PERTENGKARAN KEDUA ORANG TUAKU
Cerpen Karya Helen Maria Fransiska
“Udah aku bilang dari dulu mendingan kita cerai aja “
Ya kata-kata itu yang selalu kudengar dari mulut kedua orangtuaku . Aku tak pernah tau sampai kapan semua itu berakhir. Aku mulai muak dan bosan melihat dan mendengar pertengkaran itu. Hanya satu yang kuinginkan , aku ingin merasakan kerukunan dalam keluarga ini. Sejak aku kecil hingga aku sebesar ini mereka selalu bertengkar.
Siang itu saat aku baru saja pulang sekolah . Aku disambut oleh pertengkaran mereka yang membuat rumah itu menjadi bising.
“Apa sih yang kamu kasih selama kita nikah ? ga ada kan ? Kamu pikIr aku ga cape ? “ jelas ibu
“Emang apa yang kamu mau ? kaya ? apa itu yang kamu mau ?”jawab ayah
“Aku tidak pernah ingin kaya , coba kamu ngertiin aku sedikit aja. “ sambung ibu
Cerpen Karya Helen Maria Fransiska
“Udah aku bilang dari dulu mendingan kita cerai aja “
Ya kata-kata itu yang selalu kudengar dari mulut kedua orangtuaku . Aku tak pernah tau sampai kapan semua itu berakhir. Aku mulai muak dan bosan melihat dan mendengar pertengkaran itu. Hanya satu yang kuinginkan , aku ingin merasakan kerukunan dalam keluarga ini. Sejak aku kecil hingga aku sebesar ini mereka selalu bertengkar.
Siang itu saat aku baru saja pulang sekolah . Aku disambut oleh pertengkaran mereka yang membuat rumah itu menjadi bising.
“Apa sih yang kamu kasih selama kita nikah ? ga ada kan ? Kamu pikIr aku ga cape ? “ jelas ibu
“Emang apa yang kamu mau ? kaya ? apa itu yang kamu mau ?”jawab ayah
“Aku tidak pernah ingin kaya , coba kamu ngertiin aku sedikit aja. “ sambung ibu
Pertengkaran Kedua Orang Tuaku - Cerpen Sedih |
“Bunga” Panggil ibu sambil mengetuk pintu kamarku.
“apa bu ?” jawabku sambil membukakan pintu.
“Kamu sudah pulang ? ko ibu tidak tahu” Tanya ibu.
“eh anak ayah, kamu sudah pulang ? udah makan ?” sambung ayah
Ya, meski mereka sering bertengkar tetapi mereka sangat menyayangiku. Mereka selalu memperhatikanku.
“Ya iyalah ibu sama ayah ga tau kalo aku sudah pulang , orang ibu sama ayah lagi asik bertengkar” jawab ku dengan nada jutek.
“ayah sama ibu ga bertengkar ko.” Jawab ibu dengan senyuman.
“ Iya kita ga berantem ko “ Sambung ayah.
“Udahlah yah,bu kalian ga usah bohong. Ya udah aku mau belajar dulu.” Jawabku sambil menutup pintu
Semenjak mereka sering bertengkar aku sering tertutup pada mereka. Aku sering melawan, aku sering acuh pada mereka . semua itu Karena apa yang telah mereka perbuat. Memang seringkali mereka tidak bertengkar mereka sering bercanda berdua, tertawa berdua . Semua itu cukup membuat aku senang meskipun itu semua hanya berlangsung 1 minggu atau 2 minggu. Aku tertekan dengan keadaan ini. Kami adalah keluarga sederhana , yang tidak kaya dan tidak miskin. Kami hidup berkecukupan.
“cie berduaan, udah baikan ? Kapan berantem lagi?” Sindirku kepada ayah dan ibu yang sedang berdua di ruang tamu.
“sini sayang” panggil ayahku
“Ada apa yah ? “ tanyaku
“Kamu kenapa ngomong gitu ?” Tanya ayah
“ ya emang itu kan kenyataannya, yah.” Jelasku sambil mengangkat alisku.
“Kamu udah makan sayang ?” sambung ibu yang menghentikan obrolan ku dan ayah.
“udah bu.” Jawabku dengan senyum .
Karena suasana rumah yang seringkali membuatku bosan, aku sering menghabiskan waktu dengan teman-temanku di sekolah,gereja, atau dimana saja.
“Yah,bu aku pergi dulu ya mau kegereja.”
“Hati-hati ya bunga” jawab mereka kompak.
“iya yah,bu”
Aku termasuk gadis yang sangat ceria. Aku tidak pernah menunjukan kesedihanku kepada teman-temanku. Aku tidak pernah menginginkan mereka tau semua permasalahanku. Aku tidak ingin teman-temanku menemaniku hanya karena kasihan pada ku.
Satu minggu kemudian , saat aku sedang tidur. Aku mendengar suara keributan yang membuatku terbangun dari tidur. Saat aku keluar kamar benar saja ayah dan ibuku yang sedang bertengkar. Karena aku sudah mulai kesal aku melawan mereka.
