Judul Cerpen Perjalanan Pulang Melayat Yang Mendebarkan
Cerpen Karangan: Ag. Tjandra J
Kategori: Cerpen Horor (Hantu), Cerpen Lucu (Humor)
Lolos moderasi pada: 13 July 2013
Halo kembali kita bertemu lagi di web yang tercinta ini. Ini adalah
salah satu cerita yang ku dapat dari Ronda Malam Selasa tanggal 03 Juni
2013. Seperti biasa, sumber cerita masih dari Pak Ashuri.
Tahun 2000, saat itu Pak Ashury masuk kantor seperti biasanya jam 8
pagi, kantor beliau terletak di sekitar Stadion Sepak Bola Mandala Krida
Yogyakarta. Nah saat sedang mengerjakan tugas-tugas dari kantor,
sekitar jam 10 pagi, ada pengumuman dari penerangan kantor yang
mengabarkan berita lelayu, karena ada salah satu pegawai di instansi itu
yang meninggal dunia. Pak Ashury sempat terkejut, karena yang meninggal
adalah temannya sejawat sebagai Satpol PP, dan rencananya nanti
sepulang dari kantor, setelah mahgrib akan menjenguk ke rumah Pak A
(samaran) yang memang hampir 1 minggu ini sedang mengalami sakit,
rencananya akan menjenguk bersama salah satu temannya, katakanlah Pak
Jirih (nama samaran). Yah namanya rencana manusia, tapi Tuhan
berkehendak yang lain.
Rencana diubah, akan melayat malam hari saja, pemakaman akan
dilaksanakan besok, tapi karena kebetulan besoknya ada tugas dari kantor
yang tidak bisa ditinggalkan, lalu setelah omong dengan Pak Jirih, di
sepakati jam 7 malam akan berangkat dari rumah Pak Ashury, Pak Jirih
akan menjemput beliau, dan berangkat bersama-sama menuju rumah duka.
Jam 7 malam kurang, Pak Jirih pun datang, dan setelah menunggu
sebentar, akhirnya Pak Ashury dan Pak Jirih, dengan berboncengan sepeda
motor pun berangkat menuju ke lokasi. Pak Ashury yang berada di depan,
karena beliau tahu lokasi rumah Almarhum Pak A, yang kebetulan tidak
jauh dari kampong kelahiran beliau di daerah Piyungan. Melewati jalan
tembus dari daerah Berbah ke arah Piyungan, adalah pilihan jalan yang
akan dilewati, karena lebih singkat dan tidak terlalu ramai, dari pada
harus melewati Jalan Raya Prambanan – Piyungan, yang ramai tapi harus
memutar terlalu jauh.
Tidak sampai setengah jam perjalanan, sampailah mereka di lokasi
rumah duka, lalu setelah memarkirkan motor, masuklah mereka ke dalam
untuk mendoakan bagi kedamaian dan ketentraman arwah Pak A, dan
memohonkan kepada Allah akan pengampunan dosa bagi almarhum. Setelah itu
menyalami keluarga yang berduka dan menguatkan mereka, kemudian
dipersilahkan duduk di tempat yang telah disediakan. Lalu berdua membaur
dengan warga yang ada, dan saling berkenalan, lalu mengobrol tentang
almarhum dan keluarga, serta ikut mendengarkan rencana tentang pemakaman
almarhum.
Tak terasa hampir 2 jam lebih mereka di sana, karena di anggap sudah
cukup lama dan sudah tidak ada kepentingan lagi, akhirnya mereka
berpamitan kepada keluarga almarhum, sekalian permintaan maaf dan ijin
untuk tidak bisa menghadiri acara pemakaman jenasah, karena tugas yang
tidak bisa ditinggalkan untuk besok harinya, juga mereka pun memohon
pamit kepada warga yang hadir di sana. Lalu mereka pun meninggalkan
lokasi, tapi Pak Ashury tidak langsung pulang, tapi mampir sebentar ke
rumah saudaranya, untuk sekedar menjenguk keluarga yang ada, sekalian
mau buang air kecil. Dan tepat jam 11 malam, mereka berdua pun pulang
dari Piyungan.
Sebagai gambaran, jalan tembus Berbah ke Piyungan adalah jalan aspal
yang cukup besar, cuma masalahnya daerahnya yang harus dilewati adalah
sawah-sawah, rumah pun tidak terlalu ramai hanya di lokasi tertentu saja
dan selanjutnya sepi lagi, ada 2 kuburan dari arah kanan dan kiri yang
mengapit jalan, jadi sering disebut kuburan kembar, lalu harus
berbelok-belok kiri dan kanan, setelah itu ada semacam kuburan cina
sepanjang jalan sekitar 200 meteran panjangnya dan hutan kecil pohon
jati yang sepi, lalu ada jembatan yang juga terkenal keangkerannya, dan
setelah dari jembatan sekitar 100 meter ada kuburan umum lagi, penulis
pernah melewati jalan tersebut dan memang, kalau sudah di atas jam 9
malam memang sudah sepi jalan tersebut, jadi terkadang penulis lebih
memilih jalan besar yang ramai kalau pulang agak malam dari mengunjungi
Paman di daerah sana.
Penerangan jalan jangan ditanya tidak ada sama sekali, jadi kalaupun
ada tidak seterang penerangan di Jalan besar, jadi kalau tidak bertemu
dengan mobil atau motor dari arah berlawanan, kita harus berhati-hati
dalam membawa kendaraan mobil atau motor, dan sebagian besar kiri dan
kanan jalan adalah daerah persawahan.
Nah saat dalam perjalanan pulang itu, Pak Jirih mulai ribut karena
ketakutan harus melewati kuburan umum, Jembatan, dan kuburan cina,
karena dia melihat ada putih-putih loncat-loncat dari arah seberang
kuburan menuju masuk ke kuburan.
Pak Jirih: “Mas, mas, mas, apa itu di depan dekat kuburan itu yang loncat-loncat?”
Pak Ashury: “Apa, nggak ada apa-apa, itu paling-paling kambing lepas
yang nyebrang, di sini kan, banyak yang pelihara kambing.” (Padahal
beliau tahu ada si Poci, lagi nyebrang ke kuburan, takut ya takut, tapi
beliau hanya percaya Tuhan akan melindunginya dari gangguan MG, juga
supaya Pak Jirih tidak mikir terlalu macam-macam dan menenangkan
beliau).
Tapi Pak Jirih sudah terlanjur ketakutan, dipeluknya erat-erat Pak
Ashury dari belakang, sampai-sampai beliau nggak bisa bernapas.
Pak Ashury: “Hei ngapain pakai peluk kenceng kayak gini, aku nggak bisa bernapas nek kayak gini”.
Pak Jirih: “Sorry mas (sambil tetap nempel kayak lem di belakang
punggung Pak Ashury), takut aku mas. Agak kenceng sedikit mas motornya.
Lalu setelah melewati kuburan, Pak Ashury sekilas melihat ada orang
besar sedang merokok di buk jembatan, tapi beliau tetap tenang sambil
komat-kamit berdoa, dan lalu beliau memencet bel motor, tanda permisi.
Pak Jirih kaget, mendengar suara bel motor saat berjalan di jembatan
Pak Jirih: “Ada apa mas, kok bunyiin bel?
Pak Ashury: “Oh tadi ada orang lagi jalan di jembatan, kubel biar minggir”.
Pak Jirih: “Mana mas? dari tadi Cuma kita berdua, jangan nakutin lah
mas, nggak ada orang lagi tadi di jembatan?” (Semakin erat dekapan
tangannya Pak Jirih, sampai-sampai Pak Ashury jadi risih sendiri)
Setelah dari jembatan jalan agak menanjak, sehingga motor melambat,
dan sampailah di jalan yang di sebelah kanannya adalah komplek kuburan
cina tua dan umum dan sebelah kiri jalan hutan pohon jati yang cukup
rimbun dan tinggi-tinggi, di sana ada hanya ada penerangan lampu neon 10
watt di depan makam. Pak Jirih, tiba-tiba semakin memperat dekapan
tangannya ke badan Pak Ashury.
Pak Ashury: “Eh kenapa kamu ini, lepasin nggak, aku nggak bisa napas nih”
Pak Jirih: “Mas, mas, apa itu tadi ada yang terbang dari pohon jati ke
kuburan, kayak perempuan pakai baju putih mas, ayo mas dicepatin
motornya!”, sambil memeluk sekencang-kencangnya dan memejamkan mata.
Pak Ashury: “Mana, paling-paling Cuma layangan, yang putus dan talinya
kecantol pohon dan tertiup angin” (sambil berusaha melonggarkan pelukkan
tangan Pak Jirih. Pak Ashury pun tahu ada Mis Kun lagi terbang melintas
di depan mereka, hanya dia berusaha tenang, supaya temannya tidak
tambah ketakutan).
Akhirnya motor pun melewati kuburan cina tua itu dan meluncur ke
daerah yang lumayan banyak rumah penduduk, cukup membuat Pak Jirih agak
tenang, walaupun tetap memeluk Pak ashury. Setelah 5 menit tidak ada
kejadian apa-apa, mereka harus melewati kuburan kembar. Di sini Pak
Jirih mulai ketakutan lagi, karena dari kejauhan melihat ada orang yang
sedang menyapu di sekitar kuburan dan membakar sampah daun-daun.
Pak Jirih: “Mas, mas ada orang yang nyapu dan membakar sampah di kuburan
kembar lho, ayo mas ngebut, takut aku”. (Kembali pelukan semakin
kenceng ke perut Pak Ashury).
Pak Ashury, tahu kalau itu adalah juru kunci makam kembar, yang
memang punya kebiasaan nyapu dan bersih-bersih makam di malam hari
(karena beliau sering lewat di jalan tersebut). Jadi beliau tidak takut.
Tapi karena saking jengkelnya dengan Pak Jirih yang penakut sekali,
sengaja memperlambat motornya semakin mendekati orang yang sedang
menyapu. Pak Jirih malah semakin panik, karena motor semakin melambat
dan mendekati orang tersebut dan akhirnya dia memejamkan matanya karena
saking takutnya. Lalu dia mendengar Pak Ashury menyapa orang tersebut,
“Malam mbah Bejo, lagi tugas nggih mbah?, kata orang tersebut. “Eh, mas
Ashury tho, lho dari mana kok malam-malam segini di sini, oh sama
temannya ya?. Pak Jirih agak heran dan membuka matanya, dan ternyata
yang dia takutkan adalah benar-benar orang. Setelah itu Pak Ashury
menjelaskan biar temannya tahu kalau Mbah Bejo adalah manusia beneran,
bukan MG… ha..ha…, ternyata beliau usil juga, Pak Jirih menjadi malu dan
meminta maaf sama Mbah Bejo, karena menganggap Mbah Bejo adalah hantu.
Setelah di rasa cukup, akhirnya berdua berpamitan menuju ke rumah Pak
Ashury.
Demikian teman-teman ceritaku, semoga terhibur
Cerpen Karangan: Ag. Tjandra J.
Facebook: Agustinus Tjandra Joelianto
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar