Translate

cerpen perlanan pulang melayat mendebarkan

Written By iqbal_editing on Kamis, 09 Februari 2017 | 06.34

Judul Cerpen Perjalanan Pulang Melayat Yang Mendebarkan
Cerpen Karangan:
Kategori: Cerpen Horor (Hantu), Cerpen Lucu (Humor)
Lolos moderasi pada: 13 July 2013
Halo kembali kita bertemu lagi di web yang tercinta ini. Ini adalah salah satu cerita yang ku dapat dari Ronda Malam Selasa tanggal 03 Juni 2013. Seperti biasa, sumber cerita masih dari Pak Ashuri.
Tahun 2000, saat itu Pak Ashury masuk kantor seperti biasanya jam 8 pagi, kantor beliau terletak di sekitar Stadion Sepak Bola Mandala Krida Yogyakarta. Nah saat sedang mengerjakan tugas-tugas dari kantor, sekitar jam 10 pagi, ada pengumuman dari penerangan kantor yang mengabarkan berita lelayu, karena ada salah satu pegawai di instansi itu yang meninggal dunia. Pak Ashury sempat terkejut, karena yang meninggal adalah temannya sejawat sebagai Satpol PP, dan rencananya nanti sepulang dari kantor, setelah mahgrib akan menjenguk ke rumah Pak A (samaran) yang memang hampir 1 minggu ini sedang mengalami sakit, rencananya akan menjenguk bersama salah satu temannya, katakanlah Pak Jirih (nama samaran). Yah namanya rencana manusia, tapi Tuhan berkehendak yang lain.
Rencana diubah, akan melayat malam hari saja, pemakaman akan dilaksanakan besok, tapi karena kebetulan besoknya ada tugas dari kantor yang tidak bisa ditinggalkan, lalu setelah omong dengan Pak Jirih, di sepakati jam 7 malam akan berangkat dari rumah Pak Ashury, Pak Jirih akan menjemput beliau, dan berangkat bersama-sama menuju rumah duka.
Jam 7 malam kurang, Pak Jirih pun datang, dan setelah menunggu sebentar, akhirnya Pak Ashury dan Pak Jirih, dengan berboncengan sepeda motor pun berangkat menuju ke lokasi. Pak Ashury yang berada di depan, karena beliau tahu lokasi rumah Almarhum Pak A, yang kebetulan tidak jauh dari kampong kelahiran beliau di daerah Piyungan. Melewati jalan tembus dari daerah Berbah ke arah Piyungan, adalah pilihan jalan yang akan dilewati, karena lebih singkat dan tidak terlalu ramai, dari pada harus melewati Jalan Raya Prambanan – Piyungan, yang ramai tapi harus memutar terlalu jauh.
Tidak sampai setengah jam perjalanan, sampailah mereka di lokasi rumah duka, lalu setelah memarkirkan motor, masuklah mereka ke dalam untuk mendoakan bagi kedamaian dan ketentraman arwah Pak A, dan memohonkan kepada Allah akan pengampunan dosa bagi almarhum. Setelah itu menyalami keluarga yang berduka dan menguatkan mereka, kemudian dipersilahkan duduk di tempat yang telah disediakan. Lalu berdua membaur dengan warga yang ada, dan saling berkenalan, lalu mengobrol tentang almarhum dan keluarga, serta ikut mendengarkan rencana tentang pemakaman almarhum.
Tak terasa hampir 2 jam lebih mereka di sana, karena di anggap sudah cukup lama dan sudah tidak ada kepentingan lagi, akhirnya mereka berpamitan kepada keluarga almarhum, sekalian permintaan maaf dan ijin untuk tidak bisa menghadiri acara pemakaman jenasah, karena tugas yang tidak bisa ditinggalkan untuk besok harinya, juga mereka pun memohon pamit kepada warga yang hadir di sana. Lalu mereka pun meninggalkan lokasi, tapi Pak Ashury tidak langsung pulang, tapi mampir sebentar ke rumah saudaranya, untuk sekedar menjenguk keluarga yang ada, sekalian mau buang air kecil. Dan tepat jam 11 malam, mereka berdua pun pulang dari Piyungan.
Sebagai gambaran, jalan tembus Berbah ke Piyungan adalah jalan aspal yang cukup besar, cuma masalahnya daerahnya yang harus dilewati adalah sawah-sawah, rumah pun tidak terlalu ramai hanya di lokasi tertentu saja dan selanjutnya sepi lagi, ada 2 kuburan dari arah kanan dan kiri yang mengapit jalan, jadi sering disebut kuburan kembar, lalu harus berbelok-belok kiri dan kanan, setelah itu ada semacam kuburan cina sepanjang jalan sekitar 200 meteran panjangnya dan hutan kecil pohon jati yang sepi, lalu ada jembatan yang juga terkenal keangkerannya, dan setelah dari jembatan sekitar 100 meter ada kuburan umum lagi, penulis pernah melewati jalan tersebut dan memang, kalau sudah di atas jam 9 malam memang sudah sepi jalan tersebut, jadi terkadang penulis lebih memilih jalan besar yang ramai kalau pulang agak malam dari mengunjungi Paman di daerah sana.
Penerangan jalan jangan ditanya tidak ada sama sekali, jadi kalaupun ada tidak seterang penerangan di Jalan besar, jadi kalau tidak bertemu dengan mobil atau motor dari arah berlawanan, kita harus berhati-hati dalam membawa kendaraan mobil atau motor, dan sebagian besar kiri dan kanan jalan adalah daerah persawahan.
