Beberapa hari ini di desa Batubening tempat tinggal si Yatim diusik
ketenangannya oleh pencuri. Si Pencuri beraksi di malam hari.
Pertama-tama rumah yang dijarahnya adalah kediaman pak Yoyok yang mandor
kaya itu. Barang yang dicurinya adalah tape Recorder dan radio 4 band.
Kemudian rumah pak Hernowo, di sana pencuri menyikat Televisi
berwarna dan kipas angin. Seluruh desa jadi resah. Ronda malam semakin
ditingkatkan. Pak Kepala Desa baru pertama kali ini langsung turun ke
lapangan memeriksa keamanan beserta beberapa petugas hansip. Si Yatim
juga baru pertama kali itu melihat wajah pak Kepala desa Batubening.
Saat itu si Yatim sedang mengantarkan seceret kopi dan pisang goreng
untuk bapak-bapak yang bertugas ronda.
“Nampaknya, pencuri makin merajalela di desa kita ini pak Kades”
Ujar salah seorang bapak yang sedang ronda malam itu.
“Benar, karena itu kita harus tetap waspada dan menjaga keamanan di
desa Batubening dengan sungguh-sungguh” Jawab Pak Kepala Desa.
Si Yatim setelah mengantarkan seceret kopi dan sepiring pisang goreng
lalu berpamitan pulang pada pak Kepala Desa dan seluruh bapak-bapak
yang ronda disitu.Dalam
perjalanan pulang Si Yatim sempat memikirkan kata-kata Pak Kepala Desa
yang mengatakan bahwa keamanan desa Batubening haruslah dijaga dengan
sungguh-sungguh dan tentunya hal itu adalah tanggung jawab seluruh warga
desa Batubening termasuk Yatim.
Akibat mendengar percakapan Pak Kades itu si Yatim tak bisa tidur
tenang beberapa hari belakangan ini. Jadi, pikirnya, ketentraman desa
Batubening sudah semakin genting. Untuk itu ia harus ikut menjaga
ketentraman dan keamanan desa yang dicintainya itu.
Bagaimana caranya ? Ah, entahlah nanti saja ia pikirkan bersama Mamat dan Darus serta teman-temannya yang lain. Pikir Yatim.
Esok harinya di sekolah, Yatim mencoba menjelaskan maksudnya kepada
teman-temannya untuk ikut membantu bapak-bapak menjaga ketentraman dan
keamanan desa Batubening.
“Caranya bagaimana Yat?” Tanya Mamat
“Itulah yang harus kita pikirkan bersama Mat” Jawab si Yatim.
“Bagaimana kalau kita ikut ronda malam ?” Usul Darus
Mamat nampak setuju dan semangat menanggapi Darus. Yatim tersenyum, lalu dia berkata,
“Ikut menjaga ketentraman dan keamanan desa bukan berarti ikut ronda
malam seperti bapak-bapak kita itu, nanti malah kita yang tidak tentram .
Coba bayangkan kalau kita ikut ronda malam, pasti istirahat kita kurang
dan esok paginya di sekolah pasti ngantuk, dan tidak bisa mengikuti
pelajaran dengan baik, nah, malah tidak tentramkan ?”
“Jadi kita harus bagaimana Yat?” Tanya Mamat kembali.
Yatim diam sejenak, dahinya berkerut sedikit tanda berpikir. Lalu kemudian dia berkata,
“Ya, sebaiknya kita menjaga barang-barang kita dengan baik dan jangan
sampai ditaruh disembarang tempat yang bisa menimbulkan orang lain niat
mencuri, aku pikir hal itu sudah cukup.”
“Tapi bagaimana seumpama kita memergoki orang yang mencuri milik
kita, apakah kita diam saja ataukah berteriak keras-keras; Pencurii!”
Tanya Darus.
“Menurutku harus, ah, entahlah aku juga belum pernah mengalami hal
seperti itu, ya, semoga saja kita tidak pernah kecurian, apalagi
memergoki pencuri itu” Jawab Yatim.
Kemudian Darus, Mamat dan Yatim pergi menuju kelas, karena bel masuk
sudah berbunyi. Tepat pukul 12 lebih 15 menit siang hari, SD Inpres Desa
Batubening memulangkan seluruh murid-muridnya. Segera Mamat dan Darus
mencari Yatim untuk diajaknya pulang bersama. Lalu mereka bertiga pun
berjalan bersama-sama menuju rumah.
“Yat, tadi kata Nanang pencuri itu semakin nekat, pencuri itu kini
juga berani mencuri pada siang hari begini” Mamat langsung bercerita
kepada Yatim.
“Siang-siang begini apa yang dicurinya Mat?” Tanya Yatim setengah tidak percaya.
“Banyak Yat, tapi yang paling sering adalah jemuran terutama pakaian yang bagus-bagus.” Jawab Mamat serius.
Mereka bertiga semakin asyik mengobrol tanpa terasa sampailah mereka
di halaman belakang rumah Pak Asman yang dipakai untuk menjemur
pakaian-pakaian keluarga pak Asman. Ternyata disana ada seorang
laki-laki berbaju lusuh sedang mengendap-endap memunguti satu persatu
pakaian keluarga pak Asman.
“Yat, jelas orang itu sedang mencuri jemuran pak Asman, ayo bagaiman ini Yat ?” Desak Mamat tak sabar.
“Kita lapor pada pak Hansip saja Yat” Bisik Darus pada Yatim.
Tapi nampaknya Yatim tak menggubris kata-kata kedua temannya.
“Jangan, sebaiknya diam-diam kita mengikuti kemana perginya pencuri
itu dan kita bisa tahu siapa sebenarnya pencuri itu, bagaimana?” Yatim
akhirnya menyampaikan pendapatnya.
Mamat dan Darus saling berpandangan, dan akhirnya keduanya setuju.
Kemudian mereka bertiga pun diam-diam menguntit dibelakang pencuri itu
kemana dia pergi. Hingga sampailah pencuri itu di depan rumah yang
dindingnya terbuat dari anyaman bambu yang sudah agak lapuk.
Pencuri itu berhenti dan menengok ke sekitarnya dulu, setelah dirasa
tak ada orang yang mengikutinya, barulah dia masuk ke dalam rumah itu.
Yatim, Mamat Darus kini kebingungan sendiri. Apa yang harus mereka
lakukan sekarang. Tapi setelah berembuk sebentar, mereka bertiga sepakat
untuk mendatangi rumah pencuri itu. Dengan jantung yang berdebar-debar
merekapun segera melangkah mendekati rumah sang pencuri.
“Assalamualaikuuuum!” Ucap mereka hampir serempak.
Tak lama kemudian dari dalam rumah muncullah seorang ibu setengah baya yang menggendong bayinya.
“Walaikumsalam, ehmm, mencari Kardi ya?” Mereka serentak terkejut. Saling berpandangan dan Yatim bertanya,
“Jadi, ini rumah Kardi bu?”
“Iya benar, ini rumah Kardi, kaliankan teman-temannya satu sekolah ?”
“Benar bu, bahkan kami semua sekelas, tapi kami belum pernah kemari,
karena Kardi kalau ditanya dimana rumahnya, dia selalu menjawab jauh,
jadi kami pikir…”
“Ah, sudahlah mari masuk sebentar lagi juga Kardi pulang.” Ibu Kardi menyilahkan mereka bertiga masuk.
“Lho Kardi juga tidak ada di rumah bu ?” Tanya Yatim.
“Iya, masih ibu suruh beli obat untuk adiknya ini ke warung Pak Malik. Sudah tiga hari adiknya panasnya tidak turun-turun.”
Yatim,Mamat dan Darus menghela nafas dan kembali bingung, apakah rencana mereka harus diteruskan ataukah tidak.
“Sebenarnya kami kemari ingin bertemu dengan bapak, Bu.” Yatim
memberanikan diri. Kemudian ibu Kardi masuk kedalam dan muncullah Ayah
Kardi.
“Ada apa nak ? Ada perlu sama bapak?” Tanya Ayah Kardi.
“Hmm begini pak, harap bapak jangan marah, tadi kami bertiga lihat
bapak mengambil jemuran milik Pak Asman, jadi kami mengikuti bapak
sampai kemari, kami tidak tahu kalau bapak ternyata Ayah teman kami
sendiri, …”
Ayah Kardi nampak terkejut dan malu. Tapi setelah itu wajahnya berubah pasrah dan menyesal.
“Bapak melakukannya karena terpaksa nak, adik Kardi yang masih kecil
beberapa hari ini sakit-sakitan terus, Bapak bingung, kerja belum dapat,
uang sudah habis, hutang tidak dikasih, jadi Bapak terpaksa melakukan
mencuri nak.” Mata Ayah Kardi berkaca-kaca. Mamat dan Darus jadi tak
tega juga.
“Tapi yang jelas bapak mengaku bersalah dan menyesal nak, Bapak ingin
mempertanggung jawabkan perbuatan Bapak, tapi satu permintaan bapak
kepada kalian bertiga.” Yatim, Darus dan Mamat berpandangan tak
mengerti,
“Tolong jangan mengejek Kardi kalau disekolah ya, kasihan dia, hidupnya sudah banyak menemui kesusahan”
Yatim, Mamat dan Darus terdiam mendengar permintaan Ayah Kardi.
“Jangan khwatir nak, seluruh jemuran Pak Asman akan bapak kembalikan
sekarang juga, dan bapak berjanji tidak akan melakukan perbuatan mencuri
lagi.”
Tak terasa air mata Mamat jatuh menetes di pipinya karena terharu Yatim dan Darus hanya tertunduk saja.
Esok harinya nampak Darus, Mamat dan Yatim bercanda-canda seperti
biasanya dengan Kardi, Nanang, Rusdi dan teman-temannya yang lain.
Nampaknya Yatim, Darus dan Mamat mampu menjaga amanat dan menutupi aib
keluarga Kardi di hadapan teman-temannya yang lain. Sebuah permintaan
seorang pencuri yang dipenuhi oleh mereka bertiga karena ternyata
pencuri itu juga memenuhi janjinya untuk tidak mencuri lagi. Desa
Batubening kini kembali aman dan tentram. *** (Karya : Juslifar M.
Junus/dimuat di Majalah Semesta)
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar