Yang disebut chicklit atau chick literature menurut Dewi Lestari,
penyanyi dan penulis buku Supernova, yakni novel fiksi yang ditulis oleh
wanita dan bertutur tentang wanita, terutama dari kalangan perkotaan
yang mandiri dari segi sosial dan ekonomi. Kata Dewi, "Tokoh dalam
chicklit usianya berkisar antara 20 hingga 30-an, belum menikah dan
biasanya kisahnya seputar karier, kehidupan cinta atau romantisisme,
lengkap dengan detil kesehariannya." Bahasa yang digunakan juga sangat
mudah dicerna karena menggunakan bahasa sehari-hari. Selain itu
istilah-istilah dalam chicklit banyak mencantumkan kosakata modern yang
sudah tidak asing lagi di kalangan wanita, seperti misalnya Prada,
Armani, Manolo Blahnik, atau Jimmy Choo, yakni merk-merk tas dan sepatu
ternama yang amat disukai wanita. Apa yang ada dalam chicklit adalah
cermin wanita urban masa kini.
Salah satu situs tentang chicklit di
internet juga menguraikan hal serupa. Menurut www.chicklit.us,
pengertian chicklit mengacu pada literatur modern khusus wanita. Cerita
dalam chicklit menuturkan wanita yang tengah mencari pasangan hidupnya.
Kisahnya lucu, ada unsur humornya, cerdas dan sangat menghibur.
Umpamanya
cerita dalam salah satu chicklit yang berjudul Jemima J karya Jane
Green, Jemima adalah wanita yang kehilangan rasa percaya diri karena
bertubuh gemuk. Ia sering menjadi bahan olok-olok teman-temannya. Ketika
ia mengenal internet, ia pun mencari pasangan lewat chatting. Ia
berkenalan dengan Brad, pria tampan yang tinggal di Los Angeles. Demi
agar dicintai Brad, Jemima ingin mengurangi merubah dirinya menjadi
sosok yang langsing, cantik dan atletis. Berkat fitness dan diet
mati-matian akhirnya Jemima berhasil menjadi seperti yang ia inginkan.
Kelucuan terjadi ketika Jemima menemukan foto-foto Brad yang sedang
bermesraan dengan seorang wanita gemuk. Brad pun akhirnya mengakui bahwa
ia sebenarnya terobsesi pada wanita bertubuh gemuk, tetapi ia malu
mengakuinya. Kisah Jemima ini juga menjadi cerminan dari banyaknya
wanita yang terobsesi untuk memiliki tubuh yang langsing. Tapi, seperti
yang ingin disampaikan Jane Green, ternyata bertubuh langsing tidak
selalu memberi kebahagiaan.
Seperti dalam novel Jemima J, cerita
dalam chicklit kebanyakan berakhir bahagia, dikisahkan akhirnya si tokoh
menemukan pasangan hidup atau cinta sejatinya. Setelah patah hati
dengan Brad, Jemima bertemu dengan Benjamin, teman kantornya dulu, dan
mereka saling jatuh cinta. Begitu juga Becky, si gila Belanja yang
dikisahkan dalam novel ketiganya yakni Shopaholic Ties the Knot, Becky
dilamar oleh Luke, pria idamannya. Mengenai akhir cerita semacam ini
Dewi berpendapat, "Tidak bisa dikatakan stereotype bahwa chiklit itu
harus diakhiri dengan menikahnya si tokoh. Chicklit masih akan terus
berevolusi. Waktu yang akan membuktikannya," ujarnya. Kenyataannya ada
juga chicklit yang tokohnya tetap tidak menikah hingga akhir cerita,
Bridget jones dalam Bridget Jones's Diary, misalnya.
Laris
Sebagian
besar chicklit yang beredar di pasaran adalah karya terjemahan. Di luar
negeri chicklit memang sangat popular, seperti misalnya di Amerika
Serikat, Inggris, Irlandia, India, imbasnya sampai ke Indonesia.
Menurut Dewi, "Chicklit itu suatu genre baru di dunia penerbitan.
Sebelumnya, istilah chicklit sama sekali belum dikenal," katanya.
Disebut-sebut fenomena ini dipelopori oleh Helen Fielding, penulis asal
Amerika Serikat lewat novelnya yang berjudul Bridget Jones's Diary tahun
1996, yang kemudian menjadi best seller di tahun 1998 dan berhasil
meraup keuntungan sebesar $71 juta dollar. Saking larisnya novel ini pun
diangkat ke layar lebar oleh sutradara Sharon Maguire. Tak lama setelah
itu berbagai macam novel yang bertutur seputar keseharian wanita lajang
dan modern pun bermunculan, masyarakat menyebutnya sebagai chicklit.