“ Kamu kira aku ga cape ? aku kerja siang malam Cuma buat biayain kehidupa kita ! “ ucap ayah dengan teriak
“Itu emang kewajiban kamu ! Aku aneh kapan kamu sadar ! Kenapa dulu aku bisa cinta sama orang sejahat kamu! “ jawab ibu dengan teriak kencang.
“Ayah, ibu! “ Teriak ku sambil membuka pintu kamar mereka.
“Ayah, ibu sampe kapan kalian bikin aku nangis karna pertengkaran kalian ? Sampe kapan yah,bu ? aku cape denger ocehan- ocehan ayah sama ibu. Apa ayah sama ibu ga bosen terus bertengkar ?” tanyaku sambil teriak. Mereka hanya diam .
“Kenapa diam yah,bu ? Ayah sama ibu hobi banget ya bertengkar ? sejak aku kecil sampe aku sebesar ni kalian masih aja bertengkar ? Pernah ga sih kalian itu mikirin perasaan aku ! Aku udah besar bu , yah jadi kalian ga bias bohongin aku lagi !Apa sekarang ayah sama ibu mau bilang kalau tadi itu kalian ga bertengkar ? terus kalau bukan bertengkar apa? tadi ayah sama ibu lagi pidato ? Aku pengen kaya temen-temen bu ,yah keluarga mereka baik-baik aja ga pernah ada pertengkaran! Jelasku sambil mengeluarkan air mata yang tak bisa lagi ku bendung.
“ maafin ibu” jawab ibu sambil meneteskan air mata.
“Maafin ayah ya “ sambung ayah
“ hah ? maaf ? sampe kapan kalian minta maaf ? sebentar lagi juga bertengkar lagi ! aku udah tahu ko ! itu kan kebiasaan ayah sama ibu! Ayah sama ibu tahu ga ? kenapa sekarang itu nilai aku sering turun ? tahu ga kenapa aku sering acuh, sering ngelawan dan lebih memilih untuk sendiri ? Ya itu semua karna ibu dan ayah ! kalian itu bikin aku tertekan ! kalian itu bikin aku stress ! “ jawabku dengan nada teriak dan dengan air mata yang terus mengalir.
Aku langsung pergi ke kamar dan membantingkan pintu kamarku. Aku mengurung diri dan terus menangis . tekdang penyesalanku datang . mengapa aku harus berbicara seperti itu kepada ayah dan ibuku kepada orang yang susah payah membesarkanku.
Tok….tok…tok
Ibu dan ayah yang sedari tadi m,engetuk kamarku . Mereka cemas terhadapku. Hari mulai malam tetapi mereka masih saja mengetuk kamarku.
“Bunga… buka pintunya “ panggil ayah dan ibu dengan setengah teriak hingga berulang-ulang.
Aku mulai merasa bersalah telah membuat mereka sedih dan cemas terhadapku. Aku mulai luluh dan membuka pintu kamnarku dengan persaan bersalah.
“Akhirnya, kamu buka juga “ ucap ibu.
Aku hanya diam dan duduk di pinggir tempat tidur.
“Bunga, ayah sama ibu minta maaf sekarang kita sadar kita udah bikin kamu tertekan karena pertengkaran kita.” Ucap ayah sambil memegang tanganku.
“ iya , maafin ayah sama ibu ya . ibu sama ayah janji ga akan bertengkar lagi .” sambung ibu dengan air mata yang mulai menetes.
“ayah sama ibu ga perlu minta maaf, yang harusnya minta maaf itu aku . Aku udah lancang sama ayah dan ibu. Aku udah kasar sama ayah dan ibu.” Jawabku dengan air mata yang mulai membasahi pipiku.
“iya sayang, tapi ayah sama ibu berterimakasih sama kamu, karena kamu ayah dan ibu sadar apa yang udah kita lakuin itu salah.
“iya sayang benar kata ibu” jawab ayah sambil tersenyum.
“iya yah,bu aku maafin ko. Ayah sama ibu janji ya jangan bertengkar lagi . “
“iya sayang, ibu sama ayah ga bakal bertengkar lagi” jawab mereka sambil memelukku.
Aku tersenyum sambil terus meneteskan air mata kebahagiaan , karena apa yang aku inginkan bisa tercapai. Dalam pelukan mereka . aku berterimakasih kepada Tuhan karena Tuhan memberikan kebahagiaa,kebersamaan dan kedamaian di keluarga kami.l
PROFIL PENULIS
Nama :Helen Maria Fransiska
Kelas: 9 C
sekolah: smpn 1 karawang barat
tempat tanggal lahir : Karawang 27 oktober 1999
asal: Karawang
Facebook: Helen Maria Fransiska
Twitter: @helenmariaMaria
E-mail: fhelenmaria@yahoo.com
0 komentar:
Posting Komentar