Harris
Effendi Thahar dilahirkan
di Tembilahan (Riau) pada tanggal 4 Januari 1950. Ia kuliah di IKIP
Padang dan memperoleh gelar Sarjana Muda pada tahun 1976 dari Jurusan
Pendidikan Teknik Arsitektur. Kini, dia menjadi wartawan di Padang dan
mengajar di Fakultas Pendidikan Bahasa dan Sastra Universitas Negeri
Padang. Setelah menamatkan program S1 dan S2 di Universitas Negeri
Padang tahun 1995, ia menjadi dosen tamu di Universitas Tasmania,
Australia. Ia menulis sajak dan cerpen. Kumpulan sajaknya adalah Lagu
Sederhana Merdeka (1979) dan kumpulan cerpen Si Padang (2003).
Cerpen-cerpennya dimuat di harian Kompas. Cerpencerpennya sering
terpilih dalam seleksi cerpen terbaik Kompas. Karya tulis lainnya adalah
Kiat Menulis Cerpen (1999). Karya yang lainnya adalah
“Darmon”. Dalam kritik sastra cerpen ini saya akan mengulas tentang
cerpen yang
berjudul “Darmon”.
Tema yang dipakai pengarang dalam Cerpen “DARMON” adalah
pemuda kumal yang baik hati dan berwawasan luas. Pengarang dalam menggambarkan
cerita ini menempatkan dirinya sebagai orang pertama bukan pelaku utama.
Karena tokoh Darmon merupakan tokoh utama karena dialah yang menjadi sumber
percakapan, sengketa, penyebab munculnya suatu peristiwa, dan penentu alur
dalam cerita.
Cerita dalam cerpen
ini bermula ketika Darmon sudah ada di rumah Maya yang niatnya ingin berkunjung
menemui Maya. Tetapi Maya belum pulang dan Darmon menunggu Maya sambil
berbincang-bincang kepada tokoh Aku. Kemudian dari kejadian itu tokoh Aku dapat
menilai karakteristik Darmon yang ternyata lebih berwawasan luas dari apa yang
dipikirkannya. Karena memang penampilan Darmon yang menurut tokoh Aku kurang
berkenan. Kemudian dari percakapan itulah tokoh Aku menginginkan anak buah
seperti Darmon. Pada saat di kantor, tokoh Aku berbicara dengan Sanip. Ia
mengatakan tentang Darmon. Dalam pembicaraan tersebut, Sanip menceritakan
tentang anaknya yang kuliah di fakultas pertanian namun harus istirahat kuliah
karena Sanip tak sanggup membiayainya. Dan ternyata anak Sanip adalah Darmon
yang diceritakan oleh tokoh Aku.
Dalam cerpen ini pengarang dalam menggambarkan tokoh Darmon
cukup menarik dan keunikan Darmon juga dapat diidentifikasi dari jalan pikirannya yang tergambarkan dalam
percakapannya dengan tokoh aku, misalnya pada percakapan berikut :
"Kok
kamu kelihatan tidak tertarik?"
"Bukan
itu soalnya, Pak. Saya pikir, ini kesenangan orang yang sudah mapan seperti
Bapak. Tidak mungkin saya menggandrungi tanaman yang membutuhkan perhatian
besar dan halus ini dalam keadaan liar seperti ini."
"Liar?
Kamu merasa orang liar?"
"Nah,
Bapak salah duga lagi. Bukan saya orang liar, tetapi situasi perkuliahan,
praktikum, kegiatan kemahasiswaan, dan tambah lagi situasi sekarang yang
membuat mobilitas saya tinggi. Jadi, bolehlah disebut liar, namun dalam
pengertian yang saya sebutkan tadi."
Pengarang
juga menempatkan dirinya sebagai tokoh yang membentuk konflik. Tokoh aku yang
berperan dalam mengantarkan cerita.
Cerpen
ini mengangkat tema kehidupan yang sering terjadi di Indonesia yaitu tentang
korupsi yang dilakukan oleh tokoh Sanip. Yaitu pegawai negeri yang sering
melakukan tindak korupsi. Dapat dilihat
dari kutipan :
Dia.
Sanip itu, memang, biang kongkalikong di kantor. Yang penting kantungnya penuh.
Tidak peduli itu bukan uang nenek moyangnya.
Dalam
cerpen “Darmon” ini juga disajikan beberapa gaya bahasa yaitu Personifikasi.
Misalnya pada kalimat “senja mulai merambat” dan Hiperbola. Misalnya pada kalimat “asap rokok yang keliahatan
mahal” dan “membuang
pandang jauh ke depan, menembus tembok kantor”.
Pengarang walaupun tidak secara langsung
menceritakan menceritakan setiap kejadiannya, tetapi apa yang ia tuliskan bisa langsung
tergambar dikepala pembacanya. Inilah
salah satu kelebihan dari cerpen berjudul “Darmon”.
Cerpen ini juga sarat akan nilai
moral dan sosial yang tersaji secara gamblang bagi para pembaca. Cerita para
tokoh dalam cerpen tersebut dapat dijadikan sebuah pelajaran yang amat berharga
bagi kita. Bagaimana menyikapi suatu permasalahan seperti yang terjadi antara
tokoh cerpen tersebut merupakan sebuah pelajaran berharga yang didapatkan dari
sebuah kegiatan membaca cerpen. Jangan melihat seseorang dari fisiknya saja.
Seperti Tokoh Darmon, meski dia kelihatan seperti gembel dan tampak kumal,
namun wawasannya luas dan juga baik hati. Dia mampu mengungkapkan banyak hal
besar, yaitu masalah reformasi, korupsi, perilaku mahasiswa yang beragam,
perilaku pegawai negeri selaku pelayan masyarakat, serta lingkaran antara
perjuangan reformasi dan tuntutan memenuhi kebutuhan hidup. Tidak boleh memakan
uang yang bukan hak kita atau dengan kata lain jangan melakukan tindak korupsi.
Selain
kelebihan, cerpen ini juga tak luput dari berbagai kekurangan. Seperti Alur
yang digunakan pengarang yaitu Alur menggantung karena berakhir pada klimaks
dan tidak ada penyelesaian. Misalnya, tidak diceritakan bagaimana nasib tokoh
Darmon dan Sanip selanjutnya.
0 komentar:
Posting Komentar