada orang kota yang masuk.
Pak Gondo : (membentak sambil mendorong) Diam Kamu !
(kepada si Dul) Di mana dia sekarang ?
Dul : Di sana Pak, mengintip orang mandi di kali sambil motret.
BAB III
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar