Kritik
yang kami gunakan untuk membedah Novel Sang Pemimpi adalah kritik
Pragmatik. Abrams (1981) menyatakan kritik pragmatik yaitu suatu kritik
yang disusun berdasarkan pandangan bahwa sebuah karya sastra disusun
untuk mencapai efek-efek tertentu kepada pembacanya, seperti efek
kesenangan, estetik, pendidikan (edukatif) dan sebagainya. Kritik
pragmatik ini berkecendrungan untuk memberi penilaian terhadap suatu
karya berdasarkan ukuran keberhasilannya dalam mencapai tujuan tersebut.
(dalam Semi, 1989 : 2) Berikut pembahasan kami selengkapnya :
1. Novel Ini Mengandung Banyak Sekali Nilai Edukatif (Pendidikan) diantaranya ;
a. Kedisiplinan.
Dibuktikan dengan kutipan berikut :
“Disiplin yang keras! Itulah yang diperlukan anak-anak muda melayu zaman sekarang.” (Andera Hirata, 2008:10)
b. Kepedulian.
Dibuktikan dengan kutipan berikut :
“Ibu
Ikal memberi beras kepada Mak Cik, karena Mak Cik orang miskin, ia tak
berdaya karena tak lagi dipedulikan suaminya. (Andrea Hirata, 2008:39)
Juga kutipan berikut :
“Mulai sekarang, Mak Cik akan punya penghasilan dengan menjual kue basah.” ( Andrea Hirata, 2008:51)
c. Religius.
Dibuktikan dengan kutipan berikut.
“Setiap
habis magrib Arai melantunkan ayat-ayat suci Al-Qur’an di bawah temaram
lampu minyak dan saat itu seisi rumah kami terdiam. Suaranya sekering
ranggas yang menusuk-nusuk malam.” (Andre Hirata, 2008:29)
2. Novel Ini Mengandung Nilai Hiburan (Kesenangan)
a. Unsur Kejenakaan.
Dibuktikan dengan kutipan berikut :
“Tak
membuang tempo, segera kami keluarkan segenap daya pesona yang kami
miliki secara habis-habisan untuk menarik perhatian putrid-putri kecil
semenanjung itu. Jimbron menyembunyikan kliningan sepedanya dan
menyiul-nyiulkan lagu sumbang yang tak jelas.” (Andrea Hirata, 2008:11)
Juga kutipan berikut :
“Di
dekat para siswi tadi, aku berpura-pura menunduk untuk membetulkan tali
sepatu, yang sebenarnya tidak apa-apa, sehingga ketika bangkit aku
mendapat kesempatan menyibakan jambulku seperti gaya pembantu membilas
cucian. Ah, elegan, elegan sekali. Sangat Melayu! (Andrea Hirata,
2008:11)
b. Kekonyolan
“Aku
bertekad menghayati peranku. Aku melenggak-lenggok dengan gaya seksi
seperti sang pembantu semlohai di film murahan itu. Ekspresiku,
gerak-gerikku, suaraku, semuanya meniru seorang wanita.”(Andrea Hirata,
2008:123)
3. Novel Ini Juga Menunjukan Aspek Estetik (Keindahan)
a. Romantisme. Tampak pada penggalan berikut ;
“Adinda, sudikah membawakan sebuah lagu untuk Abang?” Nurmi tersenyum.
“Juwita Malam”. Abang ingin lagu. “Juwita Malam.” (Andrea Hirata, 2008:52 )
b. Bahasa Puitis
“Cerita kuda Jimbron adalah tetesan air yang terus-menerus menghujam batu karang kesabaranku.” (Andrea Hirata, 2008:132 )
Kelebihan dan Kekurangan Novel
a. Kelebihan
Novel ini memberikan inspirasi dan motivasi kepada para pembaca. Jalan ceritanya menarik dan terhias apik.
b. Kekurangan
Banyak menggunakan bahasa kiasan, sehingga bagi pembaca awam cukup kesulitan memahaminya.
Simpulan
Hasil
analisis kami berdasarkan kritik pragmatik, kami menyimpulkan novel
ini baik karena berhasil mencapai tujuan berupa efek-efek tertentu yakni
efek edukatif, kesenangan (hiburan), estetik (keindahan) dan lain
sebagainya.
Demikianlh KRITIK NOVEL SANG PEMIMIPI
Demikianlh KRITIK NOVEL SANG PEMIMIPI
0 komentar:
Posting Komentar