Translate

mengenai novel chicklit

Written By iqbal_editing on Rabu, 10 Agustus 2016 | 01.21

Yang disebut chicklit atau chick literature menurut Dewi Lestari, penyanyi dan penulis buku Supernova, yakni novel fiksi yang ditulis oleh wanita dan bertutur tentang wanita, terutama dari kalangan perkotaan yang mandiri dari segi sosial dan ekonomi. Kata Dewi, "Tokoh dalam chicklit usianya berkisar antara 20 hingga 30-an, belum menikah dan biasanya kisahnya seputar karier, kehidupan cinta atau romantisisme, lengkap dengan detil kesehariannya." Bahasa yang digunakan juga sangat mudah dicerna karena menggunakan bahasa sehari-hari. Selain itu istilah-istilah dalam chicklit banyak mencantumkan kosakata modern yang sudah tidak asing lagi di kalangan wanita, seperti misalnya Prada, Armani, Manolo Blahnik, atau Jimmy Choo, yakni merk-merk tas dan sepatu ternama yang amat disukai wanita. Apa yang ada dalam chicklit adalah cermin wanita urban masa kini.
Salah satu situs tentang chicklit di internet juga menguraikan hal serupa. Menurut www.chicklit.us, pengertian chicklit mengacu pada literatur modern khusus wanita. Cerita dalam chicklit menuturkan wanita yang tengah mencari pasangan hidupnya. Kisahnya lucu, ada unsur humornya, cerdas dan sangat menghibur.
Umpamanya cerita dalam salah satu chicklit yang berjudul Jemima J karya Jane Green, Jemima adalah wanita yang kehilangan rasa percaya diri karena bertubuh gemuk. Ia sering menjadi bahan olok-olok teman-temannya. Ketika ia mengenal internet, ia pun mencari pasangan lewat chatting. Ia berkenalan dengan Brad, pria tampan yang tinggal di Los Angeles. Demi agar dicintai Brad, Jemima ingin mengurangi merubah dirinya menjadi sosok yang langsing, cantik dan atletis. Berkat fitness dan diet mati-matian akhirnya Jemima berhasil menjadi seperti yang ia inginkan. Kelucuan terjadi ketika Jemima menemukan foto-foto Brad yang sedang bermesraan dengan seorang wanita gemuk. Brad pun akhirnya mengakui bahwa ia sebenarnya terobsesi pada wanita bertubuh gemuk, tetapi ia malu mengakuinya. Kisah Jemima ini juga menjadi cerminan dari banyaknya wanita yang terobsesi untuk memiliki tubuh yang langsing. Tapi, seperti yang ingin disampaikan Jane Green, ternyata bertubuh langsing tidak selalu memberi kebahagiaan.
Seperti dalam novel Jemima J, cerita dalam chicklit kebanyakan berakhir bahagia, dikisahkan akhirnya si tokoh menemukan pasangan hidup atau cinta sejatinya. Setelah patah hati dengan Brad, Jemima bertemu dengan Benjamin, teman kantornya dulu, dan mereka saling jatuh cinta. Begitu juga Becky, si gila Belanja yang dikisahkan dalam novel ketiganya yakni Shopaholic Ties the Knot, Becky dilamar oleh Luke, pria idamannya. Mengenai akhir cerita semacam ini Dewi berpendapat, "Tidak bisa dikatakan stereotype bahwa chiklit itu harus diakhiri dengan menikahnya si tokoh. Chicklit masih akan terus berevolusi. Waktu yang akan membuktikannya," ujarnya. Kenyataannya ada juga chicklit yang tokohnya tetap tidak menikah hingga akhir cerita, Bridget jones dalam Bridget Jones's Diary, misalnya.

Laris
Sebagian besar chicklit yang beredar di pasaran adalah karya terjemahan. Di luar negeri chicklit memang sangat popular, seperti misalnya di Amerika Serikat, Inggris, Irlandia, India, imbasnya sampai ke Indonesia. Menurut Dewi, "Chicklit itu suatu genre baru di dunia penerbitan. Sebelumnya, istilah chicklit sama sekali belum dikenal," katanya. Disebut-sebut fenomena ini dipelopori oleh Helen Fielding, penulis asal Amerika Serikat lewat novelnya yang berjudul Bridget Jones's Diary tahun 1996, yang kemudian menjadi best seller di tahun 1998 dan berhasil meraup keuntungan sebesar $71 juta dollar. Saking larisnya novel ini pun diangkat ke layar lebar oleh sutradara Sharon Maguire. Tak lama setelah itu berbagai macam novel yang bertutur seputar keseharian wanita lajang dan modern pun bermunculan, masyarakat menyebutnya sebagai chicklit.
Demam chicklit di luar negeri ini segera 'ditangkap' oleh penerbit-penerbit di Indonesia. Salah satu penerbit yang kemudian banyak menerjemahkan beberapa chicklit asing ke dalam bahasa Indonesia adalah Gramedia Pustaka Utama (GPU). Menurut kepala bagian pemasaran fiksi V.Tuwadi, "Untuk buku-buku chicklit, kami menambahkan label khusus yakni being single and happy pada sampul depannya. Hal ini kami maksudkan karena sasaran pembelinya adalah wanita karier usia 20 hingga 30-an tahun," ujarnya.
Ternyata langkah yang dilakukan Gramedia dengan memberi label khusus itu adalah langkah yang tepat. Buktinya, "Novel Confession of Shopaholic yang diterjemahkan menjadi Pengakuan Si Gila Belanja sudah naik cetak hingga tiga kali," ujar Tuwadi. Tinggal hitung saja, kalau sekali cetak sebanyak sepuluh ribu eksemplar, tinggal dikalikan tiga sehingga total berjumlah 30 ribu eksemplar. Angka yang cukup fantastis mengingat bisanya buku lain hanya dicetak sebanyak tiga ribu eksemplar. Rata-rata buku chicklit lainnya juga sudah naik cetak hingga dua kali.
Tak hanya chicklit terjemahan yang beredar di pasaran, beberapa penulis Indonesia turut pula meramaikan genre baru ini. Antara lain wanita asal Bandung bernama Nisha Rahmanti yang membuat novel berjudul Cintapuccino, dan Alberthiene Endah dengan novelnya berjudul Jodoh Monica. Novel Cintapuccino bahkan sudah terjual sebanyak 30 ribu eksemplar.

Mendongkrak minat baca
Kehadiran chicklit mendapat berbagai tanggapan. Ada yang menilai bahwa chicklit hanyalah karya yang dangkal, lain halnya dengan novel sastra yang dinilai lebih berbobot. Mengenai hal ini Dewi membantah pembedaan chicklit dengan novel sastra, "Masing-masing karya ada penikmatnya sendiri-sendiri, baik sastra ataupun chicklit. Saya sendiri tidak setuju dengan penggolongan berat atau ringan tersebut. Kecenderungan orang untuk mengkategorikan itu dengan maksud untuk mempermudah saja, yang berbeda hanyalah pengemasannya. Saya lihat chicklit juga banyak yang bagus," katanya.
Fenomena larisnya buku-buku chicklit adalah hal yang positif. Dewi berujar, "Larisnya chicklit berarti menunjukkan peningkatan minat baca masyarakat, khususnya wanita. Memang dengan adanya chicklit gejala minat baca semakin meluas. Yang tadinya malas atau takut menyentuh buku, sekarang mulai menyukai buku. Tidak masalah orang memilih chicklit atau komik sekalipun, yang paling penting adalah mentradisikan budaya membaca itu sendiri. Semakin banyak pemain dalam industri buku itu semakin bagus," kata Dewi .
Eliza (28), seorang desainer grafis yang mengaku gemar membaca chicklit, mengatakan, "Sepulang dari kantor, setelah capek dengan pekerjaan yang menumpuk, saya berisitrahat sembari membaca chicklit. Rasanya fun banget dan pikiran menjadi segar," ungkapnya. Lain Eliza lain lagi dengan Sari (31), staf marketing perusahaan swasta, menurutnya, "Chiklit itu gue banget, deh! Apalagi kisah Becky, tokoh dalam novel Shopaholic, persis dengan kasus saya yang sering tidak bisa menahan keinginan untuk belanja. Tapi setelah membaca novel Shopaholic, saya jadi berhati-hati menggunakan kartu kredit, agar kasusnya tidak separah Becky yang terbelit hutang, hahaha," ujarnya tergelak.
Fenomena booming chicklit ini nampaknya masih akan berlangsung terus. Selain chicklit ada juga yang disebut teenlit yakni novel untuk remaja. Al hasil, industri buku pun kini semakin ramai. Dewi berkomentar, "Ini adalah gejala yang positif, kalau masalah buku dan dunia tulis menulis, semakin banyak pemain justru semakin bagus," ujarnya.

Chicklit yang pernah kubaca:
1. The Devil Wears Prada
Lauren Weisberger/ Broadway Books New York (2003)
Banyak orang membayangkan bekerja di majalah sungguh menyenangkan, apalagi jika mendapat iming-iming bisa mejadi loncatan bekerja di majalah manapun yang diinginkan. Itulah kenapa Andrea Sachs bersedia menerima pekerjaan sebagai asisten pemimpin redaksi di majalah Runway, majalah mode terkemuka di Amerika Serikat. Namun ternyata kenyataan berbicara lain, pekerjaannya tak semudah yang dibayangkan, Andrea harus bisa tahan dengan bosnya, Miranda Priestley yang perfeksionis dan sangat galak. Permintaan MIranda juga seringkali mustahil untuk dituruti. Seperti misalnya harus mencari artikel di Koran yang ia tidak tahu namannya, mencari laci di toko antik di rimba New York. Mampukah Andrea bertahan hingga setahun?

2. Confessions of a Shopaholic
Sophie Kinsella/ Bantam Dell New York (2003)
Becky Bloomwood adalah seorang jurnalis di bidang keuangan. Tentu saja, ia tahu betul masalah keuangan dan sering diminta menjadi konsultan. ironisnya, ia gila belanja. Baginya, belanja adalah semacam terapi ketika ia sedang menghadapi masalah. Tapi kali ini Becky sudah kebabalasan, ia dikejar-kejar surat-surat tagihan. Ia tahu ia harus berhenti, namun ia tidak bisa melakukannya. Ia mencoba mengurangi pengeluaran, mencoba memperbesar penghasilan, tapi tak ada yang berhasil. Satu-satunya penghiburan adalah membeli sesuatu... sesuatu untuk dirinya sendiri. Akhirnya sebuah kisah mengusik hatinya dan menggugah rasa tanggung jawabnya, dan artikelnya di halaman depan menggulirkan rangkaian kejadian yang akan mengubah hidupnya-selamanya.

3. Jodoh Monica
Alberthiene Endah/ Gramedia (2004)
Monica Susanti wanita karier sukses di perusahaan periklanan. Di usianya yang sudah 34 tahun, satu-satunya kekurangannya adalah sulit mendapat jodoh. Dia menyesali masa muda yang dihabiskannya untuk ambisi mengejar karier. Ia pun kerap menjadi bahan olok-olok teman-teman kerjanya. Di saat depresi menanti jodoh datang, dia banyak mengalami peristiwa menggelikan, sekaligus berpotensi memberinya calon pasangan hidup! Hingga suatu hari ia bertemu dengan Mike, pria flamboyan yang tampan dan sukses, yang tiba-tiba menyatakan cinta padanya. Inikah jodohnya?

4. Indiana Chronicle Blues
Clara Ng/Gramedia
Indiana hampir mendapatkan apa yang diimpikannya, karier yang sukses dan menikah dengan pria impian. Namun sejak kecelakaan pesawat di Kalimantan menimpanya, serentetan masalah menghampirinya. Ia dipecat dari kantor dan tunangannya tiba-tiba memutuskannya. Ia pun harus memulai segalanya dari nol lagi, betapapun beratnya. Masalah baru pun muncul, Francis, mantan tunangannya meminta maaf dan ingin kembali padanya, sementara ia juga jatuh cinta pada Charles, pria yang mengalami kecelakaan pesawat bersamanya. Siapa yang harus ia pilih karena keduanya sama-sama menawan hatinya?


5. For Matrimonial Purposes
Kavita Daswani/ Gramedia
Anju adalah wanita India yang dibesarkan dalam keluarga yang menganut tradisi yang kolot. Di India, pernikahan adalah hal yang sangat penting bagi wanita. Untuk itu sejak usia belasan tahun, orang tuanya terus mencarikan jodoh yang tepat untuknya, namun tidak pernah diterima Anju, karena belum merasa belum ada yang tepat baginya. Ia pun memutuskan untuk merantau bekerja ke Amerika Serikat agar bisa menjalani kehidupan sendiri, lepas dari kungkungan adat. Tapi dugaannya salah, hampir setiap kali ada famili atau temannya menikah, ia diharuskan pulang ke India oleh orang tuanya dengan harapan bertemu dengan pria lajang di pesta perkawinan. Penantiannya yang panjang tak sia-sia, ia dikenalkan temannya pada Rohan, pria India yang bekerja di Inggris, yang juga sedang menanti jodoh.

6. Diary of a Mad Bride
Laura Wolf/ Gramedia (2003)
Amy, seorang wanita karier yang mandiri, belum terpikir untuk menikah. Baginya pernikahan hanyalah akan mengubah wanita mandiri sepertinya menjadi wanita yang histeris. Tapi saat Stephen melamarnya dalam antrean membeli snack di bioskop, Amy tidak sanggup menolaknya. Kapan lagi dia bisa menemukan pria yang benar-benar baik dan mencintai sekaligus dicintainya? Mulailah semua kegilaan mempersiapkan pernikahan. Meskipun bertekad tidak akan kehilangan akal sehat, Amy tetap harus menghadapi berbagai tantangan untuk peristiwa sekali seumur hidup itu. Buku panduan calon pengantin yang terlalu sempurna, anggaran pernikahan yang terlalu sedikit, tempat resepsi dan katering yang terlalu mahal, pendeta yang ternyata suka buang air sembarangan, gaun pengantin jelek ala pedesaan, dan susahnya mencari sepatu yang cocok dengan gaun pengantinnya. Menjelang pernikahan adalah saat-saat yang paling menegangkan dalam hidup Amy.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik