Judul Cerpen Toleransi
Cerpen Karangan: Jaka Ahmad
Kategori: Cerpen Keluarga, Cerpen Ramadhan
Seorang wanita bernama Ria, marah-marah pada adiknya yang bernama
Anna. Kemarahan ini diakibatkan karena Anna meneguk segelas es teh di
siang hari pada bulan puasa. Ria marah, lantaran walaupun ia tahu Anna
tidak bisa berpuasa karena halangan, menurutnya tak seharusnya Anna
minum di depannya seperti itu. Mereka lalu bertengkar.
“Kau seharusnya toleransi pada kakakmu dong! Kan hari ini Kakak
puasa, mana cuaca panas lagi!” Teriak Ria, yang sudah berkeringat
kepanasan di tengah puasanya.
“Kakak dong yang harus toleransi! Sah-sah saja dong aku minum di jam segini karena aku tak bisa berpuasa!”
Mereka masih ribut dengan argumentasi mereka, sampai akhirnya
keduanya memutuskan untuk saling tak menegur sampai hari esoknya. Bahkan
di meja makan pun, mereka tetap tak bertegur sapa sedikit pun. Kedua
orangtua mereka, yang menyadari hal ini hanya bisa berdecak curiga dalam
hati mereka. Namun belum berpikir untuk menyampuri urusan keduanya,
mereka pikir semua ini akan berakhir besok pagi.
Tapi selepas hari, kejadian kembali terulang. Ketika itu, Ria baru
saja pulang dari rumah temannya, dan menemukan adiknya sedang makan nasi
di kamar mereka. Mereka tidur sekamar, hal inilah yang membuat Ria
kembali marah. Ditambah dengan kejadian kemarin yang belum bisa
dilupakannya. Ia bergeram dan meledak.
“Sudah kakak katakan kamu seharusnya toleransi!”
“Tapi di mana aku harus makan? Di ruang tamu takut Ibu dan Ayah yang melihat. Di kamar, kamu tiba-tiba pulang..”
“Setidaknya makan atau minum ketika aku tidak melihat!” Ria tetap tak mau kalah.
“Mana kutahu kapan kau tak melihat!” Anna ikut berteriak.
Hal semacam ini terus terjadi selama beberapa hari kemudian. Mereka
tak bertegur sapa, dan akan saling berteriak begitu kejadian serupa
terjadi lagi. Tapi sejujurnya, semua ini membuat diri mereka sendiri
merasa lelah. Selain karena tak bisa menyapa seperti biasa, mereka
menganggap pertengkaran ini hanya karena kesalahpahaman. Tapi mereka tak
mencoba mengatakan masing-masing isi hati mereka, dan membiarkan diri
mereka terus terjebak di dalam lingkaran kesalahpahaman tersebut.
Sampai akhirnya, mereka menyaksikan sebuah berita di TV. Ketika itu
malam hari dan Ria baru saja pulang dari tarawihnya, mereka duduk di
kursi yang sama dan menyaksikan sebuah berita. Berita itu menyebutkan,
ada seorang Ibu penjual nasi yang warungnya disita oleh petugas, hanya
karena ia berjualan di bulan puasa. Menyaksikan hal ini, keduanya merasa
bodoh. Mereka pun saling menatap, berpikir betapa mereka mencintai satu
sama lain, dan saling meminta maaf.
“Maaf…” Ria sebagai Kakak memulai. “Kurasa aku sangat bodoh, karena
telah mengatakan yang tidak-tidak terhadapmu. Kenapa Kakak harus
melarang kau makan? Karena jika Kakak memang ikhlas menjalankan puasa
ini, tak seharusnya Kakak tergoda jika melihatmu melahap apapun.”
“Begitu juga aku,” Kata Anna tak kalah menyesal. “Aku berjanji, akan
sebisa mungkin tak terlihat oleh Kakak ketika aku akan menyantap
sesuatu. Maafkan aku, tak mencoba menghindar darimu…”
Mereka sadar, puasa bukan hanya tentang menahan lapar dan juga minum,
tapi juga benar-benar ikhlas ketika melakukannya. Mereka sadar pula,
bahwa toleransi sesama manusia sangat penting. Karena hanya toleransi,
yang bisa menerima perbedaan. Dan dalam hidup ini, selalu ada perbedaan.
Harus ada toleransi, dalam setiap perbedaan…
Cerpen Karangan: Jaka Ahmad
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar