TERANG DALAM DIRI
Manakala langit menarik malam
Yang jauh nampak melambai
Tak dipisahkan pekatnya hitam
Menyapa tak sendiri meski gelap tak bertepi
Betapapun kelam dunia ada terang dalam diri
Lentera hati redup bila lalai tersentuh
Tak guna menghujat diri bila buram menyelimuti hati
Kelamlah dada hasut hidup menyerah resah
Banjarbaru, 1 Februari 2009
LUBANG TAMBANGWAJAH SEMUSIM
Lubang-lubang raksasa menantang langit
Sembunyikan duka samarkan rasa takut
Hilang sudah keragaman dan kerabat dekat
Dibabat gelombang gemerlap khianat
Lubang hitam terbengkalai
Bergelimpangan dengan perut terburai
Sadis tergambar pembunuhan berantai
Meradang ditusuk bertubi-tubi
Berkubang air mata saat hujan menyapa
Menganga kaku, “Mengapa tidak kau ratakan saja!”
Hanya gemuruh mesin hisap jeritan luka
Kenikmatan laknat melahap bangkai sesama saudara
Banjarbaru, 26 Februari 2009
Wajah-wajah itu gentayangan
Siang malam tebar senyum menggoda
Panas tanpa setetes keringat tersentuh angin
Hujan membayang basah tempat berada
Wajah-wajah semusim itu memohon suara
Suara-suara itu terjerat ratapan hidup
Tiada waktu menatap wajah angkara
Terlalu buram wajah bersaksi dalam cahaya redup
Wajah-wajah itu mendadak peduli suara
Dan berkata, “Akulah wajah suara mu nan semu!”
Nampak kemelaratan menggantung asa
Menggiring janji setinggi angkasa hingga layu
0 komentar:
Posting Komentar