“Mar, aku punya ide,” kata Sindi dengan gembira. Sindi adalah orang yang pintar juga pemberani sedangkan aku hanya modal tampang dan juga sifat pemberai.
“Ide apa, Sin?” aku menjawab dengan tampang yang penasaran.
“Bagaimana kalau malam jumat nanti kita ke kuburan belakang rumah Pak RT,”
Aku pun menjawab, “Boleh juga tuh idemu, its good idea.” aku
menjawab dengan sok inggris. “Alah jangan sok inggris kamu.”
Ternyata saat malam jumat Maryam tidak diperbolehkan oleh bundanya. Ia pun menelepon Sindi, “Halo Sin, maaf nih bukan maksudnya aku ingkar janji tapi aku nggak diizinin sama bunda aku buat jalan sama kamu.” Namun Sindi tidak kehabisan akal dia pun menyuruh Maryam untuk pergi diam diam saat ibunya tidur, dan Maryam setuju. Saat jam berdentang menunjukkan pukul 12:00 Maryam pun kabur lewat jendela kamarnya. Ia pun berhasil dengan mulus dan aman. Setelah ia bertemu Sindi di kuburan ia pun langsung menyelidiki si perempuan kusut itu. Perempuan itu ternyata sedang duduk di bawah pohon jambu depan sebuah kuburan yang amat bagus.
“Oh iya betul, dia memang seperti nenek lampir,” ternyata percakapan mereka berdua didengar oleh perempuan itu dan perempuan itu menoleh ke arah Maryam dan Sindi. Mereka berdua sangat panik dan akhirnya mengumpat di belakang pohon rambutan yang tidak jauh dari tempat perempuan itu.
“Kamu sih Mar, ngomongnya kencang-kencang.”
“Kok aku lagi sih mentang-mentang aku bawel di kelas.”
“Ya, udah kita intip lagi aja,” kata Sindi. Ternyata saat mereka mengintip perempuan itu hilang dan tiba-tiba hawa dingin menaikkan bulu kuduk mereka berdua.
“Ke mana perempuan itu?” Tanyaku.
“Gak tahu.” jawab Sindi singkat. Ternyata perempuan itu ada di belakang mereka berdua.
“Apa yang kalian intip?” Tanya perempuan itu. Mereka berdua sangat kaget, namun karena mereka berdua pemberani mereka tidak lari. Mereka bertanya kepada perempuan itu. “Siapa kau?” Perempuan itu menjawab, “Mari ikut aku aku akan jelaskan di rumahku,” mereka berdua pun ikut ke rumahnya. Di sana terjadi percakapan.
“Tolong jawab pertanyaan aku,” kata Sindi.
“Namaku Rania, mengapa kalian sangat berani mengintip aku. Padahal orang-orang sering menggunjingku bahwa aku makhluk yang amat seram?” tanya perempuan itu.
“Kami berani karena kami ingin tahu siapa kau, mengapa penampilanmu acak-acakan, dan mengapa kau sering berada pada kuburan setiap malam jumat?” tanya Maryam.
“Pertama aku berpenampilan acak-acakan karena aku tak suka dandan dan aku sering berada pada kuburan karena aku ziarah ke makam orang yang telah aku khianati, makanya aku sering ziarah dan meminta maaf,” jawab perempuan itu.
“Siapa orang yang telah kau khianati dan apa yang telah kau buat?” tanya Maryam lagi.
“Orang yang aku khianati adalah Ibuku karena dahulu aku sering melanggar perintah dan aturan yang dibuatnya seperti kabur dari rumah setiap malam jumat karena ibuku marah ia pun mengutukku.” kata perempuan itu.
“Kutukan apa itu?” heran Sindi.
“Dia mengutukku dengan membuatku berada di kuburan setiap malam jumat dan tidak pernah berhenti ke kuburan sampai kapan pun,” jawab Perempuan itu.
Mendengar ucapan itu pun Maryam langsung lari ke rumah, dan segera meminta maaf kepada bundanya. Karena ia takut hal yang terjadi pada Rania terjadi pada dirinya karena ia melanggar aturan ibunya. Ia pun berjanji tidak akan melanggar aturan lagi. Mulai saat itu Maryam, Sindi dan Rania pun berteman. Dan Sindi dan Maryam pun tidak segan-segan membela Rania bila ada orang yang membicarakan Rania.
—
Amanat: Kita tidak boleh menggunjing orang lain dan menuruti perintah orangtua kita.
0 komentar:
Posting Komentar