Translate

kritik cerpen darmoon karya harris effendi thohir

Written By iqbal_editing on Jumat, 09 September 2016 | 06.22

Harris Effendi Thahar dilahirkan di Tembilahan (Riau) pada tanggal 4 Januari 1950. Ia kuliah di IKIP Padang dan memperoleh gelar Sarjana Muda pada tahun 1976 dari Jurusan Pendidikan Teknik Arsitektur. Kini, dia menjadi wartawan di Padang dan mengajar di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Negeri Padang. Setelah menamatkan program S1 dan S2 di Universitas Negeri Padang tahun 1995, ia menjadi dosen tamu di Universitas Tasmania, Australia. Ia menulis sajak dan cerpen. Kumpulan sajaknya adalah Lagu Sederhana Merdeka (1979) dan kumpulan cerpen Si Padang (2003). Cerpen-cerpennya dimuat di harian Kompas. Cerpencerpennya sering terpilih dalam seleksi cerpen terbaik Kompas. Karya tulis lainnya adalah Kiat Menulis Cerpen (1999). Karya yang lainnya adalah “Darmon”. Dalam kritik sastra cerpen ini saya akan mengulas tentang cerpen yang berjudul “Darmon”.

Tema yang dipakai pengarang dalam Cerpen “DARMON” adalah pemuda kumal yang baik hati dan berwawasan luas. Pengarang dalam menggambarkan cerita ini menempatkan dirinya sebagai orang pertama bukan pelaku utama.  Karena tokoh Darmon merupakan tokoh utama karena dialah yang menjadi sumber percakapan, sengketa, penyebab munculnya suatu peristiwa, dan penentu alur dalam cerita.

Cerita dalam cerpen ini bermula ketika Darmon sudah ada di rumah Maya yang niatnya ingin berkunjung menemui Maya. Tetapi Maya belum pulang dan Darmon menunggu Maya sambil berbincang-bincang kepada tokoh Aku. Kemudian dari kejadian itu tokoh Aku dapat menilai karakteristik Darmon yang ternyata lebih berwawasan luas dari apa yang dipikirkannya. Karena memang penampilan Darmon yang menurut tokoh Aku kurang berkenan. Kemudian dari percakapan itulah tokoh Aku menginginkan anak buah seperti Darmon. Pada saat di kantor, tokoh Aku berbicara dengan Sanip. Ia mengatakan tentang Darmon. Dalam pembicaraan tersebut, Sanip menceritakan tentang anaknya yang kuliah di fakultas pertanian namun harus istirahat kuliah karena Sanip tak sanggup membiayainya. Dan ternyata anak Sanip adalah Darmon yang diceritakan oleh tokoh Aku.
Dalam cerpen ini pengarang dalam menggambarkan tokoh Darmon cukup menarik dan keunikan Darmon juga dapat diidentifikasi dari jalan pikirannya yang tergambarkan dalam percakapannya dengan tokoh aku, misalnya pada percakapan berikut :

 "Kok kamu kelihatan tidak tertarik?"
"Bukan itu soalnya, Pak. Saya pikir, ini kesenangan orang yang sudah mapan seperti Bapak. Tidak mungkin saya menggandrungi tanaman yang membutuhkan perhatian besar dan halus ini dalam keadaan liar seperti ini."
"Liar? Kamu merasa orang liar?"
"Nah, Bapak salah duga lagi. Bukan saya orang liar, tetapi situasi perkuliahan, praktikum, kegiatan kemahasiswaan, dan tambah lagi situasi sekarang yang membuat mobilitas saya tinggi. Jadi, bolehlah disebut liar, namun dalam pengertian yang saya sebutkan tadi."

Pengarang juga menempatkan dirinya sebagai tokoh yang membentuk konflik. Tokoh aku yang berperan dalam mengantarkan cerita.
Cerpen ini mengangkat tema kehidupan yang sering terjadi di Indonesia yaitu tentang korupsi yang dilakukan oleh tokoh Sanip. Yaitu pegawai negeri yang sering melakukan tindak korupsi.  Dapat dilihat dari kutipan :

Dia. Sanip itu, memang, biang kongkalikong di kantor. Yang penting kantungnya penuh. Tidak peduli itu bukan uang nenek moyangnya.

Dalam cerpen “Darmon” ini juga disajikan beberapa gaya bahasa yaitu Personifikasi. Misalnya pada kalimat “senja mulai merambat” dan Hiperbola. Misalnya pada kalimat “asap rokok yang keliahatan mahal” dan “membuang pandang jauh ke depan, menembus tembok kantor”.

Pengarang walaupun tidak secara langsung menceritakan menceritakan setiap kejadiannya, tetapi apa yang ia tuliskan bisa langsung tergambar dikepala pembacanya. Inilah salah satu kelebihan dari cerpen berjudul “Darmon”.
Cerpen ini juga sarat akan nilai moral dan sosial yang tersaji secara gamblang bagi para pembaca. Cerita para tokoh dalam cerpen tersebut dapat dijadikan sebuah pelajaran yang amat berharga bagi kita. Bagaimana menyikapi suatu permasalahan seperti yang terjadi antara tokoh cerpen tersebut merupakan sebuah pelajaran berharga yang didapatkan dari sebuah kegiatan membaca cerpen. Jangan melihat seseorang dari fisiknya saja. Seperti Tokoh Darmon, meski dia kelihatan seperti gembel dan tampak kumal, namun wawasannya luas dan juga baik hati. Dia mampu mengungkapkan banyak hal besar, yaitu masalah reformasi, korupsi, perilaku mahasiswa yang beragam, perilaku pegawai negeri selaku pelayan masyarakat, serta lingkaran antara perjuangan reformasi dan tuntutan memenuhi kebutuhan hidup. Tidak boleh memakan uang yang bukan hak kita atau dengan kata lain jangan melakukan tindak korupsi.
Selain kelebihan, cerpen ini juga tak luput dari berbagai kekurangan. Seperti Alur yang digunakan pengarang yaitu  Alur menggantung karena berakhir pada klimaks dan tidak ada penyelesaian. Misalnya, tidak diceritakan bagaimana nasib tokoh Darmon dan Sanip selanjutnya.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik