Kisah Arang
Pada tahun 1600-an, pada masa pemerintahan Raja Myeongjong (Dinasti Joseon), di Miryang, Gyeongsang, terdapat seorang hakim bernama Yun yang dikirim dari ibukota. Hakim Yun memiliki seorang anak perempuan cantik bernama Arang. Seorang pelayan di rumahnya yang bernama Jugi, tertarik pada Arang dan selalu menggodanya. Setelah gagal memperkosanya, Jugi membunuh Arang dan mengubur mayatnya di suatu tempat yang tak diketahui. Segera tersiar kabar ke seluruh kota bahwa Arang telah hilang. Hakim Yun menjadi sangat sedih dan kembali ke Hanyang tanpa Arang.Setelah hakim Yun turun, beberapa hakim yang lain bergantian bertugas di Miryang dikarenakan pada setiap malam setelah naik jabatan, satu per satu meninggal secara misterius. Seorang pemuda yang berani dan ingin tahu bernama Yi berusaha mencalonkan diri menjadi hakim selanjutnya. Pada malam pertama setelah diangkat menjadi hakim, pemuda tersebut didatangi oleh seorang wanita berambut panjang yang berlumuran darah yang tidak lain adalah hantu Arang. Setelah menceritakan kisahnya pada pemuda itu, hantu Arang mengatakan bahwa besok ia akan menjadi seekor kupu-kupu putih untuk menunjukkan siapa orang yang membunuhnya. Keesokan paginya, hakim baru itu memanggil semua pelayan. Seekor kupu-kupu putih terbang dan mendarat di topi salah satu pelayan, yakni Jugi. Hakim itu lalu menginterogasi Jugi. Pada awalnya ia membantah, namun akhirnya mengaku bahwa ialah yang telah membunuh Arang dan menguburkan mayatnya di rumpun bambu dekat Paviliun Yeongnam. Setelah digali, ternyata jenazah Arang masih utuh, kemungkinan karena arwahnya masih penasaran. Setelah Jugi dihukum, hantu Arang tak pernah muncul lagi. Sampai sekarang, di Miryang masih diadakan peringatan setiap tanggal 16 bulan ke-4 kalender lunar untuk mengenang Arang. Sebuah kuil bernama Arang-gak dibangun untuknya
cerita rakyat pengorbana n hyandeok
Hyangdeok [향덕] merupakan salah satu contoh cerita rakyat yang berasal Korea. Menggambarkan sebuah pengorbanan dan bakti seorang anak kepada ibunya. Bahan demi mengenang pengorbanan yang dilakukan Hyangdeok kepada ibunya telah dibangun tugu untuk mengenang Hyangdeok.
***
Dalam cerita rakyat Korea dikisahkan, pada tahun ke-14 semasa kekuasaan Raja Gyeongdeok, hiduplah di Kota Gongju (propinsi Chungcheong Selatan), seorang pria bernama Hyangdeok bersama ibunya. Tahun 755, terjadi bencana kelaparan lantaran kegagalan panen di Silla. Banyak orang kelaparan, termasuk dialami keluarga Hyangdeok.
Ibu Hyangdeok diketahui menderita penyakit. Hyangdeok telah mengusahakan kesembuhan ibunya dengan mendatangkan tabib. Tabib kemudian mendiagnosa bahwa ibu Hyangdeok bisa disembuhkan dengan mengonsumsi banyak protein hewani, yang berasal dari sapi, kerbau, kambing, dll.
Namun, jangankan daging sapi, makanan biasa saja sulit dijumpai di masa kelaparan itu. Hyangdeok mencari akal supaya ibunya bisa makan daging. Akhirnya, Hyangdeok pun memotong daging kakinya untuk disuguhkan pada ibunya setelah dimasak. Secara perlahan-lahan, ibu Hyangdeok bisa sembuh. Tapi, akibatnya Hyangdeok harus menjadi pincang.
Suatu hari, ketika Hyangdeok tengah memancing di sungai, seorang pejabat kerajaan lewat dan melihat kaki Hyangdeok yang pincang. Pejabat kerajaan bertanya apa yang terjadi dengan kakinya. Hyangdeok menceritakan apa yang telah terjadi.
Sang pejabat merasa haru. Dia kemudian menceritakan cerita sedih Hyangdeok pada Raja Gyeongdeok. Cerita sedih tentang pengorbanan Hyangdeok demi ibunya itu membuat hati Raja tersentuh. Tak pelak, Raja memerintahkan supaya Hyangdeok dihadiahi 300 karung beras, rumah, dan tanah garapan. Baca cerita rakyat singkat lainnya.
0 komentar:
Posting Komentar