3.
MONOGATARI, SETSUWA DAN OTOGIZOOSHI
Monogatari
Hikayat masih juga giat ditulis meskipun telah memasuki Zaman
Kamakura, tetapi penulisan ini mempunyai sifat yaitu kecenderungan untuk
mengenang kembali kehidupan kaum istana. Diantaranya banyak karya yang ditulis
panjang lebar, meniru gaya tulisan Genji
Monogatari (Hikayat Genji) yang muncul sebelumnya.
Pada tahap pertama muncullah karya-karya seperti Sumiyoshi Monogatari (Hikayat
Sumiyoshi), Iwashimizu Monogatari (Hikayat
Iwashimizu) dan Matsuranomiya Monogatari
(Hikayat Matsuranomiya) dan lain-lain. Ketiga cerita ini mempunyai ciri-ciri
tersendiri yang cukup menonjol, tetapi selain karya-karya tersebut hamper semua
cerita yang muncul kemudian terdiri dari cerita klasik dan menghilang pada
akhir Zaman Kamakura.
Pada awal Zaman Kamakura muncul seua buku kritik dan komentar
terhadaphikayat berjudul Mumyoozooshi
yang sangat mengangungkan Genji
Monogatari dan juga memuat kritikan terhadap hikayat yang muncul sesudah
itu, yang diuraikan berdasarkan zamannya. Pada masa mundurnya kesusastraan yang
berpusat pada hikayat ini, yang sangat menarik perhatian adalah munculnya
beberapa karya kritikan yang mencatat tentang sejarah hikayat itu sendiri.
Cerita Sejarah
Untuk meneruskan langkah-langkah yang dirintis dalam bidang cerita
sejarah pada zaman sebelumnya, pada permulaan abad pertengahan ditulislah
cerita sejarah dengan judul Mizukagami.
Mizukagami ditulis untuk melengkapi
cerita sejarah berjudul Ookagami dan Imakagami yang sudah ada sebelumnya.
Dalam Mizukagami dikisahkan cerita
sejak Jinmu Tennoo sampai Ninmyoo Tennoo sebanyak 54 generasi berikut
kronologinya selama 1500 tahun. Cerita sejarah yang terakhir adalah Masukagami, yang disebut-sebut sebagai
hasil karya Nijoo Yoshimoto. Masukagami mengisahkan kejadian-kejadian sejak
lahirnya Gotoba Tennoo sampai kembalinya Godaigo Tennoo dari pengasingan di
pulau Oki ke Kyooto, yang mencakup kisah 15 generasi dan berlangsung selama
kurang lebih 150 tahun. Masukagami
adalah karya tulis klasik yang indah dan bernilai tinggi yang merupakan cerita
sejarah yang bersumber pada kraton, dan dapat dikatakan mempunyai nilai sejarah
dengan Ookagami.
Argumentasi Sejarah
Kemudian muncullah buku berjudul Gukanshoo yang merupakan kesusastraan sejarah yang berisikan
argumentasi sejarah. Selain Gukanshoo muncul pula buku yang sejenis yaitu Jinnooshootooki. Gukanshoo adalah karya seorang penyair bernama Jien, mengisahkan
bagian-bagian penting dalam sejarah mulai dari Jinmu Tennoo sampai Juntoku
Tennoo dan juga menguraikan teori sejarah. Tidak seperti lazimnyacerita-cerita
sejarah yang hanya menoleh ke belakang saja, di dalam Gukanshoo kita diajak memperhatikan pergerakan zaman yang sedang
berlangsung, untuk menentukan langkah yang akan di ambil bagi masa yang akan
datang. Gukanshoo ditulis dengan mempergunakan
bahasa rakyat agar dapat dengan mudah dimengerti pembacanya. Hal ini sangat
berbeda skali dengan tulisan-tulisan sebelumnya.
Jinnooshootooki
mengisahkan
bagian-bagian penting sejarah yang dimulai sejak masa sebelum Jinmu Tenno sampai
naik tahtanya Gomurakami Tenno termasuk komentar dan kritik. Masa ini
diperkirakan lamanya kira-kira 2000 tahun.
Jinooshootooki
tidak
berbeda dengan Gukanshoo, yaitu Jinnooshootooki juga menguraikan teori
tentang pemerintahan yang diperuntukkan bagiu Tennoo yang masih dibawah umur.
Karya ini memberikan perasaan cinta tanah air kepada pembaca
dan juga merupakan argumentasi sejarah yang memiliki nilai kesusastraan yang
memikat pembaca.
Gunki Monogatari
Gunki Monogatari (Cerita Peperangan) sebagai kesusastraan yang
menggambarkan sejarah, dianggap memliki nilai yang tinggi. Meskipun pada zaman
Heian telah ada Masakadoki yaitu
catatan pertempuran yang ditulis dengan Kanbun (gaya penulisan) dan Konjaku Monogatarishuu (Kumpulan Cerita
Lama) yang mengandung beberapa bab yang berisi cerita peperangan, tetapi kedua
cerita ini belum dapat dikatakan sebagai kesusastraan yang istimewa.
Beberapa cerita yang termasuk Gunki Monogatari antara lain
adalah Hoogen Monogatari (Hikayat Hoogen), Heiji Monogatari (Hikayat Heiji),
Heike Monogatari (Hikayat Heike), Taiheiki (Hikayat Taihei), Soga Monogatari
(Hikayat Soga) dan Gikeiki Monogatari (Hikayat Gikei).
Hoogen Monogatari dan Heiji Monogatari
Hoogen
Monogatari dan Heiji
Monogatari masing-masing terdiri dari tiga jilid, ditulis pada permulaa
Zaman Kamakura. Kedua cerita ini tidak diketahui siapa pengarangnya. Hoogen Monogatari menggambarkan
Pemberontakan Hoogen (1156) dan Heiji
Monogatari menggambarkan Pemberontakan Heiji (1159), yang dapat dikatakan
sebagai permulaan sejarah politik samurai, karena menggambarkan kelemahan dan
peruntuhan kaum bangsawan serta bangunnya kekuatan kaum samurai.
YangmenjadipahlawandalamHoogeMonogatari adalahseorangsamuraibernamaMinamoto dan Tametomo,
dan pahlawan dalam Heiji Monogatari adalah
Akugenda yoshihira, keduanya di likiskan sangat berani dan gagah perkasa. Kedua
cerita ini melukiskan gambaran manusia baru yaitu kaum samurai. Pengarangnya
dengan indahnya melukiskan perpaduan antara semangat kepahlawanan pada waktu
pertempuran dan kesedihan setelah peperangan berakhir.
Heike Monogatari
Heike
Monogatari biasanya terdiri dari 12 jilid yang ditambah
dengan Kanjoo no Maki, sehingga menjadi 13 jilid, tetapi selain itu ada juga
buku yag terdiri 6 jilid, 12 jilid dan 20 jilid. Selain bentuk seperti itu, ada
juga buku bernama Genpei Joosuiki
(cerita tentang masa jaya dan hancurnya Genji dan Heishi) yang berjumlah 48
jilid. Mungkin aslinya terdiri dari 3 jilid yang dibuat pada Zaman Kamakura,
tetapi sejalan dengan perkembangan zaman diperkirakan makin lama makin bertambah banyak. Mengenai pengarangnya
terdapat beberapa pendapat, tetapi dugaan yang paling kuat adalah Shinano no
Zenji Yukinaga, seperti yang tertulis dalam Tsurezure
Gusa bagian ke-226.
Yukinaga adalah seorang bangsawan yang mempunyai pengetahuan
luas dan bekerja pada Gotobain.
Heike
Monogatari adalah hasil kerja sama antara sastrawan dari
keluarga bangsawan yang sudah menjadi pendeta agama Budha yaitu Yukinaga dan
seniman yang berasal dari rakyat jelata yaitu Shoobutsu yang mempunyai hubungan
erat dengan kaum samurai yang sedang berkuasa. Dalam isi cerita terlihat pula
hubungan yang erat dengan agama Budha. Heike
Monogatari juga menceritakan tentang tentang berdiri dan runtuhnya keluarga
Heike dan munculnya keluarga Genji.
Cerita yang ada dalam Heiki
Monogatari ini dapat juga disebut sebagai seni rakyat zaman pertengahan,
yang mempunyai pengaruh besar pada kesusastraan setelah zaman Kamakura.
Taiheiki
Buku Jookyuuki menceritakan
tentang peristiwa Jookyuu yaitu kudeta yang berhasil yang dilaksanakan oleh
Godaigo Tenno terhadap pemerintahan Kamukura. Setelah Shibu Kassenjoo ini
diterbitkan, maka muncullah sebuah buku tentang peperangan anatara Kerajaan
Selatan di Kyooto.
Buku Taiheiki baru
selesai ditulis pada tahun 1371. Secara resmi pengarangnya adalah Kojima
Hooshi, akan tetapi apakah karangan itu berasal dari penyelidikan sendiri atau
saduran dari buku-buku lain, tidak dapat dipastikan. Taiheiki terdiri dari 3 bagian, yaitu bagian pertama menceritakan
sampai Kenmuchuukoo atau berdirinya pemerintahan Godaigo Tennoo setelah
berhasil menjatuhkan pemerintahan Kamakura, bagian kedua mengisahkan
kejadian-kejadian sampai meninggalnya Godaigo Tennoo pada tahun 1339 dan bagian
ketiga menceritakan peristiwa sampai pemerintahan Jendral Yoshimitsu.
Pengarang buku Taiheiki zaman
Nambakuchoo ini menampilkan pandangan baru yang tajam dengan melukiskan
kritikan rakyat terhadap pemerintahan yabg tidak beres dan juga melukiskan
kejelekan-kejelekan manusia pada masa itu.
Soga Monogatari dan Gikeiki
Sejak keluarnya buku Taiheiki
ini sampai Zaman Muromachi, banyak juga diterbaitkan buku lain yang bertemakan
peperangan di daerah-daerah. Tetapi yang paling bermutu diantaranya adalah
cerita yang cenderung disebut sebagai Eiyuu Denki Monogatari (Biografi Para
Pahlawan). Pada zaman ini cerita-cerita kepahlawanan sangat disenangi orang,
diantaranya adalah legenda kepahlawanan Soga Bersaudara dan Minamoto
Yoshitsune. Buku tentang Soga Bersaudara ini ditulis dalam Soga Monogatari dan tentang kepahlawanan Minamoto Yoshitsune
ditulis dalam buku berjudul Gikeiki.
Pengumpulan dan pengolahan cerita kepahlawanan dalam kedua buku tersebut
dimulai sejak Zaman Kamakura sampai pada permulaan Zaman Muromachi.
Cerita yang diuraikan dalam Soga Monogatari bertemakan pembalasan dendam yang dijiwai semangat
samurai Kantoo (daerah Tokyo sekarang), dan di bumbui dengan ajaran-ajaran
agama Budha. Sebaliknya Gikeiki meninjilkan
perasaan belas-kasihan yang keluar dari perasaan kemanusiaan, dengan
berlatar-belakang kehidupan Yoshitsume pada masa kanak-kanak dan pada masa
tuanya.
Setsuwa
Legenda yang sejenis dengan Konjaku Monogatarishuu masih terus ditulis sampai Zaman Pertengahan
seperti Ujishuui Monogatari,
Kokonchomonjuu, Jikkinshoo dan lain-lain. Dalam Ujishuui Monogatari ditulis legenda tentang setan yang mengambil
benjolan dari kepala, burung gereja membalas budi dna lain-lain. Legenda
seperti ini sangat menarik dan merupakan contoh-contoh legenda Zaman
Pertengahan. Antologi legenda agama Budha yang ditulis oleh pendeta dan pertapa
diantaranya terdapat Hoobutsushuu yang ditulis oleh Taira no
Yasuyori, Hosshinshuu yang ditulis
oleh Kamo no Choomci dan lain-lain. Mujuu juga banyak menulis legenda yang
diceritakannya sambil mengajarkan agama Budha, misalnya Shasekishuu. Semuanya ini membawa angin baru bagi legenda rakyat
hingga Zaman Pra Modern. Buku Shintooshuu
yang disusun pada Zaman Nanbokuchoo, selain berisi ajaran Shintoo, juga
banyak memuat legenda-legenda yang berhubungan dengan dewa-dewa Shintoo dan
Budha.
Otogizooshi (sejenis dongeng)
Di Zaman Heian cerita hikayat sangat populer sekali, tepapi
pada Zaman Pertengahan hal ini berubah, karena otogizooshi lebih digemari.
Dongeng ini banyak mendapat pengaruh dari cerita-cerita perang yang seluruhnya
berjumlah sekitar 400 sampai 500 buah berupa cerita pendek yang tidak diketahui
dengan jelas siapa pengarangnya.
Isi dongenng ini bermacam-macam, ada yang mengambil contoh
dari cerita roman, cerita perang, cerita kepahlawanan seperti Shutendooji, ada
yang menggambarkan tentang pendeta seperti Chigo Monogatari yang disebut juga
Akinoyononaga Monogatari, dongeng pertapa seperti Sanin Hoshi, dongeng tentang
hubungan dewa agama Shintoo dengan dewa agama Budha seperti Kumano no Honji,
dongeng tentang flora dan fauna yang dilukiskan sebagai manusia seperti
Arokassen Monogatari dan lain-lain. Selain itu ada juga yang bersumber dari
dongeng rakyat, misalnya Bunshozooshi,
Issunbooshi, Hachikazuki, dan
sebagainya. Karya tulis dongeng ini merupakan pertanda kebangkitan rakyat biasa
dan mempunyai pengaruh sampai dengan kesusastraan zaman berikutnya yakni Zaman
Pra Modern.
Dongeng pada umumnya isinya sangat sederhana dan dangkal,
karena berlainan dengan jenis kesusastraan yang berpusat pada bmonogatari yang
pengarang dan pembacanya terbatas dengan kaum bangsawan, dongeng ditulis oleh
bangsawan kelas rendah, pertapa dan pedagang. Ruang lingkup para pembaca
dongeng pun lebih luas mulai dari samurai, pendeta, pedagang hingga rakyat
banyak.
0 komentar:
Posting Komentar