Cerpen
Paket-Paket Dendam
Karya: Salma Damayanti
Menurutku, Tuhan sangat tidak
adil! Ya, sangat tidak adil! Namaku
Gifte Andrea Malika, kalian pasti
berpikir namaku bagus, kan? Ya,
memang namaku bagus, Mama lah
yang memberikan nama itu
untukku tapi wajahku tidak
sebagus namaku.
Jika kalian melihatku, kalian pasti
akan mengejekku, sama seperti
teman-temanku.
Entahlah, wajahku memang terlihat
aneh dengan mata belo yang
hampir keluar dari pelupuk
mataku, hidung yang pesek, kulit
wajahku sebagian berwarna merah
seperti tersiram air panas, gigiku
tonggos dan badan yang sangat
kurus, membuatku terlihat seperti
tengkorak hidup. Padahal orang
tuaku cantik dan tampan, aku tidak
yakin aku ini anak kandung
mereka.
Sejak kecil aku memang tidak
punya teman, temanku hanyalah
seekor kucing manis yang kuberi
nama Mussy, dengan mata yang
berwarna biru, bila dibandingkan
denganku, mungkin lebih cantik si
Mussy ini.
Dari kecil aku selalu diejek oleh
teman-temanku, mereka selalu
membullyku. Pernah suatu hari
saat pulang sekolah, ketika itu pak
Musdi telat menjemputku. Teman-
temanku membullyku.
"Eh, mahluk aneh! Sini lo!" kata
Angel, sambil menyeretku menuju
toilet.
Aku yang memang tidak berani
melawan hanya nurut saja.
Sesampainya ditoilet, disana sudah
ada Ifta, Mika dan Reka.
"Kok aku dibawa kesini, emang
mau ngapain? Aku kan gak pengen
pipis." kataku dengan polosnya.
"Hahaha dasar tolol!" Angel
menoyor kepalaku.
Lalu, mereka mulai mendekatiku.
"Kalian mau ngapain? Aku harus
pulang, pasti Pak Musdi udah
nungguin aku diluar."
Mereka tak menggubris
omonganku, mereka semakin
mendekat. Ifta dan Reka
memegangi kedua tanganku,
sedangkan Angel membawa
gunting dan Mika membawa pilox.
Lalu, Angel mulai menggunting
rambutku sedangkan Mika mulai
memilox bajuku.
"Aaaa.., Ngel ampun! Kamu
ngapain? Salah aku apa sama
kamu?" kataku sambil meronta.
"Salah lo, lo mau tau salah lo
apa?!" Angel mengangkat daguku
"Salah lo, lo itu aneh! Jelek! Bikin
gue jijik ngeliat lo!" lanjutnya, lalu
mendorong wajahku sehingga
kepalaku terbentur tembok yang
ada dibelakangku.
"Aww.." aku mulai menangis, aku
hanya pasrah saja diperlakukan
seperti itu, kupikir jika aku
melawan mereka, mereka malah
akan makin menyakitiku.
******
Setelah kejadian itu, aku sakit hati,
aku dendam dengan Angel, Ifta,
Mika dan Reka. Terutama pada
Angel, itu sebabnya malam ini aku
akan mendatangi rumah mereka
masing-masing, aku akan balas
dendam pada mereka.
Setelah makan malam dan ngobrol-
ngobrol sebentar dengan Mama,
aku naik keatas, kekamarku untuk
menyiapkan segala sesuatunya
untuk membalas dendamku kepada
mereka.
Lalu, setelah jam menunjukan
pukul 00.00 Wib, aku langsung
turun dengan pelan-pelan agar
tidak ketahuan orang tuaku.
Lalu, aku membuka pintu dan
memanjat pagar.
Aku langsung menuju rumah Angel.
"Malaikat pencabut nyawa segera
datang, Angel Triani!" gumamku.
Setelah sampai didepan rumah
Angel, aku langsung menuju
jendela kamarnya lalu menyusup
masuk melalui jendela kamarnya
yang sudah kucangkel dengan
linggis.
Setelah aku berhasil masuk, aku
langsung menghampiri Angel yang
sedang tertidur pulas.
Aku langsung mengeluarkan golok
yang sudah kubawa dari rumah, ku
dekati Angel.
Tiba-tiba..
"Siapa kamu?!" Angel tidak
mengenaliku, karena aku memakai
topeng.
Aku tak menggubrisnya, aku
langsung mendekatinya dan
mendekatkan golok ke lehernya.
"Tolong....!" teriaknya, sedetik
kemudian, aku langsung menggorok
lehernya.
Darah segarpun mengalir dengan
derasnya, seperti air terjun saja.
Aku tersenyum senang melihatnya
seperti itu dengan tubuh yang
berlumuran darah dan sekarat.
"To.. Tolong..!" ujarnya dengan
suara yang sangat lemah, lalu ia
memejamkan mata dan saat itu,
aku tahu ia sudah tak bernyawa!
Lalu, aku mulai memotong
telinganya, kemudian tangannya,
lalu aku membelah perutnya.
Semua isi perutnya keluar
berantakan, akhirnya setelah puas,
aku mengambil sebagian organ
tubuhnya untuk meneror Ifta, Reka
dan Mika.
Kutaruh organ tubuh Angel yang
masih berlumuran darah didepan
rumah mereka masing-masing.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar