Sudah dua bulan aku belajar di kelas delapan, banyak hal baru yang ku dapatkan dan mungkin sikapku juga berubah menjadi lebih dewasa dari sebelumnya, aku pun senang duduk sebangku dengan Suci karena dia adalah gadis yang baik, pintar dan shaleha. Hal lainnya yang kusuka adalah banyak guru yang mengenaliku, tentunya bukan karena kenakalanku tetapi karena keaktifanku di kelas. Sampai suatu waktu ketua OSIS di sekolahku mencari anak yang mau menjadi pengurus OSIS berikutnya. Pada saat itu wali kelasku mendaftarkanku untuk mengikutinya “vio, kamu mau ya ibu daftarkan menjadi pengurus OSIS baru?” dan kebetulan aku pun sudah pernah menjadi pengurus di kelas tujuh, karena aku memang senang berorganisasi. “oh iya tentu saja saya mau bu”.
Saat pemilihan pengurus OSIS berlangsung aku berkata dalm hati “memang tidak terlalu tegang rasanya mengikuti pemelihan ini dan aku pun tidak terlalu santai mengahadapi kakak kelas yang tegas-tegas dan menjadi panitia itu. hmm Banyak tahap yang harus kulewati, sungguh tidak mudah memang untuk meraih apa yang kita mau dan itu butuh perjuangan yang cukup keras untuk anak seumuranku saat itu. Dan selama empat hari aku dididik menjadi calon pengurus OSIS, dan hari demi hari ku jalani dengan niat dan usaha agar aku terpilih menjadi pengurus.
Ketika upacara bendera hari senin selesai, kini waktunya kampanye bagi para calon ketua kepada warga sekolah. Saat giliranku tiba, aku menjelaskan tentang visi dan misiku nanti ketika menjadi ketua osis, sungguh nervous rasanya berdiri di hadapan orang banyak karena aku belum terbiasa akan hal ini, tapi aku harus yakin bahwa aku pasti bisa.
Seminggu berlalu begitu saja, hari ini adalah puncak acara dimana pemilihan umum berlangsung, semua murid berbaris untuk mengambil hak suaranya. Tegang rasanya, kira-kira siapa yang mereka percaya untuk menjadi ketua, apakah mereka memilihku atau mereka memilih yang lain? pertanyaan itu selalu muncul dalam diriku. Sampai akhirnya semua selesai memilih dan kini waktunya penghitungan suara, point demi point menunjukan jumlah suara untuk diriku, cukup lega rasanya karena cukup banyak yang memilihku, tetapi itu saja tidak cukup aku pun terus berdoa agar aku bisa terpilih. Sepertinya kandidat yang lain pun merasakan hal yang sama denganku, tetapi aku harus tetap lapang dada jika akhirnya aku tidak terpilih menjadi ketua dan hanya menjadi pengurus inti saja.
Saat penghitungan berakhir kepala sekolah pun turun langsung ke acara untuk mengumumkan hasilnya, jantungku sungguh berdegup kencang tak sabar ingin mengetahui hasilnya. Dengan jeda bicara kepsek yang begitu lama dan membuat semua orang pun ikut tegang akhirnya beliau menyebut namaku sebagai Ketua umum dan Agung temanku sebagai wakilnya. “Dari hasil pemilihan ini, kita sekarang mendapat ketua OSIS yang baru, dan ketua itu adalah… Vione”. Senang sekali rasanya, aku pun diminta untuk menyampaikan sepatah dua kata untuk kemenanganku itu. Walau gemetar dan masih tidak percaya, aku berdiri di depan warga sekolah untuk menyampaikan pidato pendek “terimakasih semuanya karena sudah mempercayaiku untuk menjadi ketua OSIS yang baru, saya harap teman-teman mau membantu dan bekerja sama dengan saya dalam menjalankan progam yang ada nanti”.
Tidak lupa saat pulang sekolah aku pun membawa kabar baik ini untuk keluargaku di rumah, orangtuaku pun bangga padaku, mereka berharap bahwa aku bisa menjadi pemimpin yang baik dan bertanggung jawab di sekolah, dan menjadi orang yang berguna bagi nusa bangsa dan agama kelak.
Cerpen Karangan: Vione Ayunda Dynie
0 komentar:
Posting Komentar