Translate

cerpen ditlang polisi

Written By iqbal_editing on Minggu, 01 Januari 2017 | 06.34

Cerita pendek ini merupakan pengalaman asli dari penulis. Cerpen dengan judul “Ditilang Polisi
   Masa-masa sekolah memang indah. Selain belajar, aku juga mendapatkan banyak hal bermanfaat lainnya. Mendapat teman-teman baru, pengalaman baru yang menarik, dan lain-lain. Apalagi saat SMP, saat diriku tumbuh menjadi seorang remaja. Seorang remaja yang berusaha mencari jati diri, bersenang-senang bersama remaja lainnya.
   Pada saat itu, aku masih kelas 2 SMP di SMP Negeri 1 Sokaraja, SMP favorit di daerahku. Aku masuk dikelas 8D, dan akan bertanding futsal melawan kelas 8C. Kami sudah sepakat untuk bertanding futsal di KING, tempat futsal didaerahku, Sokaraja.
   Hari itu merupakan hari libur nasional, aku meminta ijin kepada Ayahku untuk pergi bermain futsal.
 
   “Pak, aku main futsal ya”.
   “Ya, hati-hati”
   “Ya”
 
    Kebetulan aku sudah bisa mengendarai motor sendiri sejak kelas 5 SD, dan aku dipercaya oleh kedua orang tuaku untuk mengendarainya asal tidak jauh-jauh.
    Sebelum aku mengeluarkan motor Astreea kesayanganku dari kandangnya, tiba-tiba celanaku bergetar. Aku kira gempa bumi, ternyata temanku yang bernama Angger menelponku. Lalu ku rogoh saku celanaku dan langsung mengangkat panggilan teleponnya.
 
    “Halo bro”, sapa Angger dalam pembicaraan telepon.
    “Halo komandan”, jawabku dengan antusias.
    “Gimana, jadi futsalan ngga bro?”, tanya Angger.
    “Jadi komandan”, jawabku.
    “Jemput aku di rumah ya bro”, tanyanya lagi.
    “Siap komandan”, jawabku lagi.
    *Dan telpon pun ditutup, pembicaraan terhenti*
     Kemudian aku kembali memasukkan handphoneku kedalam saku celana kembali, dan kembali mengeluarkan motor Astreeaku dari garasi. Tanpa memakan waktu yang lama, aku bergegas menyusuri jalanan Sokaraja yang indah ini.
     Tujuan pertamaku adalah ke Jengkonang, suatu daerah terpencil yang ada di Kecamatan Kalibagor, rumahnya Angger. Ya, Angger tinggal di daerah terpencil.
     Naas menimpaku saat perjalanan menuju rumah Angger, ternyata di depan Klenteng Sokaraja ada polisi kelaparan yang sedang melakukan razia. Dan pada saat itu, aku tidak menggunakan helm, tidak memiliki SIM (Surat Ijin Mengemudi), dan tidak membawa STNK (Surat Tanda Nomer Kendaraan). Polisi itu memberhentikan laju kendaraanku dan menuntunku menuju pinggiran jalan. Pak polisi itu membuka percakapan.
     “Selamat siang dek, mohon tunjukkan SIM dan STNKnya. Kenapa tidak menggunakan helm?”, tanya pak polisi.
     Aku terdiam lemas, aku sadar telah melanggar peraturan. Lalu aku dibawa kedalam kantor polisi untuk diperiksa. Aku lebih banyak terdiam karena saat itu aku benar-benar cemas, takut dimarahi orang tuaku.
     Aku berusaha menghubungi orang tuaku dengan cara menelponnya, dan menceritakan secara ringkas tentang kejadian yang aku alami.
     20 menit menunggu, ternyata yang datang menuju kantor polisi adalah Pak Agus, tetanggaku yang juga seorang polisi di daerah Sokaraja.
      Lalu beliau masuk kedalam dan berbincang-bincang dengan polisi yang tadi mencegatku, aku tidak mengerti apa yang mereka bicarakan karena mereka didalam ruangan sedangkan aku berada diluar.
      Selang beberapa lama, Pak Agus keluar dan berkata bahwa aku sudah boleh pulang. Dia juga berpesan kepadaku agar selalu menggunakan helm saat berkendara demi alasan keamanan dan keselamatan, dan masalah pun selesai.
Pesan moral : Ternyata mudah mengurus razia tilangan polisi.
Pesan moral tambahan : Carilah tetangga polisi.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik