Cerpen Karangan: Indah Permata Sari
Kategori: Cerpen Anak, Cerpen Misteri
Lolos moderasi pada: 17 May 2015
“Pertanda apakah ini?” Bingung Ria. Hatinya berdegup kencang saat mengingat kembali mimpi yang ia alami. Sambil memandang langit-langit kamarnya yang berwarna pink. Kemudian terdengar suara Reno, kakaknya. Saat melihat jam ternyata sudah pukul 07.00.
“Matii!! Hari ini ada PR matematika, ulangan Fisika, Praktek bedah kodok! Aaah, sial!!!”
Segera dia menuju kamar mandi dan mandi dengan cepat. Hanya 5 menit. Ternyata di luar sudah terdengar suara Kak Reno yang mengomel seperti bebek tidak dapat makan sambil memutar-mutar pedal gas motor yang berbunyi sangat keras.
“Bentar! Masih pasang kaus kaki!” Teriak Ria dari dalam kamarnya.
“Resek Luu! Telat niih!!”
“Let’s go, Bang. Don’t ngebut-ngebut!”
“Biar cepat, asal selamat. Hukuman buat kamu karena terlambat bangun!”
Sepuluh menit kemudian, terlihat seorang remaja berambut hitam, bibirnya tipit, tingginya sekitar 160 cm menggunakan baju bati SMP Bina Bangsa yang menuju ruang kelas IX D. Ternyata di dalam kelas sudah ada guru killer tapi cantik yang sering disapa Bu’ Uti’.
“Maaf, Bu’. Saya terlambat.”
“Silahkan ke ruang Kepsek Ria Dwi Paramitha!” Lagi-lagi, Ria terlambat lagi.
“Ria Dwi Paramitha, kelas IX D TERLAMBAT LAGI!!!” Ucap Pak Kepsek botak dan berkumis.
“Maaf, Pak.”
“Kamu cuma bisa minta maaf!”
“Iya, Pak. Cuma itu yang bisa saya lakukan.”
“Kenapa kamu terlambat?”
“Macet, Pak. Bensin Kakak saya juga habis di jalan tadi.”
“Ria Dwi Paramitha! Sudah hampir 99 kali kamu berikan alasan yang sama!”
“Iya, Pak. Saya bohong ( mati keceplosan ) ”
“Sekarang kamu bersihkan sekolah ini. Semuanya! Pulangnya jam 7! Tenang, ada Pak Satpam di sini!” Kesal Pak Kepsek.
“Iya, Pak. Tapi masa iya sampe malam. Ntar ada hantu gimana, Pak?”
“Kan saya udah bilang, ada Pak satpam. Tenang saja, ada telpon dan alarm. Kalau kamu ada yang tidak wajar, nyalakan alarm saja.”
“Semoga tidak ada yang gitu-gituan ah!” Kahwatir Ria.
Waktu sudah menunjukkan puku 09.30. Dan saat itulah jamnya istirahat. Tepat saat itu, dia membersihkan taman sekolah yang dekat dengan kantin. Tentu saja, dia akan jadi mangsa ocehan si cewek sombong yang namanya Lola.
“Woi!!! Buang sampah di tempatnya Doong!” Teriak Ria.
“Ups, sory yah! Memang itu sampah pantas jadi hukuman buat kamu yang tukang telat dan selalu buat masalah NORAK di sini” Sombong Loal.
“Dengar kamu yah, suatu saat aku bakalan buat kalian bangga sama aku!” Ucap Ria.
Waktu pulang sudah tiba. Siswa-siswi SMP Bina Bangsa berhamburan keluar sekolah. Ada yang dijemput, naik angkot, dan mengendarai motor sendiri. Terlihat wajah bahagia murid-murid karena terbebas sementara waktu dari pelajaran yang membuat pusing. Tetapi, tidak dengan Ria. Belum setengah ia membersihkan sekolah. Untung saja dari jam 3 sore sampai jam 5 sore ada anak-anak extrakulikuler menjahit. Tetapi hanya ada 2 orang, ditambah Ibu’ Sri gurunya jadi 3 oeang.
“Non, ini nasinya dimakan dulu.” Tiba-tiba Pak Udin datang entah dari mana.
“Iya, Pak. Makasih.” Senyum Ria.
“Ini titipan nasi dari kakanya Neng Ria. Tadi Kakak Neng Ria udah saya kasi tau kalau Neng harus tinggal di sekolah karena dihukum gara-gara terlambat.”
“Makasih, Pak.”
Waktu sudah menunjukkan pukul 5 sore. Sisa WC guru, ruang musik, dan kolam ikan di belakang ruang musik.
Ria mengusap keringat yang ada di keningnya yang dalam hitungan tidak sampai tiga sudah bisa jatuh ke tanah.
“Capeknya, untung ada Pak Udin yang bantuin.”
Waktu berlalu, sang matahari mulai hilang sedikit demi sedikit dan diganti dengan warna jingga yang semakin lama menjadi warna gelap.
“Huft… Udah jam 6 . Sisa kolam ikan yang ada di belakang ruang musik. Semoga gak ada yang aneh-aneh.”
“Adoooow, mati kepeleset!!!”
Ternyata Ria terpeleset. Terpaksa dia harus masuk WC guru. Untung cuma sampai lututnya yang basah. Tiba-tiba dia merasa ada yang lewat. Saat menengok ke belakang ternyata tidak ada.
“Semoga jangan yang aneh-aneh.” Ria hampir menangis. Saat dia kembali ke kolam ikan dia mendengar bunyi yang membuat bulu kuduk merinding. Ria berlari dan menuju ke kantor guru untuk menyalakan alarm. Saat dia lewat di depan ruang kelas VII C dia melihat ada kain putih yang berjalan.
“Kain putih yang berjalan? Hantu kan gak bisa jalan. Kan biasanya melayang.”
Kemudian Ria kembali ke ruang VII C. Dia melihat ada kain putih yang terletak di meja guru. Dia pun mulai curiga. Dia tidak jadi menyalakan alarm. Sambil berlari dia mencari sapu. Dia menuju ke ruang musik.
“Pasti ini ada hubungannya dengan bunyi yang ada di ruang musik.
Saat dia menuju ke ruang musik dia tidak melihat apa-apa.
“Kok gak ada yah?”
“Satpam itu gak ada, kita bisa beraksi malam ini.” Kebetulan Pak Udin pulang dulu mengambil kopi.
Ria mulai curiga dan langsung sembunyi di samping ruang. Ternyata orang itu yang membunyikan piano dan serulingnya. Ria langsung bergegas mengambil tasnya dan menuju ruang kelas VII C. Dia memakai bedak tebal-tebal dan mengambi kain putih yang ada diatas meja guru. Kemudian dia mengambil sepatu roda yang ada di lokernya. Dia berjalan mencari orang itu. Saat menuju ruang musik, dia tidak melihat apa-apa. Lalu dia berlari menuju lab komputer. Wow, MENGENASKAN! Ria terpeleset.
“Woii!!! Siapa itu!” Terdengar suara laki-laki dari dalam lab.
Ria langsung berlari menjauh dari Lab tersebut, karena takut. Dia ingin menyalakan alarm dan ingin langsung pulang. Saat menuju ke alarm ada bunyi seperti menangis. Dia mulai takut dan lari. Tapi dia baru ingat kalau itu nada dering SMS dari Hpnya.
Sudah jam setengah tujuh. Mamah udah nyariin. Kakak gak bilang sama mama kalau kamu di hukum. Kakak bilang kalau kamu kerja kelompok di rumah Dita. Kakak Jemput jam tujuh.
“Ah, mending aku suruh Kak Reno jemput aku sekarang. Biar aja itu maling. Kan ada Pak Udin.
“Kakak jemput aku sekarang aja!” Ria menulis sambil mengeja SMSnya.
Tapi dia teringat perkataannya tadi saat di olok Loal. Ini bisa jadi kesempatan buat buktikan ke mereka kalau aku bukan anak nakal.
Ria mengirim sebuah SMS
Kakak ke sekoalhku sekarang! Bawa mobil polisi mainan punya adek. Nanti aku jelasi!
Kemudian Ria memakai kembali kain putih dan membawa Handphonenya. Saat sampai di depan Lab dia membunyikan dering Hpnya yang bunyinya Kuntilanak menangis yang tersakiti. Dan menggerakkan gagang pintu dan sembunyi di samping ruangan sambil tetap menyalakan bunyi tangisan kuntilanak. Tetapi orang itu tidak keluar-keluar juga. Lalu datang Kak Reno.
“Kakak cari kayu dulu yah sama tali tambang.” Akupun bergegas ke Leb untuk menjaga-jaga.
“Waah, salah. Seharusnya aku pergi ambil mobil mainan adek dan Kak Reno yang jaga di sini.
Dia pun segera menemuai Kak Reno.
“Kakak Udah dapat kayu sama talinya?”
“Udah, nih.”
“Mobilnya mana?”
“Ada di tas kakak.”
“Kakak yang jaga di depan Lab Komputer. Aku yang nyalain Sirinenya.
“Kakak nanti siap-siap yah, waktu sirinya bunyi. Naah, waktu orangnya keluar langsung aja dipukul yah, Kak.
“Okeee…”
Aku pun langsung mengambil mobil mainan dan membunyikan sirinenya. Di lain tempat Kak Reno sudah menunggu di samping ruangan. Daaaan…
1, 2, 3…
“Tinuninuninuninuninu…” Bunyi sirine.
Dan muncullah dua orang berbadan kurus kerempeng. Yang satu pakai jaket kulit dan rambutnya gondrong. Yang satu lagi kepalanya botak. Segera Kak Reno memukulnya. Yang gondrong dipukul dari depan, dan yang botak dipukul dari belakang.
Aku pun langsung berlari ke arah Kak Reno. Sambil membawa tali tambang aku berlari dengan penuh semangat. Kami pun mengikat kedua maling itu. Lalu, Ria dan Kak Reno membunyikan alarm. Dan Kak Reno menelpon Polisi.
Lima belas menit kemudian datang polisi dan Pak Kepala Sekolah dan beberapa guru yang Lainnya. Kali ini, Ria bangga bisa menyelamatkan sekolahnya.
“Dasar PAHLAWAN NAKAL!” Canda Kak Reno.
Ria hanya bisa tertawa geli.
Kini Ria sudah tidak terlambat lagi. Kini pergi sekolah dengan Lebih semangat. Dan semuanya menjadi bangga pada Ria. Termaksud Lola yang udah minta maaf pada Ria dan sekarang menjadi sahabat Ria.
~TAMAT~
0 komentar:
Posting Komentar