Nah saat dalam perjalanan pulang itu, Pak Jirih mulai ribut karena ketakutan harus melewati kuburan umum, Jembatan, dan kuburan cina, karena dia melihat ada putih-putih loncat-loncat dari arah seberang kuburan menuju masuk ke kuburan.
Pak Jirih: “Mas, mas, mas, apa itu di depan dekat kuburan itu yang loncat-loncat?”
Pak Ashury: “Apa, nggak ada apa-apa, itu paling-paling kambing lepas yang nyebrang, di sini kan, banyak yang pelihara kambing.” (Padahal beliau tahu ada si Poci, lagi nyebrang ke kuburan, takut ya takut, tapi beliau hanya percaya Tuhan akan melindunginya dari gangguan MG, juga supaya Pak Jirih tidak mikir terlalu macam-macam dan menenangkan beliau).
Tapi Pak Jirih sudah terlanjur ketakutan, dipeluknya erat-erat Pak Ashury dari belakang, sampai-sampai beliau nggak bisa bernapas.
Pak Ashury: “Hei ngapain pakai peluk kenceng kayak gini, aku nggak bisa bernapas nek kayak gini”.
Pak Jirih: “Sorry mas (sambil tetap nempel kayak lem di belakang punggung Pak Ashury), takut aku mas. Agak kenceng sedikit mas motornya.
Lalu setelah melewati kuburan, Pak Ashury sekilas melihat ada orang besar sedang merokok di buk jembatan, tapi beliau tetap tenang sambil komat-kamit berdoa, dan lalu beliau memencet bel motor, tanda permisi. Pak Jirih kaget, mendengar suara bel motor saat berjalan di jembatan
Pak Jirih: “Ada apa mas, kok bunyiin bel?
Pak Ashury: “Oh tadi ada orang lagi jalan di jembatan, kubel biar minggir”.
Pak Jirih: “Mana mas? dari tadi Cuma kita berdua, jangan nakutin lah mas, nggak ada orang lagi tadi di jembatan?” (Semakin erat dekapan tangannya Pak Jirih, sampai-sampai Pak Ashury jadi risih sendiri)
Setelah dari jembatan jalan agak menanjak, sehingga motor melambat, dan sampailah di jalan yang di sebelah kanannya adalah komplek kuburan cina tua dan umum dan sebelah kiri jalan hutan pohon jati yang cukup rimbun dan tinggi-tinggi, di sana ada hanya ada penerangan lampu neon 10 watt di depan makam. Pak Jirih, tiba-tiba semakin memperat dekapan tangannya ke badan Pak Ashury.
Pak Ashury: “Eh kenapa kamu ini, lepasin nggak, aku nggak bisa napas nih”
Pak Jirih: “Mas, mas, apa itu tadi ada yang terbang dari pohon jati ke kuburan, kayak perempuan pakai baju putih mas, ayo mas dicepatin motornya!”, sambil memeluk sekencang-kencangnya dan memejamkan mata.
Pak Ashury: “Mana, paling-paling Cuma layangan, yang putus dan talinya kecantol pohon dan tertiup angin” (sambil berusaha melonggarkan pelukkan tangan Pak Jirih. Pak Ashury pun tahu ada Mis Kun lagi terbang melintas di depan mereka, hanya dia berusaha tenang, supaya temannya tidak tambah ketakutan).
Akhirnya motor pun melewati kuburan cina tua itu dan meluncur ke daerah yang lumayan banyak rumah penduduk, cukup membuat Pak Jirih agak tenang, walaupun tetap memeluk Pak ashury. Setelah 5 menit tidak ada kejadian apa-apa, mereka harus melewati kuburan kembar. Di sini Pak Jirih mulai ketakutan lagi, karena dari kejauhan melihat ada orang yang sedang menyapu di sekitar kuburan dan membakar sampah daun-daun.
Pak Jirih: “Mas, mas ada orang yang nyapu dan membakar sampah di kuburan kembar lho, ayo mas ngebut, takut aku”. (Kembali pelukan semakin kenceng ke perut Pak Ashury).
Pak Ashury, tahu kalau itu adalah juru kunci makam kembar, yang memang punya kebiasaan nyapu dan bersih-bersih makam di malam hari (karena beliau sering lewat di jalan tersebut). Jadi beliau tidak takut. Tapi karena saking jengkelnya dengan Pak Jirih yang penakut sekali, sengaja memperlambat motornya semakin mendekati orang yang sedang menyapu. Pak Jirih malah semakin panik, karena motor semakin melambat dan mendekati orang tersebut dan akhirnya dia memejamkan matanya karena saking takutnya. Lalu dia mendengar Pak Ashury menyapa orang tersebut, “Malam mbah Bejo, lagi tugas nggih mbah?, kata orang tersebut. “Eh, mas Ashury tho, lho dari mana kok malam-malam segini di sini, oh sama temannya ya?. Pak Jirih agak heran dan membuka matanya, dan ternyata yang dia takutkan adalah benar-benar orang. Setelah itu Pak Ashury menjelaskan biar temannya tahu kalau Mbah Bejo adalah manusia beneran, bukan MG… ha..ha…, ternyata beliau usil juga, Pak Jirih menjadi malu dan meminta maaf sama Mbah Bejo, karena menganggap Mbah Bejo adalah hantu. Setelah di rasa cukup, akhirnya berdua berpamitan menuju ke rumah Pak Ashury.
Demikian teman-teman ceritaku, semoga terhibur
Cerpen Karangan: Ag. Tjandra J.
Facebook: Agustinus Tjandra Joelianto

0 komentar:

Posting Komentar

 
berita unik