Pengurus MOS Harus Mati
Judul : Pengurus MOS Harus Mati
Pengarang : Lexie Xu
Tahun terbit : 2011
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Hal : 304 halaman
Ukuran : 13,5 x 20 cm
ISBN : 978-979-22-6974-1
Pengarang : Lexie Xu
Tahun terbit : 2011
Penerbit : Gramedia Pustaka Utama
Jumlah Hal : 304 halaman
Ukuran : 13,5 x 20 cm
ISBN : 978-979-22-6974-1
Guysss… pada kesempatan
kali ini gue akan bahas teenlit Pengurus MOS Harus Mati (PMHM). FYI, Novel ini
adalah novel kedua dari tetralogi Johan
Series. Novel sebelumnya berjudul “Obsesi”.
Novel ini berkisah tentang seorang gadis SMA bernama Hanny Pelangi;
cewek paling populer di SMA Persada Internasional.
Awalnya semuanya baik-baik saja. Hanny yang saat itu sedang berlibur di
Singapura bersama sohibnya—Jenny, tiba-tiba menerima panggilan mendadak dari
pacar barunya, Benji—sang ketua OSIS, agar segera pulang ke Jakarta karena dia—Hanny—terpilih
sebagai salah satu pengurus MOS. Wow! Terpilih menjadi anggota tim elite dan
mendapat kesempatan menyiksa murid-murid baru? Siapa yang tidak mau?
Nah, akhirnya, demi menyambut tawaran yang sangat langka tersebut, Hanny
terbang ke Jakarta dan siap menerima mandat tersebut!
Namun, semuanya tidak seindah yang dibayangkan. Belum apa-apa, dia sudah
diganggu seorang cowok menyebalkan yang pernah tidak naik kelas dan tampaknya
sangat benci pada Hanny. Namanya Frankie.
Dan semuanya bertambah buruk ketika Benji mengajak anggota Pengurus MOS
untuk mengarang cerita horor bohongan seputar sekolah mereka dengan maksud
menakut-nakuti anak-anak baru yang masih cupu. Benji—si ketua OSIS yang gila
hormat, bertekad akan membuat MOS kali ini menjadi MOS paling berkesan
sepanjang masa dan dirinya akan diingat sebagai ketua OSIS dengan pencapaian
paling sukses sepanjang sejarah sekolah.
Somehow, terciptalah 6 kisah horror yang berdarah-darah.
Tak disangka-sangka, kisah-kisah horor bohongan tersebut menjelma menjadi
kenyataan!
Setelah kejadian kisah horor pertama yang menjadi kenyataan dan
melibatkan beberapa nyawa murid MOS serta dua pengurus MOS—termasuk Hanny—yang hampir
melayang, esok paginya, muncul sebuah tulisan misterius di dinding sekolah yang
ditulis menggunakan darah:
Pengurus Mos Harus Mati!
Namun, apapun yang terjadi, tampaknya tekad para pengurus MOS lebih besar
daripada rasa takut mereka akan teror yang ditimbulkan tulisan misterius
tersebut! MOS tetap harus berlanjut! Cerita horor tetap harus dikumandangkan!!
Seolah takkan ada yang lebih buruk lagi, tiba-tiba satu demi satu para
pengurus MOS mengalami kecelakaan mengerikan yang sulit untuk dijelaskan!—yang masing-masing
sesuai dengan cerita bohongan yang dituturkan. Puncaknya, saat nyawa Hanny
benar-benar nyaris melayang.
Jadi, apakah yang menyebabkan kecelakaan-kecelakaan aneh tersebut? Apakah
benar bahwa kutukan kisah horor yang berbalik menimpa para pengurus MOS? Ataukah
memang ada anak baru yang dendam pada mereka lantaran MOS yang begitu
keterlaluan?
Faktanya, otak dari semua kejadian mengerikan tersebut adalah Johan. Mantan
teman sekelas Hanny yang merupakan seorang psikopat. Johan berhasil kabur
setelah sebelumnya dijebloskan ke rumah sakit jiwa oleh Jenny, Hanny, Tony, dan
Markus (baca “Obsesi”), dan saat ini, dia menuntut pembalasan dendam.
Johan memang tidak terlibat langsung dalam kejadian-kejadian yang
menimpa para pengurus MOS, tapi Johan selalu terlalu cerdas dan licik, dia menghasut
dan menggerakkan orang lain untuk menjalankan pekerjaan-pekerjaan kotornya,
seolah-olah mereka (orang-orang yang dimanfaatkan Johan) hanyalah pion-pion tak
berharga yang bisa dikorbankan sewaktu-waktu.
Pada akhirnya, walaupun Hanny berhasil selamat dari maut yang mengintai,
cerita tetap belum berakhir sampai disini. Karena teror Johan masih akan terus
berlanjut.
Disamping sisi thriller
yang disuguhkan dan suasana mencekam yang mengiringi, novel ini tidak
meninggalkan ciri khas remajanya (berhubung ini novel teenlit); romance. Hanny-Frankie
cukup berhasil bikin gue senyum-senyum sendiri—dan ngakak di waktu yang lain. Dan
harus gue akui, gue suka banget gaya berceritanya Lexie Xu yang begitu hidup
dan mengalir dengan cerdas. Dan pemikiran-pemikiran konyol si tokoh (dalam hal
ini si Hanny, karena novel ini mengambil PoV orang utama pelaku utama) yang
jujur dan apa adanya bikin gue menggelinjang nahan tawa.
At least, untuk sebuah
novel yang berhasil bikin gue ngakak geli-geli sendiri di bab awal dan kemudian—crap—mendadak
jadi nahan napas serta sukses bikin tangan gue jadi dingin saking tegangnya di
bab selanjutnya, gue bener-bener ngasih A+ buat pengarangnya, LEXIE XU.
What a great
novel, mbak Lexie :)
0 komentar:
Posting Komentar