Demam
chicklit di luar negeri ini segera 'ditangkap' oleh penerbit-penerbit
di Indonesia. Salah satu penerbit yang kemudian banyak menerjemahkan
beberapa chicklit asing ke dalam bahasa Indonesia adalah Gramedia
Pustaka Utama (GPU). Menurut kepala bagian pemasaran fiksi V.Tuwadi,
"Untuk buku-buku chicklit, kami menambahkan label khusus yakni being
single and happy pada sampul depannya. Hal ini kami maksudkan karena
sasaran pembelinya adalah wanita karier usia 20 hingga 30-an tahun,"
ujarnya.
Ternyata langkah yang dilakukan Gramedia dengan memberi
label khusus itu adalah langkah yang tepat. Buktinya, "Novel Confession
of Shopaholic yang diterjemahkan menjadi Pengakuan Si Gila Belanja sudah
naik cetak hingga tiga kali," ujar Tuwadi. Tinggal hitung saja, kalau
sekali cetak sebanyak sepuluh ribu eksemplar, tinggal dikalikan tiga
sehingga total berjumlah 30 ribu eksemplar. Angka yang cukup fantastis
mengingat bisanya buku lain hanya dicetak sebanyak tiga ribu eksemplar.
Rata-rata buku chicklit lainnya juga sudah naik cetak hingga dua kali.
Tak
hanya chicklit terjemahan yang beredar di pasaran, beberapa penulis
Indonesia turut pula meramaikan genre baru ini. Antara lain wanita asal
Bandung bernama Nisha Rahmanti yang membuat novel berjudul Cintapuccino,
dan Alberthiene Endah dengan novelnya berjudul Jodoh Monica. Novel
Cintapuccino bahkan sudah terjual sebanyak 30 ribu eksemplar.
Mendongkrak minat baca
Kehadiran
chicklit mendapat berbagai tanggapan. Ada yang menilai bahwa chicklit
hanyalah karya yang dangkal, lain halnya dengan novel sastra yang
dinilai lebih berbobot. Mengenai hal ini Dewi membantah pembedaan
chicklit dengan novel sastra, "Masing-masing karya ada penikmatnya
sendiri-sendiri, baik sastra ataupun chicklit. Saya sendiri tidak setuju
dengan penggolongan berat atau ringan tersebut. Kecenderungan orang
untuk mengkategorikan itu dengan maksud untuk mempermudah saja, yang
berbeda hanyalah pengemasannya. Saya lihat chicklit juga banyak yang
bagus," katanya.
Fenomena larisnya buku-buku chicklit adalah hal
yang positif. Dewi berujar, "Larisnya chicklit berarti menunjukkan
peningkatan minat baca masyarakat, khususnya wanita. Memang dengan
adanya chicklit gejala minat baca semakin meluas. Yang tadinya malas
atau takut menyentuh buku, sekarang mulai menyukai buku. Tidak masalah
orang memilih chicklit atau komik sekalipun, yang paling penting adalah
mentradisikan budaya membaca itu sendiri. Semakin banyak pemain dalam
industri buku itu semakin bagus," kata Dewi .
Eliza (28), seorang
desainer grafis yang mengaku gemar membaca chicklit, mengatakan,
"Sepulang dari kantor, setelah capek dengan pekerjaan yang menumpuk,
saya berisitrahat sembari membaca chicklit. Rasanya fun banget dan
pikiran menjadi segar," ungkapnya. Lain Eliza lain lagi dengan Sari
(31), staf marketing perusahaan swasta, menurutnya, "Chiklit itu gue
banget, deh! Apalagi kisah Becky, tokoh dalam novel Shopaholic, persis
dengan kasus saya yang sering tidak bisa menahan keinginan untuk
belanja. Tapi setelah membaca novel Shopaholic, saya jadi berhati-hati
menggunakan kartu kredit, agar kasusnya tidak separah Becky yang
terbelit hutang, hahaha," ujarnya tergelak.
Fenomena booming chicklit
ini nampaknya masih akan berlangsung terus. Selain chicklit ada juga
yang disebut teenlit yakni novel untuk remaja. Al hasil, industri buku
pun kini semakin ramai. Dewi berkomentar, "Ini adalah gejala yang
positif, kalau masalah buku dan dunia tulis menulis, semakin banyak
pemain justru semakin bagus," ujarnya.
Chicklit yang pernah kubaca:
1. The Devil Wears Prada
Lauren Weisberger/ Broadway Books New York (2003)
Banyak
orang membayangkan bekerja di majalah sungguh menyenangkan, apalagi
jika mendapat iming-iming bisa mejadi loncatan bekerja di majalah
manapun yang diinginkan. Itulah kenapa Andrea Sachs bersedia menerima
pekerjaan sebagai asisten pemimpin redaksi di majalah Runway, majalah
mode terkemuka di Amerika Serikat. Namun ternyata kenyataan berbicara
lain, pekerjaannya tak semudah yang dibayangkan, Andrea harus bisa tahan
dengan bosnya, Miranda Priestley yang perfeksionis dan sangat galak.
Permintaan MIranda juga seringkali mustahil untuk dituruti. Seperti
misalnya harus mencari artikel di Koran yang ia tidak tahu namannya,
mencari laci di toko antik di rimba New York. Mampukah Andrea bertahan
hingga setahun?
2. Confessions of a Shopaholic
Sophie Kinsella/ Bantam Dell New York (2003)
Becky
Bloomwood adalah seorang jurnalis di bidang keuangan. Tentu saja, ia
tahu betul masalah keuangan dan sering diminta menjadi konsultan.
ironisnya, ia gila belanja. Baginya, belanja adalah semacam terapi
ketika ia sedang menghadapi masalah. Tapi kali ini Becky sudah
kebabalasan, ia dikejar-kejar surat-surat tagihan. Ia tahu ia harus
berhenti, namun ia tidak bisa melakukannya. Ia mencoba mengurangi
pengeluaran, mencoba memperbesar penghasilan, tapi tak ada yang
berhasil. Satu-satunya penghiburan adalah membeli sesuatu... sesuatu
untuk dirinya sendiri. Akhirnya sebuah kisah mengusik hatinya dan
menggugah rasa tanggung jawabnya, dan artikelnya di halaman depan
menggulirkan rangkaian kejadian yang akan mengubah hidupnya-selamanya.
3. Jodoh Monica
Alberthiene Endah/ Gramedia (2004)
Monica
Susanti wanita karier sukses di perusahaan periklanan. Di usianya yang
sudah 34 tahun, satu-satunya kekurangannya adalah sulit mendapat jodoh.
Dia menyesali masa muda yang dihabiskannya untuk ambisi mengejar karier.
Ia pun kerap menjadi bahan olok-olok teman-teman kerjanya. Di saat
depresi menanti jodoh datang, dia banyak mengalami peristiwa
menggelikan, sekaligus berpotensi memberinya calon pasangan hidup!
Hingga suatu hari ia bertemu dengan Mike, pria flamboyan yang tampan dan
sukses, yang tiba-tiba menyatakan cinta padanya. Inikah jodohnya?
4. Indiana Chronicle Blues
Clara Ng/Gramedia
Indiana
hampir mendapatkan apa yang diimpikannya, karier yang sukses dan
menikah dengan pria impian. Namun sejak kecelakaan pesawat di Kalimantan
menimpanya, serentetan masalah menghampirinya. Ia dipecat dari kantor
dan tunangannya tiba-tiba memutuskannya. Ia pun harus memulai segalanya
dari nol lagi, betapapun beratnya. Masalah baru pun muncul, Francis,
mantan tunangannya meminta maaf dan ingin kembali padanya, sementara ia
juga jatuh cinta pada Charles, pria yang mengalami kecelakaan pesawat
bersamanya. Siapa yang harus ia pilih karena keduanya sama-sama menawan
hatinya?
5. For Matrimonial Purposes
Kavita Daswani/ Gramedia
Anju
adalah wanita India yang dibesarkan dalam keluarga yang menganut
tradisi yang kolot. Di India, pernikahan adalah hal yang sangat penting
bagi wanita. Untuk itu sejak usia belasan tahun, orang tuanya terus
mencarikan jodoh yang tepat untuknya, namun tidak pernah diterima Anju,
karena belum merasa belum ada yang tepat baginya. Ia pun memutuskan
untuk merantau bekerja ke Amerika Serikat agar bisa menjalani kehidupan
sendiri, lepas dari kungkungan adat. Tapi dugaannya salah, hampir setiap
kali ada famili atau temannya menikah, ia diharuskan pulang ke India
oleh orang tuanya dengan harapan bertemu dengan pria lajang di pesta
perkawinan. Penantiannya yang panjang tak sia-sia, ia dikenalkan
temannya pada Rohan, pria India yang bekerja di Inggris, yang juga
sedang menanti jodoh.
6. Diary of a Mad Bride
Laura Wolf/ Gramedia (2003)
Amy,
seorang wanita karier yang mandiri, belum terpikir untuk menikah.
Baginya pernikahan hanyalah akan mengubah wanita mandiri sepertinya
menjadi wanita yang histeris. Tapi saat Stephen melamarnya dalam antrean
membeli snack di bioskop, Amy tidak sanggup menolaknya. Kapan lagi dia
bisa menemukan pria yang benar-benar baik dan mencintai sekaligus
dicintainya? Mulailah semua kegilaan mempersiapkan pernikahan. Meskipun
bertekad tidak akan kehilangan akal sehat, Amy tetap harus menghadapi
berbagai tantangan untuk peristiwa sekali seumur hidup itu. Buku panduan
calon pengantin yang terlalu sempurna, anggaran pernikahan yang terlalu
sedikit, tempat resepsi dan katering yang terlalu mahal, pendeta yang
ternyata suka buang air sembarangan, gaun pengantin jelek ala pedesaan,
dan susahnya mencari sepatu yang cocok dengan gaun pengantinnya.
Menjelang pernikahan adalah saat-saat yang paling menegangkan dalam
hidup Amy.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar