Desember 27, 2012
Kekecewaan yang berubah menjadi dendam…
Membawa pergi seluruh hati nurani…
Yang ada kini hanya sepi…
Sepi yang bertaburkan luka…
Setelah Firsya mempunyai pacar, dia sering menghabiskan waktunya bersama Fathan pacarnya. Firsya mulai jarang pulang bersama dengan Marie. Setiap Marie mengajaknya pulang bersama, belajar bersama, ataupun sekedar hunting bareng, Firsya selalu menolaknya dengan alasan sudah ada janji dengan Fathan. Marie sering kali kesal, dan marah gara gara hal tersebut.
Sebelum pulang sekolah
Marie : “Sya, salah ga sih kalo kita suka sama sahabat sendiri”
Firsya : “Sekedar suka? Bukan cinta kan?
Marie : “Lebih dari Cinta sya”
Firsya : “Wihh lo lagi jatuh cinta yaa? Ya kalo menurut gue sih jangan sampe deh Mer lo suka sama sahabat sendiri soalnya nih ya, itu bisa ngerusak hubungan pertemanan kalian. Ya walaupun yang namanya cinta gabisa kita halang.
Marie : “Lo bener sya”
Firsya : “Seandainya kita suka sama co sahabat sendiri, apa yang harus kita lakuin mer?
Marie : “Euhh yaa…. Yaaa kata lo tadi sya kan cinta gabisa kita halang”
Firsya : “Terus kalo lo kaya gitu, lo mau tetep suka sama co sahabat lo sendiri?
Marie : “Euhh…
Firsya : “Lo kenapa sih? Aneh gitu?
Marie : “Aneh? Ah engga.” (Gugup)
Firsya : “Serius mer. Terus kenapa ya setiap gue lagi sama Fathan atau lagi ngomongin dia, gue suka ngeliat raut muka lo itu kaya nunjukin gasuka. Apalagi akhir akhir ini gue ngerasain banget itu Mer. Kenapa sih?
Meri : “Ah lo apa apaan sih? Perasaan lo doang kali.
Firsya : “Gue pengen banget percaya sama apa yang lo omongin mer, tapi mata lo ga bisa boongin gue. Kalo iya ngomong mer sama gue. Gue gamau ada salah paham diantara kita. Lo sama gue udah temenan lama, gue gamau hancur gara gara urusan co” Apa mungkin lo suka sama Fathan? (Gumamnya dalam hati)
Meri : “Aduh sya, lo jangan berfikiran bodoh deh. Euh yaudah sya bukannya lo mau kumpulan? Buruan gih ntar telat”
Firsya : “Mer jangan jangan lo suka ya sama Fathan?
Marie : “Engga sya, udah gih buruan entar telat.
Firsya : “Yaah lo. Oke deh mer, gue masuk dulu ya. Bye !
Desember 28, 2012
Dibalik dadaku bukanlah hati yang pasrah. Yang dindingnya berhias kalimat-kalimat rela
Dibalik dada ini ada perasaan tercabik dan terbakar. Yang asapnya menjadi dendam
Keesokan harinya di Jam Istirahat
Marie : “Sya, hari minggu kita jadi jalankan?”
Firsya : “Duh, sory Mer kayaknya gue kabisa deh, gue mau nemenin Fathan ceck up”
Marie : “Ok deh, gapapa. By The Way kita ke Perpus yuk sya”
Firsya : “Gue lagi nunggu Fathan dulu Mer”
Marie : “Kita ke kantin deh yuk sya. Yuk ah, gue laper nih”
Firsya : “Engga ah. Lo duluan aja, biar gue nanti aja bareng sama Fathan”
Marie : “Yaudah, kalo gitu anterin gue ke toilet dong. Kebelet nihh”
Firsya : “Guee lagi nunggu Fatahan Marie”. (Dengan nada yang sedikit kesal)
Marie : “Yaudah deh gue sendiri aja. Eh tapi ntar pulang bareng gue ya. Gamau tau, lo gaboleh nolak, gaboleh banyak alesan titik.
Firsya : “Tapi gue mau bareng sama Fathan Mer! (Membentak)
Marie : “Fathan lagi fathan lagi, terus aja lo sebut sebut nama dia. Gue muak tau gak? Lo jadi berubah semenjak lo jadian sama dia, lo gak kaya Firsya yang dulu! Lo jauh berubah. Dan gue kecewa sama lo!
Firsya : “Yabukan gitu juga Mer, lagian pulang sekolah kan gue ada urusan dulu, jadi gabakalan bisa bareng sama lo.
Marie : “Terserah! Sejak kapan lo ga pernah terbuka sama urusan urusan lo? Denger sya. Gue kangen dan gue pengen Firsya yang dulu, yang slalu ada buat gue dan terbuka. Bukan Firsya yang sekarang” (Marah, lalu meninggalkan firsya)
Sejak itu sampai jam Pulang sekolah Marie menghilang tidak menampakan dirinya. Tak ada satupun orang yang mengetahui kemana Marie pergi.
Sepulang sekolah
Sore itu Firsya pulang sore, sekolah terlihat sangat sepi. Tiba tiba Kriiiiinggg…
*Telepone*
Fathan : “Sya dimana? Gue nunggu di tempat parkir ni”.
Firsya : “Iya oke gue lagi di kelas nih, tapi gue kebelet. Gue ke toilet dulu ya tan. Bentar koo ya?”
Fathan : “Yaaudah buruan ya sya, jangan lama lama soalnya takut hujan sya. Gue gamau lo keujanan”
Firsya : “Iya oke Fathaaaaaan”
Firsya pun berniat pergi ke toilet. Namun tiba tiba, seseorang menerkam dirinya dari belakang.
Firsya : “Aaaaaaaaaaaaaa! (Menjerit)
Fathan : “Haloo sya? Haloo? Haloo? Firsya? Firsya lo kenapa? Ada apa?
*Tiba tiba telephone terputus*
Firya di seret dimasukan dan di sekap di sebuah gudang dengan tangan dan mulut yang diikat.
Firsya : “Lepaassss. Lepasin! (berteriak tidak jelas karena mulut yang diikat)
??????????? : “Diam kau!
Firsya : “Lo siapa? Lepaaassin gue” (Hanya bisa menangis, dan berharap ada seseorang yang dapat menyelamatkan dirinya)
??????????? : “Sepertinya kita memang telah di takdirkan sebagai musuh dalam peperangan. Peperangan yang akan menjatuhkan beberapa nyawa.
Walaupun sebenarnya aku tak kuasa berperang denganmu. Sejujurnya, Aku takut hari ini, aku takut kau hanyut dalam gumpalan darah peperangan yang ku buat.
Apa harus aku tumpulkan saja pisaunya biar kau tak terluka, atau aku serahkan saja tubuh ini dan membiarkanmu menusuknya, agar aku saja yang hanyut kedalam gumpalan darah peperangan ini”.
Firsya : “Apa maksudmu? Apa kau ingin membunuhku? Tapi siapa dirimu?
??????????? : “Cinta itu pembuka hati. Tidak ada pembenci yang mampu tetap menjadi pembenci, jika cinta memasuki hatinya. Tapi ternyata lebih mudah membenci daripada mencintai. Itu sebabnya, luka cinta bisa menghasilkan dendam yang paling membakar.
Firsya : “Siapapun lo, gue mohon pliss lepasin gue ! Kalo gue pernah lakuin salah ke lo Ok gue minta maaf, tapi tolong gue mohon jangan siksa gue kaya gini.
??????????? : “Bersikap manislah, jangan membuatku marah. Karna aku tak ingin menyakitimu”
Firsya : “Apa lo bilang? Kaya gini gukan nyakitin gue? Buta lo! Gue bakalan lo bunuh, masih bisa bisa nya ya lo bilang lo ga nyakitin gue?
??????????? : “Aku takkan membunuhmu kecuali kau sendiri yang memintanya”
Firsya : “Gila lo! Gapunya otak! Manusia macam apa? Dasar gapunya hati!
*Plaaaaaaakkkkk pipi Firsya di tampar*
??????????? : “Ahahaha berani kamu? Kubilang jangan paksa aku nyakitin kamu Firsya”
Firsya : “Lo udah nyakitin gue bodoh!
???????? : Sakit? Kau tak tau bagaimana rasa sakit? Yang seperti itukah yang kau bilang sakit? Bagaimana dengan luka dalam hatiku Firsya?
Firsya : “Omong kosong! Toloooooooooooooong…. Lepasin guee!
??????? : “Diam kau! Kubilang diam! Bersikap manislah didepanku saat ini, jangan memaksaku untuk menyakitimu, kupastikan Ibu Perimu takan datang kesini.
Firsya : “Ibu peri? Marie maksudmu?
????????? : “Ya. Bukankan dia yang selama ini melindungimu? Dan sekarang dia takan datang unutuk mu. Dia sakit hati olehmu. Kau telah menjadi Pecundang Firsya.
Firsya : “Shena! Kau kah itu? Sebenci itukan dirimu kepadaku? Apakah kau Shena? Shena! Shena.. (Berteriak memanggil)
Sosok bertopeng hitam itu beranjak meninggalkan Firsya. Kemudian dia menggeret Shena masuk.
Firsya : “Ya Tuhan, shena. Jika yang diikat itu Shena? Lalu siapakah dia?
??????? : Hahahahaha (Tertawa puas)
Firsya : “Apa yang akan kau lakukan kepada Shena? Lepaskan dia!
??????? : “Kenapa kau ingin dia lepas? Bukankah selama ini dia dan para antek anteknya lah yang selalu membuatmu menderita. Dia lah yang selalu membuat air matamu terjatuh, dan diapulalah yang selalu membuatmu merasa sakit. Dan sekarang, aku ingin dia merasakan sakit yang selama ini dia lakukan kepadamu. Malam ini kau yang akan menjadi saksi pembalasan dendamku.
Leher Shena dicekik dengan kuat oleh sosok bertopeng itu. Dalam hitungan menit tubuh Shena ambruk, lalu tergeletak di lantai. Firsya terkejut dan ketakukan. Firsya mulai berfikir dan dia mengerti arah ucapan sosok hitam itu, mendengarkan suaranya dengan seksama, mencoba menebak siapa sosok yang berada di depannya.
Firsya : “Jika memang bencimu itu terlampau besar, aku mohon maafkan aku. Tanpa kemampuan untuk memaafkan, hidupmu akan dikendalikan oleh lingkaran setan rasa kebencian dan dendam.
????????? : “Diam kau jangan lancang mengguruiku! Ya aku memang telah dikendalikan setan karna benci dan dendam ini. Dan itu semua karna kau!
Firsya : “Pantas saja. Setan apa yang telah merubahmu menjadi seperti ini. Kemana logika dan akal sehatmu? Ku fikir kau orang baik. Kau tulus berteman denganku. Tapi Ternyata kau tak lebih dari sampah. Kau keparat yang selama ini menutup kemunafikan dirimu dengan topeng.
Perlahan sosok bertopeng itu membuka topeng yang dipakainya. Dan Brughhkk… suara dobrakan pintu terdengar dan ternyata itu adalah Fathan. Firsya dan Fathan pun terkejut ternyata sosok itu adalah Marie yang tak lain adalah sahabat mereka sendiri.
Fathan : “Apa yang kau lakukan Marie, setan apa yang telah merasukimu seperti ini?”
Marie : “ Setan berdarah yang berwujud manusia yang berkelebat penuh rasa iri yang telah merubah hati menjadi belati”.
Firsya : “Pergii Fathan pergiiiii. Kau harus pergi.
Fathan : “Ya tuhan, Sadar Marie sadar. Apakah kau ingin sahabatmu menjadi darah di tanganmu?
Marie : “Kau yang masuk ke ruangan setan ini. Artinya kau pulalah yang menginginkan aku untuk menjadikanmu darah”.
Fathan : “Lihat Marie, sosok yang tergeletak itu. Kau sudah putuskan harapan hidupnya, kau rampas masa depannya. Janganlah kau diperbudak oleh kebencian dan dendam.
Marie : (Tersungkur dan menjerit)
Fathan : “Lihat orang yang duduk disana. Bukankah dia orang yang telah menguatkanmu selama ini? Dia sahabat mu. Lantas inikah yang bisa kau balas atas kebaikannya? Coba kau fikir kesalahan apa yang telah ia perbuat kepadamu?
Mariee : (Tersungkur, menangis dan menjerit) Bodohh. Gue bodooohh
Fathan mencoba mengalihkan perhatian Marie agar bisa melepaskan Firsya. Tiba tiba…
Marie : “Tapi dialah yang telah menanamkan dendam ini! (Berbalik dan menunjuk Firsya)
Firsya : “Katakan apa kesalahanku?”
Marie : “Kau terlalu naif. Kesalahanmu adalah tak pernah mengerti perasaanku Firsya. Aku muak melihat kau bersamanya!
Firsya : “Jadi kau mencintainya”?
Marie : (Berteriak) Aaaaaaaaaa aku benci semua ini. Dan kau!
*Cleeeb* Pisau menusuk di perut Fathan.
Fathan : “Aaaahh” Fathan menahan sakit.
Firsya : ( Merngkul Fathan yang penuh daarah yang terkapar)
Marie : ( Langkahnya mundur, kaget)
Fathan : “Sya, mungkin sampai disini rasa saling mencintai kita”
Firsya : “Kenapa kau berkata seperti itu?” (Dengan air mata yang semakin deras)
Fathan : “A k u tak kuasa menahan nafas yg tersisia dan rasa sakit ini. Mungkin ini sudah saatnya aku harus menjadi gumpalan darah.
Firsya : “Jangan bicara seperti itu, aku mohooon, aku tak ingin kau menjadi darah”
Fathan : “Aku tak bisa Firsya, ini permintaan terakhirku, peganglah tanganku, jangan kau lepaskan sebelum nyawa ini ku lepaskan”
Firsya : “Kenapa Fatahn kau bunuh? Bukankah kau mencintainya? Dan lihat! Apa sekarang kau puaas, kau berhsil menjadikannya darah, tertawalah !” (Menangis sambil bertiriak teriak kepada Marie).
Firsya : “Sekarang tinggal kita berdua, kau dan aku. Kenapa tak kau jadikan aku darah Marie? Agar kau dan setan setanmu bisa tertawa puas.
Marie :”Kau salah Firsya, aku tak mencintai Fathan. Kau salah besar! Biarlah aku membunuhnya, aku tak ingin melihatnya hidup.
Firsya : “Katakan padaku kenapa?
Marie : “Karena aku mencintaimu ?”
Firsya :”Apaa? Sakit ya lo! Bener bener sakit lo Mer!
*Plak* Pipi Marie ditampar Firsya. Dan tak sengaja tangan Marie yang sedang memegang pisau terayun dan menghantam perut Firsya. Sehingga membuat Firsya tersungkur dengan kepala yang tergeletak di dada Fathan dengan darah yang keluar dari perutnya.
Marie : “Aaaaaaaaaaaaaaa” (Menjerit seakan tak percaya, lalu menangis, lau tertawa)”
Jerit tak percaya Marie menggema di ruangan yang sunyi dan hampa yang memerah penuh gumpalan darah, saat orang yang di cintainya kini pergi, hanyut menjadi gumpalan darah di lantai yg memerah!
BAGIAN 5
Di Kamar Marie
*Menulis*
Ayah, Ibu..
Aku rindu hangatnya kasih sayang keluarga yang dulu pernah kurasakan, namun sekarang semua menghilang. Terima kasih atas materi yang kalian berikan. Materi yang berlimpah untukku, namun yang ku inginkan bukan hanya sekedar hal material, tapi juga kasih sayang yang lebih dari kalian. Bukan keributan yang terjadi dirumah, dirumah yang seharusnya menjadi surga untukku..
Dengarkan, dengarkan suara rintihan hatiku.. Aku butuh kalian untuk menemani ku. Aku butuh dukungan dan dorongan dari kalian. Aku butuh kalian untuk meluruskan jalanku ketika aku melenceng Kenapa kalian tidak kembali menjadi keluarga yang indah seperti dahulu kala? Kembalilah. Semenjak kalian berpisah, duniaku hanyalah sahabatku. Namun, DikaLa sahabat tak bisa dibanggakan, malah terkadang menoreh luka di hati. Tapi tetap mereka duniaku, dunia yang menenggelamkan ku pada rasa yang tak wajar ini. Aku mencintai Firsya bu. Bolehkah itu bu? Apakah tuhan tidak akan marah? Kalian tak tahu semua isi hati ku. Kalian tak mengerti tatkala hati ini meronta kesakitan karna rasa ini. Aku mencintainya bu, aku tak ingin pria. Mereka bajingan.Mereka yang menghancurkan hidupku.
Aku dan Firsya. Aku ingin suatu saat nanti kita bersama sama menjadi gumpalan darah.
Tapi aku sudah terlebih dulu menjadikan Firsya gumpalan darah bu, Aku membunuhnya! Menbunuh Fathan dan juga Shena.Buuuu. Akankah tuhan marah kepadaku?
Desember ini menangis bu. Menangis karena luka dan duka yang telah kutorehkan. Ayah, Ibu… aku merasa lelah, aku tak sanggup lagi. Bukan ini yg kuinginkan.
Bukan kekecewaan, kekesalan, kecemburuan, rasa iri, dengki, amarah, nafsu & kebingungan. Melainkan suatu sisi yg indah. Saat aku bisa membagi diriku dalam 2 fase yg berbeda. Ayah, Ibu. Masihkah aku bisa bahagia dengan semua kpiluan ini? Sanggupkah aku tertawa disaat luka menghampiri. Tangisan cinta ini smakin kuat kurasa. Goresan luka ini semakin sakit ku nikmati. Tak ada penawar yang mampu mengobatinya. Tak mampu aku meloloskan diri dari kepungan sepi. Kini aku terjerat pada tikaman dusta. Menderu lukaku yang tiada tertahankan lagi.
Maafkan aku bu, ayah. Aku tak sanggup.
Marie :“Na na na na na na na” (Berlagu tak karuan). Aku ingin ke surga tuhan, Ahahahah! (Berteriak dengan muka murung kemudian tertawa).
Datang Sosok Jubah Hitam
Jubah Hutam :“Hei manusia malang, lihatlah dirimu sekarang !
Marie :“A..aa..aapa kau? Kau. Kau? Kau datang lagi?” (Terbata ketakutan)
Jubah Hitam :“Dalam kegelapan yang mencekam, aku akan datang untukmu”
Marie :“Untuk apa?” (Mundur)
Jubah Hitam :“Demi rasa sakit, demi amarah, demi dendam. Aku akan berdiri hanya untukmu, untuk dendam itu. Atas nama dendam bukan atas nama cinta”.
Marie :“Pergiiii !!” (Menangis ketakutan dan berteriak sambil meremas rambutnya)
Jubah Hitam :“Takkan berguna tangis itu. Dan jika engkau tetap menangis, aku akan menegakkan kepalamu tinggi-tinggi. Aku akan selalu berada disisimu. Dan aku akan menjadi malaikat pencabut nyawamu. Di taman kegelapan yang sepi dan sunyi”.
Marie :“Tidaaaaak. Siapa kau sebenarnya?
Jubah Hitam :“Kau tak tau aku?”
Marie :“Tidaaak! Aaaarghh pergi kau. (Melempar barang)
Jubah Hitam :“AKU ADALAH RASA BERSALAHMU! (Mengangkat dagu sigila).
Tubuh marie menggigil, segala kenangan buruk tergambar di benaknya, dia berteriak, meremas kepalanya, mencakar tubuhnya, membenturkan kepalanya, ia ingin menepis segala kenangan buruk. Tubuhnya menggigil meronta ketakukan.
Iblis datang dengan segala rayuan nya.
Angel Merah : “Hai anak manusia, aku kasihan melihatmu seperti ini, kau sudah terlalu lama menangis, kemari ikutlah denganku”
Marie : “Aaaaaaahhhhh. Aku lelah dengan semua ini. Aku ingin ke surga tuhan”
Angel Putih : “Sesungguhnya surga akan menantimu Marie, jika saja kamu mau bertobat dan bersungguh di jalanNya”
Iblis : “Marie,ayo ikutlah ke surga bersamaku. Surga adalah tempatmu bukan disini. Tak ada satu orang pun yang peduli denganmu disini, lebih baik kau ikut aku. Ikutilah apa yang aku katakan kepadamu, maka kita akan sampai ke surga. Percayalah”
Angel Putih : “Tidak Marie, jangan dengarkan itu, kau sudah terlalu jauh. Kembalilah, sesungguhnya dia hanyalah iblis yang menginginkan kamu jatuh kedalam lembah dosa”
Angel Merah : “Jangan dengar dia Marie,, kau akan lebih bahagia di kehidupan kedua nanti, akan kujadikan kau ahli surga kelak”
Marie : “Surga? Surga? Hahahahaha! Ya surga.
Angel Merah : “Ya meri iya.
Angel Putih : “Tidak Marie, Jangan. Jangan. Sadarlaaahh.
Marie : “Aku akan menyusul kalian teman-teman” (Sambil mengambil dan memeluk foto)
Angel Putih :“Mati bukanlah penyelesaian dari segalanya. Segala sesuatu akan dipertanggung jawabkan kelak. Jika kau fikir dengan mati kau bisa terbebas dari sesuatu yang menghantuimu. Kau salah besar Marie, bertaubatlah.
Angel Merah :”Tidak Marie, kau lebih baik Mati. Maka kau akan damai.
Marie :”Tiddddaaaaaaaaaaaaaaakkkk…..! (Berteriak dan meleparkan Photo)”
Tanpa fikir panjang Marie menggoreskan tangannya dengan pecahan pecahan kaca. Dan Sreeett… darah pun keluar.
BAGIAN 5 (ENDING)
Demi waktu yang terus berputar dan demi malam yang terus dipenuhi kegelapan
Aku menanti sahabat tercinta didalam gelap. Dalam lorong waktu yang tak lagi berputar
Untuk Ayah, Ibu dan teman teman tolong jangan tangisi kepergianku..
Kirimi saja aku bunga mawar sebagai lambang cinta kalian padaku…
Kenanglah aku hingga jasatku membusuk, juga kenanglah cintaku yang tak pernah busuk!
Kalian bisa tenang dalam hidup kalian, sekarang. Maka tersenyumlah demi tidur panjangku.
Salam terakhir, salam kedamaian
31 Desember 2012
Marie Shalimar Renggana
Ibu Marie : “Begitulah yang di tulis Marie dalam Buku Hariannya” (Menutup buku harian Marie sambil berderai air mata”
Rachel : “Ibu yang tabah ya, kami turut ptihatin”
Bulan+Bintang: ” Iya bu” (Terisak)
Ibu Marie : “Iya, tapi saya tidak menyangka sedikitpun kalau ternyata Marie memiliki trauma dengan kisah cinta dan masa lalunya. (Menangis)
Bintang : “Apa ibu tidak curiga dengan Syndrom Marie yang seperti ini?
Ibu Marie : “Kalau mengenai Syndromnya saya sama sekali tidak melihat keanehan, hanya saja sikap dia sehari-hari memang berubah, jika ibu membicarakan mengenai teman laki-laki dia selalu masa bodoh dan sensitif”
Rachel : “Mungkin faktor keluarga dan masalah perceraian itu yang berpengaruh juga terhadap keadaan Pysikis Marie.”
Bulan : “Tapi kami tidak menyalahkan ibu maupun keluarga ibu. Mungkin ini sudah takdir dari yang Maha Kuasa. Kita hanya perlu mengikhlaskan kepergian Marie, begitu juga dengan Firsya, Fathan, dan Shena.”
Ibu Marie : “Iya, ibu atas nama keluarga memohon maaf atas kelakuan dan perkataan Marie yang salah selama hidupnya.”
Rachel : “Kami juga meminta maaf atas kesalahan kami kepada Marie.”
Bulan : “Maafkan kami ya bu”
Ibu Marie : “Sudah nak, Marie pun pasti sudah memaafkan kesalahan kalian”
SELESAI
Story By : Nisa Sri Wahyuni
0 komentar:
Posting Komentar