Translate

cerpen petir di ujung nyawa

Written By iqbal_editing on Senin, 16 Januari 2017 | 05.33

Cerpen - Petir diujung nyawa

 “Duarrrrrr” lagi-lagi suara petir disertai kilat itu memekikkan telingaku. Ingin rasanya aku tutup telingaku agar gendang telingaku tidak pecah mendengar suara itu lagi. Tapi apa daya, tangan dan kakiku terikat oleh tali berwarna putih kecoklatan ini. Membuat kulitku sebenarnya gatal. Entah darimana tali ini berasal. Bekas pengikat kambing atau bekas pengikat orang tak bersalah sepertiku ini yang juga pernah menjadi korban pria biadab yang tak ku kenal itu. Kedua penjaga itu masih tertidur pulas disebelah meja dekat jendela yang tertutup rapat itu. Mungkin mereka budeg atau tuli sih, mendengar suara petir sekeras itu saja tak bergeming sedikitpun dari tidurnya.

Aku masih berusaha sekuat tenaga melapaskan diri dari sini. Menarik-narik tali untuk melapaskannya. Tapi shiiiitttt! Tali ini diikat sangat kencang. Mataku tertuju pada handphone didalam tasku yang sedari tadi bergetar tapi disita dan diletakkan di dekat penjaga-penjaga sialan itu. Ku seret-seret kursiku perlahan ke arah dekat pintu itu. Pecahan kaca yang ada di dekat pintu itu akan kugunakan membauka tali itu. Dan …. Berhasil! Dengan cepat namun sabar aku mencoba mengambil tasku. Ku ambil handphoneku dan ku tekan tombol hijau untuk mengangkat telephone itu. “Bisma … Aku diculik! Tolong aku!” ucapku terengah-engah. “Kau dimana?” jawab seseorang dari seberang sana. “Aaaaaa aku ..” tiba-tiba seseorang menarik handphoneku dengan paksa. Menampar wajahku dengan keras.

“Rafael?” ucapku terkaget melihat seseorang didepanku. Kedua penjaga itu berdiri di sampingnya. “Jadi kau ….” Seruku tak percaya. “Kenapa? Kau kaget ya melihat bahwa aku pelakunya?” ucapnya dengan sedikit sinis. “Tadinya aku tak ingn melakukan ini, namun melihat kau masih saja berhubungan dengan Bisma apalagi meminta pertolongannya, semakin kuat niatku menghabisimu!” lanjutnya padaku. “Kau gila Raf!” “Kalau aku tak bias memilikimu, maka Bisma pun tak boleh memilikimu!” tandasnya padaku. Tatapan matanya sangat tajam. Setajam arah pistol yang dihadapkannya padaku. Mungkin inilah malam terakhir kehidupanku. Karena aku kenal benar siapa Rafael. Ia tak pernah main-main akan ucapannya. “Kau akan mati!” tegasnya yang siap dengan pistolnya. “Dorrrrrrr Dorrrrrrr” suara kencang  itu membuatku lemas. Tapi bukan. Seseorang berdiri dengan pistolnya didepan pintu itu. Seseorang berbaju dinas diikuti dengan teman-temannya dan satu orang yang aku kenal betul. “Bisma” ucapku lega. Segera para polisi itu masuk dan menyelamatkanku.

Author : Novi Amalia

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik