Translate

pantun jepang 1

Written By iqbal_editing on Kamis, 29 September 2016 | 19.34

Pantun Waka dan Pantun Renga Shinkokinshu
 b.1 Shinkokinshuu
Awal zaman kamakura merupakan masa keemasan bagi kelompok penyair pantun. Pada masa ini diselenggarakan secara meriah Ropyakuban Utawase (600 buah kombinasi pantun) dan Sengohyakuban Utawase (1500 buah kombinasi pantun).
Shinkokin Wakashu berjumlah 20 jilid yang terdiri dari 2000 buah pantun yang ditulis dengan huruf Kana dan Kanji yang susunannya sangat teratur dibandingkan kumpulan sebelumnya. Penyair Shinkokinshuu ini terutama terdiri dari penyair-penyair kenamaan seperti Saigyoo, Jien, Fijiwara no Yositsune, Fijuwara Shunzei, Shokushinai Shinno, Fujiwara Teika, Fujiwara no Ietaka, Jakuren, dan bekas Kaisar Gotoba.
   b.1.1 Fujiwara Teika
      Fujiwara Teika adalah anak Fujiwara Shunzei. Gaya Khas yang menonjol dalam pantun yang digubahnya adalah gaya ushin. Selain itu dia juga sering membumbui pantunnya dengan unsur-unsur yang melukiskan kegairahan dengan rangkaian kata-kata yang halus walaupun apa ang dilukiskannya itu hanya khayalan belaka.
        Contoh pantun Fujiwara Teika adalah
Haru no yo no           (5) satu pagi musim semi
Yume no ukihasshi     (7) ketika aku mengadah ke langit
Todae shite              (5) setelah terbangun dari mimpi hampa
Mine ni wakaruru       (7) gumpalan awan memanjang
Yokogumo no sora     (7) menjauhi gunung tenang melayang
        Selain menulis pantun, Fujiwara Teika juga menulis teori-teori pantun yang dikumpulkan dalam buku Kindai Shuuka dan Eika Taigai. Pada hari tuanya dia menulis buku penelitian mengenai Genji Monogatari, suatu karya yang meneliti kesusastraan klasik Jepang. Buku yang memuat kumpulan pantun yng digubahnya Shuuigusoo.
  b.1.2 Fujiwara Ietaka
        Fujiwara Ietaka dapat disejajarkan dengan Fujiwara Teika yang belajar membuat pantun dari Fujiwara Shunzei. Dia mempunyai sifat yang baik, ramah dan terus terang. Ciri Khas pantunnya adalah nyata dan terus terang, baik dalam cara menganalisa satu persoalan maupun cara mengungkapkannya. Gaya pantunnya menarik, memberikan cahaya dan harapan karena banyak mengambil kiasan bulan. Kumpulan pantun yang dikarangnya disebut Minishuu. Contoh pantun Fujiwara Ietaka adalah
        Ikusato ka              (5) angin musim semi
        Tsuki no hikari mo   (7) bertiupmembawa keharuman
        Niou ramu               (5) bunga ume di lereng gunung
        Ume saku yama no   (7) dan menyebar ke desa-desa
        Mine no haru kaze   (7) nan bermandikan cahaya bulan
                                               (dari Shinchokushenshuu)
        Selain dari penyair pria yang disebutkan di atas, ada juga penyair wanita, antara lain Shikishi Naishinnoo (putri kaisar), Shunzei no Musume (putri Fujiwara Shunzei), Kunaikyoo.
        Tama no oyo            (5) daripada hidup tiada arti
        Taenaba taene         (7) tiada cita tiada cinta
        Nagaraeba              (5) Biarlah hidupku berakhir
        Shinoburu koto no   (7) biarlah aku pergi
        Yowari mo zo suru   (7) aku tak kuasalagi
                                               ( dikarang oleh Shikishi Naishinnoo)
        Kaze kayou              (5) satu malam di musim semi
        Nezame no sode no  (7) aku terbangun dari mimpi
        Hana no ka ni          (5) mendengar gemersik angin bertiup
        Kaoru makura no      (7)menaburkan kelopak  bunga di pembaringan
        Haru no yo no yume      (7) membuat bantal berbau wangi    
                                           (Dikarang oleh Shunzei no Musume)
        Usuki koki               (5) kalau memandangke padang rumput
        Nobe no midori no    (7) pada awal musim semi
        Wakakusa ni            (5) Pucuk muda mulai tumbuh
        Ato made miuru       (7) segar indah mempesona
        Yuki no mura kie      (7) di sela-sela salju yang mencair
                                           (Dikarang oleh Kunaikyoo)
 b.1.3 Minamoto no Sanetomo
        Di antara para penyair yang hidup pada permulaan zaman Kamakura, ada seorang penyair yang berbeda dengan penyair lainnya. Dia adalah Jendral ke-3 pemerintahan Kamakura Bakufu. Dia adalah murid Fujiwara Teika. Pantun yang ditulisnya banyak sekali dipengaruhi keindahan dan kelmbutan gaya bahasa Man yooshuu. Kumpulan pantun berjudul Kinkai Wakashuu ketika masih berumur 22 tahun. Pantun-pantun yang terdapat dalam Kinkai Wakashuu menempati posisi penting dalam sejarah pertumbuhan seni pantun di Jepang. Salah satu pantun Minamoto yang terkenal adalah
        Ooumi no                 (5) ombak besar yang menerpa
        Iso no todoro          (7) batu karang di pinggir pantai
        Yosuro name            (5) remuk redam berkeping-keping
        Warete kudakete    (7) dan menjadi buih putih
        Sakete chirukamo    (7) lenyap menghilang entah ke mana
                                                      (dari Kinkai Wakashuu)
   b.2 Beberapa Kumpulan Pantun setelah Shinkokinshuu
        Setelah peristiwa Jookyuu no Ran pada tahun 1221, yaitu peristiwa diadakannya kudeta yang tidak berhasil oleh bekas Kaisar Gotoba  terhadap pemerintahan Kamakura, Kaisar Jookyuu memerintahkan Fujiwara Teika untuk mengumpulkan pantun-pantun yang penting. Kumpulan pantun tersebut adalah Shinchokusen Wakashuu yang gayanya berbeda dengan Shinkokinshuu. Gaya bahasanya mudah di mengerti dan tidak  terikat pada teknik tertentu.
        Fujiwara Teika mempunyai anak bernama Tameie. Selain menjadi penggubah pantun seperti ayahnya dan menjadi editor kumpulan pantun Shokugosen Wakashuu dan lain-lain. Tameie mempunyai tiga orang putra yaitu Tameuji, Tamenori, dan Tamesuke. Ketiga putranya masing-masing membentuk kumpulanpenyair yang disebut Nijoo, Kyoogoku, dan Reizei. Kumpulan yang paling mirip dengan gaya ayahnya adalah Nijoo, karena dianggap paling baik dan klasik. Nijoo selalu bertentangan dengan Kyoogoku dan Reizei karena kedua aliran ini mengembangkan gaya yang baru. Ada 13 kumpulan pantun yang dikenal dengan nama Jusandaishuu. Hampir semua pantun yang ada dalam Jusandaishuu ditulis oleh Nijoo. Pada masa ini kumpulan penyair sangat dipengaruhi oleh kumpulan penyair Nijoo yang memiliki gaya klasik dan monoton. Bersamaan dengan pudarnya pengaruh penyair yang berasal dari kaum bangsawan, perkembangan dunia pantun pun menjadi menurun.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik