Translate

sinopsis novel tenggelamnya kapal van der wick

Written By iqbal_editing on Jumat, 28 Oktober 2016 | 00.26

Sinopsis Novel Tenggelamnya Kapal Van Der Vijck

Di wilayah Mengkasar, di tepi pantai, di antara Kampung Baru dan Kampung Mariso berdiri sebuah rumah bentuk Mengkasar. Di sanalah hidup seorang pemuda berumur 19 tahun. Pemuda itu bernama Zainuddin. Saat ia termenung, ia teringat pesan ayahnya ketika akan meninggal. Ayahnya mengatakan bahwa negeri aslinya bukanlah Mengkasar.

Di Negeri Batipuh Sapuluh Koto (Padang panjang) 30 tahun lampau, seorang pemuda bergelar Pendekar Sutan, kemenakan Datuk Mantari Labih, yang merupakan pewaris tunggal harta peninggalan ibunya. Karena tak bersaudara perempuan, maka harta bendanya diurus oleh mamaknya. Datuk Mantari labih hanya bisa menghabiskan harta tersebut, sedangkan untuk kemenakannya tak boleh menggunakannya. Hingga suatu hari, ketika Pendekar Sutan ingin menikah namun tak diizinkan menggunakan hartany a tersebut, terjadilah pertengkaran yang membuat Datuk Mantari labih menemui ajalnya. Pendekar Sutan ditangkap, saat itu ia baru berusia 15 tahun. Ia dibuang ke Cilacap, kemudian dibawa ke Tanah Bugis. Karena Perang Bone, akhirnya ia sampai di Tanah Mengkasar. Beberapa tahun berjalan, Pendekar Sutan bebas dan menikah dengan Daeng Habibah, putri seorang penyebar agama islam keturunan Melayu. Empat tahun kemudian, lahirlah Zainuddin.

Saat Zainuddin masih kecil, ibunya meninggal. Beberapa bulan kemudian ayahnya menyusul ibunya. Ia diasuh Mak Base. Pada suatu hari, Zainuddin meminta izin Mak Base untuk pergi ke Padang Panjang, negeri asli ayahnya. Dengan berat hati, Mak Base melepas Zainuddin pergi.

Sampai di Padang Panjang, Zainuddin langsung menuju Negeri Batipuh. Sesampai di sanan, ia begitu gembira, namun lama-lama kabahagiaannya itu hilang karena semuanya ternyata tak seperti yang ia harpakan. Ia masih dianggap orang asing, dianggap orang Bugis, orang Mengkasar. Betapa malang dirinya, karena di negeri ibunya ia juga dianggap orang asing, orang Padang. Ia pun jenuh hidup di Padang, dan saat itulah ia bertemu Hayati, seorang gadis Minang yang membuat hatinya gelisah, menjadikannya alasan untuk tetap hidup di sana. Berawal dari surat-menyurat, mereka pun menjadi semakin dekat dan kahirnya saling cinta.

Berita keakraban dan kemesraan  mereka tersebar luas dan menjadi bahan bualan semua orang Minang. Akibat keluarga Hayati merupakan keturunan terhormat, maka hal itu menjadi aib bagi keluarganya. Zainuddin dipanggil oleh mamak Hayati, dengan alasan demi kemaslahatan Hayati, mamak Hayati menyuruh Zainuddin pergi meninggalkan Batipuh.

Zainuddin pindah ke Padang Panjang dengan berat hati. Hayati dan Zainuddin berjanji untuk saling setia dan terus berutus surat. Suatu hari, Hayati datang ke Padang Panjang. Ia menginap di rumah temannya bernama Khadijah. Satu peluang untuk melepas rasa rindu pun terbayang di benak Hayati dan Zainuddin. Namun hal itu terhalang oleh adanya pihak ketiga, iaitu Aziz, kakak Khadijah yang juga tertarik akan kecantikan Hayati.

Mak Base meninggal, dan mewariskan banyak harta kepada Zainuddin. Zainuddin akhirnya mengirim surat lamaran kepada Hayati di Batipuh. Hal itu bersamaan pula dengan datangnya rombongan dari pihak Aziz yang juga hendak melamar Hayati. Zainuddin tanpa menyebutkan harta kekayaan yang dimilikinya, akhirnya ditolak oleh ninik mamak Hayati dan menerima pinangan Aziz yang di mata mereka lebih beradab.

Zainuddin tidak dapat menerima penolakan tersebut. Apalagi kata sahabatnya, Muluk, Aziz adalah seorang yang rendah moralnya. Hayati juga merasakan kegetiran. Namun apalah dayanya di hadapan ninik mamaknya. Setelah pernikahan Hayati, Zainuddin jatuh sakit.

Untuk melupakan masa lalunya, Zainuddin dan Muluk pindah ke Jakarta. Di sana Zainuddin mulai menunjukkan kepandaiannya menulis. Karyanya dikenal masyarakat dengan nama letter “Z”.

Zainuddin dan Muluk pindah ke Surabaya, dan ia pun akhirnya menjadi pengarang terkenal yang dikenal sebagai hartawan yang dermawan.

Hayati dan Aziz berhijrah ke Surabaya. Semakin lama watak asli Aziz semakin jelas. Ia suka berjudi dan main perempuan. Kehidupan mereka semua isteri semakin susah dan menanggung banyak hutang. Mereka diusir dan secara kebetulan bertemu dengan Zainuddin. Mereka singgah di rumah Zainuddin. Aziz tidak sanggup menanggung malu atas kebaikan Zainuddin, Aziz meninggalkan isterinya untuk mencari pekerjaan ke Banyuwangi.
Beberapa hari kemudian, tiba dua pucuk surat dari Aziz. Yang pertama berisi surat perceraian untuk Hayati, yang kedua berisi surat permintaan maaf dan permintaan agar Zainuddin mahu menerima Hayati kembali. Setelah itu datang khabar bahawa Aziz ditemui mati membunuh diri di biliknya. Hayati juga meminta maaf kepada Zainuddin dan rela mengabdi kepadanya. Namun kerana masih merasa sakit hati, Zainuddin menyuruh Hayati pulang ke kampung halamannya saja. Esok harinya, Hayati pulang dengan menumpang Kapal Van Der Wijck.

Setelah Hayati pergi, barulah Zainuddin menyedari bahawa ia tak mampu hidup tanpa Hayati. Apalagi setelah membaca surat Hayati yang bertulis “aku cinta engkau, dan kalau kumati, adalah kematianku di dalam mengenang engkau.” Maka segeralah ia hendak menyusul Hayati ke Jakarta. Sewaktu sedang bersiap-siap, tersiar khabar bahawa kapal Van Der Wijck tenggelam. Zainuddin terus pergi ke Tuban bersama Muluk untuk mencari Hayati.

Di sebuah hospital di daerah Lamongan, Zainuddin menemui Hayati yang terbarng lemah sambil memegang gambar Zainuddin. Dan hari itu adalah pertemuan terakhir mereka, setelah Hayati berpesan kepada Zainuddin, Hayati meninggal dalam dakapan Zainuddin.

Sejak saat itu, Zainuddin menjadi pemenung. Akhirnya tanpa disedari oleh sesiapapun Zainuddin meninggal dunia. Kata Muluk, Zainuddin meninggal kerana sakit. Zainuddin dikebumikan bersebelahan dengan pusara Hayati.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik