Translate

drama tentang cita-cita

Written By iqbal_editing on Selasa, 27 Desember 2016 | 06.43

Pengenalan Naskah Drama Tentang Cita-Cita
Sebuah drama tentang menggapai cita-cita sudah jarang kita temukan, namun jika kita dapat membuat contoh naskah drama tentang cita-cita yang menarik, bukan hal yang mustahil drama itu akan disukai oleh para penggemar serial drama. Selain naskah yang baik, para pemain juga harus berusaha memberi ekspresi yang real dari setiap dialog yang mereka ucapkan. Bukan hanya membuat mereka menghayati namun juga menghanyutkan pemirsanya. Berikut adalah contoh naskah drama tentang cita-cita dan unsur-unsur pendukungnya.
Skenario Drama

Ada 4 pemain yang akan mengambil bagian dalam skrip ini. Drama ini bercerita tentang seorang anak yang berusaha mewujudkan cita-citanya untuk kuliah meski tidak mendapat dukungan dari kerabat dan saudaranya.
1. Tema : Perjuangan hidup menggapai cita-cita
2. Ritme : 
a. Eksposisi :
        Hendro 
        Paman
        Andi
        Ibu suci
b. Permasalahan :
Orang tua Hendro meninggal saat lulus SMA, dan tidak meninggalkan warisan pada Hendro, padahal ia sudah bercita-cita ingin kuliah.
c. Komplikasi :
Tidak ada yang mendukung Hendro untuk kuliah, teman-teman Hendro di kampung juga mencibir keinginan Roy.
d. Catatan 1 :
Hendro bertemu Ibu Suci, guru SMA nya dulu dan menceritakan betapa susahnya hidupnya sekarang tapi ia terus bertahan karena masih ingin kuliah. Ibu Suci menyarankan Hendro untuk aktif mencari beasiswa sehingga ia bisa kuliah gratis.
e. Catatan 2 :
Hendro mendapatkan beasiswa untuk kuliah di Amerika, lebih dari yang ia harapkan.
f. Kesimpulan :
Semua orang yang dulu mencibir Hendro sekarang merasa malu, ternyata jika kita berusaha dengan maksimal, apapun yang kita inginkan pasti tercapai.
3. Karakter
Hendro (Protagonis)
Paman (Tritagonis)
Andi (Antagonis)
Ibu Suci (Protagonis)
4. Latar :
a. Tempat : Rumah Hendro, peternakan bebek, kantin SMA Negeri 88
b. Waktu : Siang dan malam hari
Naskah Drama Tentang Cita-Cita

Setelah pemakaman orang tua Hendro yang baru saja meninggal karena kecelakaan tabrak lari, Hendro pulang ke rumah ditemani oleh Paman dan sepupunya Andi.
Paman : Paman ikut sedih atas musibah yang kamu alami, selanjutnya apa rencanamu?
Hendro : Belum tau, Paman. Tapi saya masih ingin kuliah.
Tiba-tiba Andi menyela ucapan Hendro.
Andi : Apa? Kuliah? Memangnya kamu punya duit? Daripada bermimpi mendingan kamu ikut kerja ternak bebek saja di tempat Pak Imron. Hasilnya lumayan, Ndro!
Paman : Andi benar, tidak usah mikir kuliah lagi, yang penting gimana caranya kamu bisa makan tiga kali dan bertahan hidup.
Hendro : Tidak Paman, gimanapun caranya saya akan berusaha untuk kuliah lagi.
Paman : Ya sudah, terserah kalau kamu masih ingin terus bermimpi. Kalau besok kamu mau, kamu ikut kami ke peternakan bebek Pak Imron, nanti biar Paman yang bilang ke beliau kamu mau ikut kerja juga ngurus bebeknya.

Andi : (sambil tersenyum mengejek) siapa tau jadi juragan bebek terus bisa kuliah.
Hendro : Iya, Paman, saya ikut besok pagi.
Ternyata Bapak Imron adalah Ayah dari Ibu Suci, guru matematika Imron ketika masih di bangku SMA. Suatu sore mereka bertemu, dan Ibu Suci mengajak Hendro bicara untuk mengetahui kabarnya.
Suci : Gimana, Ndro? Sudah berapa hari kerja?
Hendro : Sudah seminggu ini, Bu.
Suci : Oh, gitu. Kamu kan anak pintar dan selalu jadi juara, kenapa tidak melanjutkan kuliah?
Hendro : Maunya juga gitu, Bu. Tapi sekarang saya hidup sendiri, bisa makan saja sudah bersyukur. Tapi saya tetap ingin kuliah, Bu. Uang hasil kerja di sini juga saya tabung sedikit-sedikit.
Suci : Mau sampai kapan nabungnya? Kenapa nggak coba cari beasiswa?
Hendro : Memang ada beasiswa yang benar-benar gratis? Saya dengar beasiswa cuma untuk membantu bukannya gratis.
Ibu Suci tertawa mendengar ucapan polos Hendro
Suci : Siapa bilang? Beasiswa yang gratis..tis..tis ada. Jadi kamu Cuma modal diri aja. Sudah, besok siang kamu temui saya di sekolah, ada beberapa brosur beasiswa, siapa tau kamu bisa lolos.
Hendro : Wah, terimakasih banyak, Bu! Besok saya ke sana, pasti ke sana.
Keesokan harinya Hendro pergi menemui Bu Suci saat jam istirahat kerja. Mereka berdua berjalan menuju kantin untuk membicarakan soal beasiswa.
Suci : Ini, Ndro. Ibu punya beberapa brosur beasiswa yang bisa kamu pilih. Ada juga yang ke luar negeri,lho. Amerika, Belgia…
Hendro : Luar negeri, Bu? Apa mungkin saya ke luar negeri? Bisa kuliah di Indonesia saja sudah senang, Bu.
Suci : Kenapa tidak, ibu dengar nilai bahasa inggrismu dulu baik, kamu juga pernah menang lomba pidato bahasa Inggris mengalahkan kakak kelasmu dulu. Jadi kenapa ragu? Kalau ibu jadi kamu, ibu akan coba beasiswa ke luar negerinya.
Hendro : Biayanya gimana, Bu?
Suci : Coba kamu baca brosur itu baik-baik.
Hendro : (mengeja) mahasiswa yang diterima akan dibiayai penuh oleh …. Dibiayai penuh? Gratis, Bu?
Suci : Iya, gratis! Jadi tidak perlu pecah tabunganmu.
Hendro : (tersenyum malu) iya, Bu, akan saya coba. Pasti akan saya coba.
Suci : Ya sudah, jangan terlalu banyak bicara, baksonya hampir dingin, ayo dimakan terus kembali lagi kerja.
Hendro : Siap, Bu!
Karena Hendro anak yang cerdas, ia mendapatkan salah satu beasiswa tersebut. Tidak tanggung-tanggung, Hendro akan kuliah di Amerika selama 2 tahun.
Paman : Sudah kamu siapkan semua, Ndro? 
Hendro : Sudah, Paman. Saya titip rumah, ya, Paman. 
Paman : Iya, Ndro. Tenang saja, nanti Paman akan suruh saudara kita tinggal dan menjaga rumahmu ini. kamu belajar yang baik di sana. Paman bangga sama kamu.
Andi yang sempat meremehkan Hendro merasa menyesal pernah mengejeknya dulu
Andi : Ternyata kamu nggak mimpi, Ndro. Malah ke Amrik lagi! Kamu hebat. Maaf ya kemarin aku sempat ngejek kamu.
Hendro : Nggak papa, kalau kamu mau kamu juga bisa. Awalnya mimpi, tapi kalau kita berusaha bisa jadi kenyataan!
Andi : Aku juga mau kayak kamu, tapi aku pengen punya peternakan bebek yang besaaaaaar seperti punya Pak Imron.
Ketiganya pun tertawa mendengar celotehan Andi
Paman : Bisa saja, nanti Bapak bisa makan bebek tiap hari ya, Ndro.
Andi : Ide bagus, nanti kalau kamu sukses, kita jual bebeknya ke Amerika juga.
Hendro : (sambil tertawa).. boleh..boleh….
Mereka bertiga larut dalam obrolan hingga tengah malam. Keesokan harinya Paman mengantar hendro ke bandara. Dari sanalah Hendro mulai mewujudkan apa cita-citanya selama ini.

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik